Lengkara #23

149 24 0
                                    

"Gimana? Rencananya berhasil nggak?"

Rain mendengus, sebal sekali rasanya. Pagi-pagi sudah ditanyai begitu. Mana dia lagi piket kelas, sendirian, teman piketnya belum ada yang datang.

"Nggak, kemaren kebawa suasana. Jadi lupa sama rencana." jawab Rain dengan sedikit malas.

Helen tergelak, kemudian berpindah tempat dan duduk di kursi guru. "Makanya yang pro. Masa kebawa suasana dikit aja langsung lupa sama rencana."

"Bukan gitu anjir, gue kalau lagi bareng Jaja tuh bawaannya ngakak mulu, soalnya kalau bareng gue dia tuh sering ngelawak. Jadi kalau di pikir dua kali, jarang banget gue dapat momen yang ngefeel banget." terang Rain panjang lebar yang kini sudah berpindah posisi, menyapu di dekat pintu.

"Iyain deh."

Tiba-tiba ada jejak sepatu di lantai yang sudah Rain sapu. Sebab jejak itu, lantai kembali menjadi kotor dan berwarna coklat. Oknum yang melakukan itu pun nampak santai saja berjalan masuk ke dalam kelas.

"Maksud lo apaan sempak kambing?!" Teriak Rain yang kesal dengan ulah Kenzie.

Pemuda itu terkejut saat mendengar suara cempreng milik Rain yang memenuhi ruangan. Hingga kemudian dia menjatuhkan tasnya di kursi lalu beranjak dari sana.

"Sorry, gue nggak tau kalau lo piket hari ini." ucapnya dengan watados yang membuat Rain kesal setengah mati. Dan kemudian, dia pun menghilang dari ruang kelas.

































"Sumpah, demi apa pun. Aku tuh kesel banget sama Kenzie." omel Rain sembari menaruh seragam batik nya di dalam loker.

Ya, selepas istirahat, kelasnya ada pelajaran olahraga. Dan sekarang, Rain sudah mengganti seragamnya dengan baju olahraga.

Arya disampingnya juga sedang menaruh seragamnya di loker. Pemuda itu diam saja saat Rain mengoceh. Setelah selesai dengan kegiatannya, dia pun menghampiri Rain dengan sebuah kuncir rambut di tangannya.

"Kata orang, musuh jadi cinta. Jadi jangan kesel mulu sama dia, nanti kalau kamu suka Kenzie, terus aku gimana?" komentar Arya dengan tangannya yang sibuk menguncir rambut lurus Rain.

Rain tertawa mendengarnya. "Ada-ada aja kamu. Ya kali aku suka sama kembaran monyet. Kamu kan tau sendiri, aku cuma cinta sama kamu, Ja."

"Janji loh, awas aja nanti kamu ingkar. Terus kamu suka sama dia."

"Iya-iya, janji. Aduhh, lucu banget sih pacar aku." Rain pun sedikit berjinjit untuk mengusap puncak kepala Arya.

"Kebiasaan kamu ini, pegang-pegang tapi nggak pamit dulu."

Rain kembali tertawa, "hilih, tapi kamu seneng kan?"

Arya mengalihkan pandangan dan membenarkan kacamata bulat yang bertengger di hidungnya, kemudian berjalan mendahului Rain. "Ayo ke lapangan, bentar lagi pelajaran pak Ari mulai."

Tawa Rain semakin menjadi saat melihat telinga Arya yang memerah. Rain pun menyusul Arya dan kemudian memeluk lengan kanan Arya.

Arya melihat gadis yang bergelayut di lengannya, kemudian dia tersenyum akibat ulah si pacar.

"Apa nih, udah kaya koala aja kamu gelayutan di lengan aku. Lucu banget," ucapnya seraya menepuk-nepuk pucuk kepala Rain. Ingin mengusap pucuk kepala, tapi takut nanti rambutnya acak-acakan.

"Tanpa gelayutan di lengan kamu, aku emang udah lucu."

Arya tertawa mendengarnya, "iyain aja deh, biar seneng."

Lengkara [completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang