Ujian telah dilaksanakan. Ujian berakhir sekitar satu minggu yang lalu. Kini, seluruh siswa dan siswi SMA Baskara kembali berkumpul di lapangan sekolah yang terlentang luas. Hari ini juga, mereka akan mengetahui siapa yang sangat-sangat unggul di antara mereka semua.
Seorang guru naik ke podium, mengucapkan bahwa tak lama lagi nama-nama murid unggulan akan di sebutkan. Dan itu memicu kericuhan diantara banyak siswa.
Beberapa guru nampak keluar membawa piagam dan bingkisan yang akan diberikan kepada siswa berprestasi. Satu persatu nama-nama siswa yang pantas mendapatkan penghargaan disebutkan, merasa nama masing-masing dipanggil, mereka pun maju.
Rain dibarisan para siswa kelas sepuluh, tersenyum bangga saat melihat Rachel maju untuk mendapatkan penghargaan. Kakaknya berhasil menyabet juara tiga umum kelas dua belas. Ternyata, Rachel banyak berubah. Perubahan yang di alami Rachel juga cukup pesat. Dari dulu, Rachel tak pernah masuk tiga besar. Jangankan hitungan umum, dikelasnya pun dulu ia tak masuk tiga besar. Tapi kini, Rachel berhasil meraih keinginannya agar bisa masuk 3 besar.
Tak lama kemudian, speaker kembali mengeluarkan suara untuk kesekian kalinya. "Rainey Azalea, sebagai juara satu umum kelas sepuluh."
Suara ricuh tepuk tangan terdengar jelas. Sorak Sorai dari berbagai manusia menusuk indra pendengaran Rain. Para siswa SMA Baskara dibuat kagum. Selama dua semester, Rain berhasil mempertahankan posisinya.
"Selamat, Rain! Lo keren!" Jennifer berteriak lalu memeluk Rain dengan erat.
Tak terkecuali dengan Helen, dia tak kalah kuat memeluk Rain. Helen dan Jennifer bangga memiliki sahabat seperti Rain.
"Congratulation, Neya. I proud of you, all the best for you." Ucap Helen melepas pelukannya. Jennifer mengangguk mendengarnya dan tersenyum bangga kepada Rain.
Rain tersenyum haru, terasa buliran bening mulai berkumpul di pelupuk matanya. "Thank you."
"Weh weh, jangan nangis. Ntar mata lo keliatan bengkak." Helen mengusap buliran bening di mata Rain.
"Gue kesana ya," pamit Rain diangguki dua sahabatnya. Helen dan Jennifer melambaikan tangan dengan heboh.
Kini posisi Rain berhadapan dengan ratusan siswa SMA Baskara. Banyak yang memandangnya dengan kagum. Tapi tak sedikit juga yang menatapnya dengan rasa iri. Namanya juga manusia, pasti begitu sifatnya.
"Adiatma Arya Jayantaka, juara tiga umum kelas sepuluh."
Jeng jeng jeng!
Rain hampir tersedak ludahnya sendiri. Tak menyangka Arya masuk tiga besar nominasi umum. Rain pikir walaupun Arya terlihat culun, dia pasti sama seperti laki-laki seusianya. Yang masa bodoh dengan nilai di sekolah, dan taunya hanya main, main, dan main. Tapi ternyata Rain salah besar mengira Arya seperti itu.
Terdengar bisik-bisik para siswa saat Arya maju. Biasalah, aura-aura gosip. Tapi laki-laki berkacamata bulat itu tak mempermasalahkan hal itu.
Arya tersenyum lalu berbisik mengucapkan selamat pada Rain saat dia melewati gadis itu. Rain mengangguk-angguk pelan sebagai respon.
Akhir-akhir ini ada sesuatu yang menjadi hobi gadis bernama Rainey Azalea. Hobi yang dimaksud adalah, membonceng laki-laki bernama Adiatma Arya Jayantaka keliling kota mengukur jalanan tanpa adanya tujuan. Semenjak pagi itu, Rain jadi kecanduan membonceng Arya.
Emang agak laen ya ges ya.
Kalau ditanya, apa alasannya senang sekali mengajak laki-laki itu ngukur jalan? Alasannya sederhana. Saat bersama dengan Arya, hatinya terasa tenang dan bahagia. Arya selalu duduk dengan anteng, tapi tidak dengan mulutnya. Mulut Arya selalu nyerocos di perjalanan. Walaupun begitu, Arya benar-benar lucu untuknya.
Rain menyukai sisi cerewet seorang Adiatma Arya Jayantaka. Rain kapok, dia tak mau lagi membuat Arya mendiamkannya setelah kejadian pagi itu. Lebih baik Arya pakai mode cerewet, daripada Arya pakai mode ngambek.
Sore ini juga, untuk yang kesekian kalinya, Rain kembali mengajak laki-laki itu untuk ngukur jalanan. Dipikir-pikir, dia rindu ocehan Arya.
"Lo mau makan nggak?" Tanya Rain menghentikan celoteh Arya.
Arya yang duduk di belakangnya sambil memegang ujung almamater yang di kenakan Rain, menggeleng pelan.
"Woy, kalo ditanyain di jawab geh." Tambah Rain.
Ah, Arya lupa. Motor ninja milik Rain kan tidak ada spionnya, jadi maklum saja kalau Rain tidak tahu jika Arya menggeleng di belakang sana.
"Nggak ah. Gue masih kenyang."
"Yakin?" Tanya gadis itu sekali lagi. Mencoba menguji Arya.
"Iya lah." Jawabnya dengan nada kesal.
"Gue beliin bakso bakar, lo nggak bakalan bisa nolak pasti."
"Yaa, kalo itu sih udah pasti." Sontak, Rain tertawa mendengarnya. Terdengar lucu di telinga Rain. Baru saja di iming-iming akan dibelikan makanan kesukaannya, keyakinan laki-laki itu langsung goyah.
Rain pun menghentikan motor di depan kios makanan langganan Arya. Gadis itu turun dari motor duluan, Arya masih tetap nangkring di atas motor.
"Mau ngapa?"
"Mau berak. Ya beli bakso bakar lah, aneh lo!"
"Gue cuma bercanda, Rain." Ucapnya terlihat menahan Rain. Dia jadi merasa tidak enak kan.
"Gue yang bayar."
"Nggak usah, beneran nggak usah."
Rain mengangkat alis sebelah kanannya. "Gue traktir lo bukan karena apa. Ini tuh sebuah apresiasi dari gue, karena lo dapet juara tiga umum." Jelasnya. "Lo bikin gue bener-bener speechless waktu di sekolah tadi." Tambah gadis itu.
Beberapa saat kemudian, gadis itu kembali dengan se-plastik bakso bakar. Arya sedikit melongo, ini sih terlalu berlebihan. Rain pun menyodorkan plastik itu kepada Arya.
"Nih,"
"Thanks, Rain. Lo baik banget sama gue. Cuma lo, orang pertama yang kasih respon baik setelah gue pindah ke SMA Baskara. Makasih banget, lo mau jadi temen gue." Arya kembali berucap dengan mulut cerewetnya.
Tapi kali ini, ucapannya benar-benar menyentuh hati Rain. Tidak seperti biasanya yang hanya membuat Rain naik darah. Rain jadi kepingin mewek.
"Ck, apa banget deh." Rain memukul bahu Arya. Rasanya dia ingin mengubah suasana, kalau suasana tidak di ubah, bisa-bisa dia mewek di depan cowok itu.
"Pulang?" Tanya Rain, dan diangguki oleh Arya.
"Turunin di halte bus depan sana ya, Rain. Kayak biasanya." Pinta Arya.
Rain berdehem menyetujui permintaan Arya. Sebenarnya, dia sangat-sangat penasaran dimana rumah Arya. Tapi, laki-laki itu selalu melarangnya untuk mengantarkan sampai ke rumah. Akhirnya Rain memendam rasa penasarannya. Lagipun, yang pasti Arya butuh privasi kan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara [completed]✓
Ficção Adolescentesegores luka kecil yang tak kunjung sembuh. ini tentang Rainey Azalea, gadis penuh luka yang ia sembunyikan dari semua orang. Rain yang tak di harapkan oleh orang tuanya. namun, mengharapkan kasih sayang orang tuanya. Rain selalu mengharapkan kasih...