Lengkara #22

162 23 2
                                    

Suara ayam tetangga terdengar saat matahari mulai menampakkan diri, burung perkutut yang berada di teras tetangga pun menyahut. Pagi ini, Arya sengaja datang ke rumah Rain. Agendanya hari ini; joging bareng pacar. Dengan tidak tahu malu, dia menggedor-gedor pintu rumah sang pacar, hingga membuat sang empunya terbangun.

Saat mendengar suara bising tepat di depan pintu rumahnya, Rain terbangun untuk membuka pintu utama rumah dengan muka bantal yang terpampang jelas di wajahnya. Rambutnya acak-acakan dan juga piyama berwarna cream masih melekat di tubuhnya.

"kenapa Ja?" tanya nya dengan suara serak khas orang bangun tidur seraya mengucek mata.

"joging yok," ajak Arya dengan cengiran lebar menghiasi wajahnya.

Rain menggaruk kepalanya. "kenapa nggak ngomong dari semalam. Kan aku bisa bangun lebih awal buat siap-siap."

"gini aja udah, nggak usah siap-siap."

"ngawur lo," gadis itu mendengus kesal lalu menggeplak kepala Arya. Tapi nggak kena sebab pemuda itu menghindar.

"emang kamu mau joging bareng aku yang masih kaya gembel gini?"

"ya nggak pa-pa, walaupun penampilan kamu kaya gembel, aku tetep sayang kamu, kok." jawab Arya tanpa berpikir panjang.

Rain ingin marah, tapi masih pagi. Lagian juga nggak bagus marah-marah kalau masih pagi, Rain takut nanti kerutan di wajahnya bertambah padahal belum waktunya. Gadis itu hanya menggedikkan bahu kemudian masuk kembali ke dalam rumah. Diikuti dengan Arya yang mengekor di belakangnya. Mungkin urat malunya sudah putus, walaupun nggak disuruh masuk Arya tetap nyelonong masuk. Dasar anak muda zaman sekarang.

"tunggu bentar, aku mau cuci muka dulu." Ucap Rain sebelum gadis itu menghilang dari ruang tamu.

Arya mengangguk sebagai jawaban walau Rain tak lagi melihat pemuda itu. Pandangan Arya di edarkan untuk mengamati ruangan itu. Walau sebelumnya Arya pernah kesini, tapi dia tidak sempat sama sekali untuk melihat-lihat rumah Rain.

Saat pandangannya menelisik setiap sudut ruang tamu, pandangannya berhenti tatkala mendapati sebuah figura kecil yang membingkai sebuah foto keluarga. Sepasang suami istri, dan seorang anak perempuan berpipi tembam dengan rambut ikal yang diperkirakan berumur 9 tahun. Arya tersenyum melihat itu, kemudian beranjak untuk melihat foto itu lebih dekat.

Diambilnya figura yang terletak di atas meja kecil itu. Namun, senyuman yang awalnya tercetak di wajah Arya seketika sirna saat melihat bahwa anak perempuan di foto itu ternyata bukan Rain. Rambutnya berbeda sekali dengan rambut Rain yang lurus tanpa gelombang, bentuk matanya pun berbeda. Siapa anak perempuan di dalam foto ini?

Arya kembali menaruh figura di tempat sebelumnya saat mendengar Rain membuka pintu kamar.

"udah?" tanya Arya saat melihat penampilan Rain yang berbeda dari sebelumnya. Wajah gadis itu terlihat lebih segar.

"udah dong," jawab Rain sembari berjalan keluar rumah dengan jari yang memainkan kunci rumah.

Lagi, Arya hanya mengekor di belakang gadis mungil bak kutil itu.

Setelah Rain selesai mengunci pintu, Arya segera merangkulnya sembari mengusak pelan pucuk kepala Rain. Rain mendecak pelan karena perlakuan Arya.

"seneng banget ya lo, ngacak-ngacakin rambut gue."

Arya menatap Rain yang lebih rendah darinya, "la lo la lo, kita temenan?"

"hehe, maap atuh." Jawab Rain dengan cengiran lebar. "tadi lama nggak nungguin aku siap-siap?"

"kamu nanyea?" respon Arya.

Karena mendapat respon yang kurang menyenangkan, sontak wajah Rain langsung berubah datar, sedatar triplek. Rain jadi kesal karena Arya ngeselin.

Lengkara [completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang