10 - Semakin Dekat

279 18 0
                                    

Bab 10 — Semakin Dekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 10 — Semakin Dekat

Adimas tengah memainkan bolpoin yang ada di sela jari telunjuk dan jari tengahnya. Pandangan lelaki itu tak ingin lepas dari sosok Anna yang saat ini masih sibuk merapikan meja kerjanya.

"Pak Adimas kenapa selalu menyuruh saya buat beresin meja kerja Bapak, sih? Kan ada tukang beres-beres, Pak? Ini bukan tugas saya, loh," gerutu Anna, menahan kekesalannya pada Adimas.

Adimas tersenyum tipis. "Bukannya tadi kamu yang bilang sendiri, bakal lakuin apa saja yang saya perintahkan?"

Anna menelan salivanya dengan pasrah. Memang benar, beberapa waktu lalu ia sendiri yang menghampiri Adimas di ruang kerjanya dan meminta maaf. Namun, Adimas justru memberinya persyaratan. Yaitu, tiga permintaan yang harus Anna kabulkan.

Adimas menyengirai. "Kenapa diam aja?"

"Oke, oke. Saya nggak akan protes lagi." Anna menghela napas pelan. "Tapi ingat ya, Pak. Kesempatan Bapak buat minta sesuatu ke saya tinggal dua lagi."

Adimas mengangguk mengiyakan. "Iya, Bos. Saya ingat, kok."

"Tapi, Pak. Sebelum kejadian ini, saya juga yang selalu Bapak suruh buat beresin meja kerja Bapak. Kenapa harus saya?"

"Harusnya kamu bangga, Ann."

Anna menatap Adimas dengan bingung. "Maksudnya?"

"Dari dulu cuma kamu yang saya izinin beresin meja kerja saya. Karena meja itu hanya boleh disentuh oleh orang spesial."

Anna tersipu usai mendengar penuturan Adimas. "Huh? Pak Adimas ngomong apa, sih? Kok Bapak tiba-tiba jadi aneh gini? Serem ih. Pak Adimas kerasukan, ya?"

Adimas tertawa. Kali ini tawanya begitu lepas, hingga gigi gerahamnya yang gagah terlihat. Entah mengapa, Anna jadi ikut tertawa melihat tingkah bosnya itu.

Untuk beberapa saat, aku bisa sedikit melupakan masalahku dengan Mama. Pak Adimas, terima kasih sudah membuat hariku bisa seceria ini, meskipun saat ini hatiku sedang tidak baik-baik saja. Anna bergumam dalam hati, seraya menatap Adimas yang duduk nyaman di sofa.

"Ada apa, Ann? Kok lihatin saya sampai segitunya?" tanya Adimas.

"Makasih, Pak," ucap Anna, lalu berlari menghampiri Adimas dan menubrukkan tubuhnya pada lelaki itu. "Aku mohon pada siapapun, jikalau ini hanyalah sebuah mimpi, tolong jangan bangunkan aku. Aku ingin tertidur terus dan merasakan kebahagiaan seperti saat ini," ujar Anna dengan lirih.

My Perfect Boss [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang