Lengkara #12

202 28 2
                                    

PLAK!

Tamparan kuat mendarat di pipi mulus Rain. Saking kuatnya tamparan, membuat kepala Rain menoleh ke sebelah kiri. Rain diam untuk mencerna situasi yang terjadi.

Rain kemudian menyentuh pipi sebelah kanannya yang terasa mati rasa. Tatapannya menajam saat melihat wanita paruh baya di depannya. Seandainya saja wanita di depannya ini tidak ada di bawah perlindungan Riko, sudah dipastikan dia akan habis di tangannya.

"Dasar wanita sialan. Mau lo apa hah?!"

"Nggak banyak, dan pasti kamu bisa lakuin. Aku cuma mau kamu pergi dari rumah ini. Bisa nggak?" Tantang Zalfa.

Rain tersenyum miring, seringaian muncul dari bibirnya, membuatnya terlihat benar-benar berbeda dengan Rain yang biasanya.

"Hahaha, cuma itu yang lo mau? Itu mah kecil." Rain tertawa terbahak-bahak hingga ujungnya mengeluarkan air mata.

"Heh wanita sialan. Tanpa lo suruh juga gue emang mau pergi dari neraka ini. Gue jamin, sebenernya anak-anak lo tuh nggak ada yang betah tinggal di neraka kayak gini."

Penuturan Rain membuat Zalfa kembali naik pitam. Zalfa kembali mengangkat tangannya.

"Kenapa?! Lo mau tampar gue? Tampar! Ayo tampar. Nih pisau, sekalian aja bunuh gue. Nggak usah tanggung-tanggung." Rain menyodorkan pisau dapur pada Zalfa.

Zalfa yang semula ingin kembali melayangkan tamparan pada wajah gadis berusia enam belas tahun di depannya, segera mengurungkan niat. Wanita paruh baya itu berteriak karena kesal.

Rain kembali tertawa melihat kelakuan wanita di depannya. Rain maju selangkah, memegang pundak wanita yang tidak lain adalah mamanya.

"Gue seneng liat tingkah lo kayak gini. Udah mirip banget sama ODGJ, hihihi." Bisik Rain tepat di telinga Zalfa dengan nada mengejek. Rain senang jika Zalfa tidak bisa menahan emosi, karena dimatanya, Zalfa sangat-sangat mirip dengan pasien RSJ.

Rain berjalan menuju tangga, disana ada Bi' Nina dengan sebuah koper di sampingnya. Rain meninggalkan Zalfa yang emosinya tak teratur.

"Kalo bikin permintaan sama gue tuh, seharusnya yang menantang dong. Kalo cuma nyuruh gue pergi dari rumah ini, kurang menantang." Tutur Rain. Sembari menarik koper yang berisikan barang-barangnya dan pergi dari rumah bak neraka itu.































Rain mengendarai Nono--motor ninja kesayangannya--dengan kecepatan rata-rata. Mengenakan kaos putih bertuliskan we go up di bagian dada dilapisi dengan jaket kulit dan celana berwarna hitam. Ternyata, walau sudah mengenakan jaket, tetap tak menghalau angin malam untuk tak menusuk kulitnya.

Rain menarik tuas rem saat sampai di dekat lapangan futsal. Tak jauh di depannya, banyak sekali muda-mudi berkumpul di jalanan dengan motor masing-masing yang terlihat gagah. Merasa yakin bahwa jalanan ini merupakan arena balap yang dilihatnya tadi siang melalui aplikasi, Rain segera menuntun motornya menuju kumpulan muda-mudi itu.

Rain melihat seorang gadis yang terlihat lebih tua darinya berjalan menuju arena balap dengan memegang kain bermotif kotak-kotak dengan warna hitam putih.

"Buset dah, ngetat banget bajunya. Dia mau balapan apa ngelonte sih?" Gumam Rain saat melihat gadis itu lewat di hadapannya.

"Eh, mbak, mbak. Ini bener arena balap yang di informasikan akun ige lambe dower kan?" Tanya Rain pada salah satu perempuan yang ikut menonton balapan itu.

"Iya kak." Jawab perempuan itu sambil memperhatikan Rain dari atas hingga bawah. "Kakaknya mau ikut balapan juga ya?"

Rain nyengir, "hehe, iya mbak. Mbak tau darimana?"

Lengkara [completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang