Seperti janjinya kemarin, Arya datang ke rumah Rain untuk menjemput dan berangkat bersama ke sekolah. Saat dia membunyikan klakson motor, Rain buru-buru keluar dengan seragam yang sudah dikenakannya dengan rapi. Sebelum pergi, tak lupa ia mengunci pintu rumahnya.
Rain pun menghampiri Arya sembari membenarkan tas yang di gendongnya.
"Jujurly, aku sebenernya nggak tega ninggalin Nono sendirian di rumah." ujar Rain saat Arya memakaikan helm untuknya.
"Hah? Jujurly? Honestly kali yang, ada-ada aja bahasa kamu."
"Biar kece tau, Ja." Gadis itu kemudian naik ke atas motor setelah Arya memakaikan helm dengan benar.
"Udah?" tanya Arya sedikit menoleh.
"Udah."
"Kalo udah, turun dong."
"Hah?" Rain berusaha mencerna kalimat Arya barusan.
Mendengar tanggapan Rain yang tak sesuai dengan ekspektasinya, Arya menggeleng pelan. Mengurungkan niat untuk mengerjai Rain. Dia kemudian menyalakan mesin motor dan menarik gas agar kuda besi yang di tumpanginya berjalan.
Sepanjang jalan, muda-mudi itu saling berbagi cerita walau terhalang oleh helm yang membuat mereka berdua sedikit budek. Dan menyebabkan mereka bercerita dengan berteriak, tak jarang pengendara di sekitarnya terkejut karena suara mereka yang begitu berlebih.
Asyik bercerita membuat Rain tidak sadar jika mereka sudah sampai di area parkir sekolah. Setelah Arya menghentikan motor dan mematikan mesin, dia pun turun dari motor seraya melepas helm yang di pakainya.
Arya terkekeh kecil melihat rambut Rain yang sedikit berantakan setelah mengenakan helm. Tangannya pun terulur untuk membenarkan rambut dan poni sang gadis.
"Oh iya, kemaren Bunda bilang kalau dia pengen ketemu kamu. Nanti malem aku jemput kamu, sekalian makan malem bareng keluarga aku." ujar Arya memberi tahu dengan tangan yang masih sibuk membenarkan rambut Rain yang berantakan.
Rain membeku ketika mendengar kalimat itu. Rasanya sekarang jantungnya berdetak dua kali lebih kencang daripada biasanya. Tiba-tiba dia merasa gugup, takut sekali jika salah satu anggota keluarga Arya nanti tidak menerimanya.
"Serius?" Rain mendongak dengan tatapan penuh penjelasan.
"Serius, yang. Aku kemaren cerita ke Bunda, kalo kamu bantuin aku belanja. Bunda antusias banget dengernya, abis itu dia nyuruh aku buat ngajak kamu main ke rumah."
Tapi setelah mendengar penjelasan Arya, Rain jadi sedikit tenang. Rain pun berusaha menampik jauh-jauh pikiran buruknya.
Rain menatap lurus ke depan saat guru sedang menerangkan materi. Bukan, dia bukan sedang mencermati materi yang di berikan guru, tapi dia sedang bengong. Raganya memang ada di dalam ruang kelas, tapi pikirannya melayang entah kemana. Helen memanggilnya beberapa kali pun dia tetap tak merespon.
Helen masih tak pantang menyerah, akhirnya dia pun menjitak kening Rain sedikit kuat hingga membuat sang empunya meng-aduh akibat ulahnya.
Rain mengusap keningnya yang terasa berdenyut lalu menatap Helen dengan tajam.
Yang di tatap hanya menampilkan watados nya dengan cengiran lebar tercetak di sana. Serius, rasanya Rain ingin menggeplak muka teman sehidup sematinya itu.
"Lo kenapa bengong mulu dari tadi?" tanya Helen di barengi dengan senggolan kecil di lengan Rain.
Sebelumnya menjawab, Rain nampak melirik sekitarnya. Tidak usah dilirik pun semua orang tahu kalau di dalam ruangan itu ada banyak makhluk hidup yang sedang bertukar oksigen.
![](https://img.wattpad.com/cover/330326230-288-k198803.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara [completed]✓
Novela Juvenilsegores luka kecil yang tak kunjung sembuh. ini tentang Rainey Azalea, gadis penuh luka yang ia sembunyikan dari semua orang. Rain yang tak di harapkan oleh orang tuanya. namun, mengharapkan kasih sayang orang tuanya. Rain selalu mengharapkan kasih...