Lengkara #17

174 27 0
                                    

Entah mimpi apa semalam, bisa dengan begitu mudahnya ia menyatakan perasaannya dan langsung di terima. Se-menyenangkan ini kah rasanya jika takdir sedang berpihak padanya?

Laki-laki itu, Arya, tengah duduk di balkon kamar, menikmati suasana malam dengan tenang bersama secangkir kopi yang baru saja diseduh nya. Biasanya, bulan dan bintang jarang sekali menampakkan diri bila malam tiba. Tapi malam ini, seolah-olah mereka tahu bahwa Arya sedang berbahagia, bulan dan bintang menampakkan diri menghiasi langit malam. Saling bersinar, melengkapi satu sama lain.

Laki-laki berkacamata itu meraih cangkir nya yang berisi kopi, meminumnya sedikit, bahkan tidak sampai seperempat dari cangkir. Setelah itu, diliriknya benda pipih yang tergeletak tak jauh dari cangkir kopi.

"Pacar gue lagi ngapain, ya?"

Arya kepikiran Rain, diambilnya benda tersebut dan membuka sebuah aplikasi untuk bertukar pesan. Tanpa ragu, ia menekan sesuatu di pojok kanan atas ponsel yang menyerupai telepon.

Panggilan pertamanya tak terjawab, dan kemudian Arya kembali menelepon Rain.

Saat teleponnya diangkat, terdengar suara grasak-grusuk di seberang sana. Entah apa yang sedang Rain lakukan.

"Lagi ngapain dah? Ribut amat." Bukannya mengucapkan salam atau kata-kata manis sebagai pembukaan, Arya langsung saja bertanya.

Duh, sama pacar kok gitu sih mas. Untung ganteng, author jadi nggak tega mau kasih azab.

"Kamu nanyeaa?" Rain menyahut dengan suaranya yang sedikit serak.

Arya speechless, sebelumnya Rain belum pernah seperti itu. Baru kali ini Rain bersikap menyebalkan. Sudah malam, malah dibuat darah tinggi sama pacar sendiri. Capek.

"Iya, seriusan nanya." Jawab Arya berusaha sabar.

"Oh, ini.. gue udah siap mau bocan, alias bobo cantik."

"Lah, baru juga jam tujuh, udah mau turu aja. Biasa juga kamu main emel sampe tengah malem,"

"Iya, itu kan biasanya, uhuk uhuk. Ini lagi luar biasa."

Arya melotot mendengar Rain terbatuk di seberang sana. Jangan bilang jika gadis itu sakit karena kehujanan saat perjalanan pulang sewaktu sore tadi. "Yang, lo sakit?"

"Apaan dah, orang gue sehat-sehat aja, uhuk. Ini, gue keselek lagi makan, uhuk uhuk!" Rain diam beberapa saat, lalu suaranya terdengar kembali. "Ihh, lo barusan manggil gue 'yang'? Ayang? Lucu banget sih, uhuk, pacar gue."

Arya sebal, Rain berbohong. Tadi bilangnya sudah siap mau tidur, kok tiba-tiba bilang lagi makan? Ambigu sekali jawabannya.

"Aku otw ke rumahmu, jangan lupa bukain pintu. Soalnya aku bukan setan yang bisa nembus tembok."

"Heh, mau ngapain lo ke--"

pip!

Belum selesai Rain berbicara, Arya segera mematikan telepon secara sepihak. Pemuda itu kemudian bergegas mengambil jaketnya, tak lupa membawa sejumlah uang untuk membeli obat di apotek nanti. Arya kemudian menaiki sepedanya dan mengayuhnya dengan cepat.

Lengkara [completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang