12 - Kisah Bima
Suara denting jam dinding meracaukan tidur malam Anna. Membuat perempuan itu sedikit mendengus kesal karenanya.
"Ah ... gara-gara status hubunganku dengan Pak Adimas aku jadi susah tidur." Anna menarik selimutnya ke atas hingga menutupi seluruh tubuhnya. "Masak sekarang aku resmi jadi pacarnya? Ish. Nggak ada seru-serunya sama sekali."
Drrrt ... drrrt ....
Ponsel Anna yang berada di atas nakas bergetar. Perempuan itu lantas meraih benda pipih tersebut dan melihat nama yang tertera di layar.
"Bima ngapain telepon jam segini?" lirih Anna, lalu segera mengangkat telepon. "Halo, Bim?" ucapnya kemudian.
"Ann, kamu di mana?" tanya Bima.
"Jam segini kamu nanya aku di mana? Tentu di apartemen lah, Bim. Ada apa?"
"Syukurlah. Aku kira kamu masih sama bos kamu."
"Emangnya kenapa?"
"Aku nggak suka aja."
Anna menarik napas dalam. "Bim."
"Ya?"
"Dia kakak kamu, loh. Kenapa kamu benci sama dia?"
"Aku nggak benci sama dia, kok."
"Terus? Kenapa tadi kamu bersikap buruk sama dia?"
"Aku cuma kesal."
"Kesal kenapa?"
"Ah, sudahlah. Kita ngobrol lain waktu lagi kalau ketemu."
"Setidaknya jelasin sedikit apa masalah kamu. Siapa tahu aku bisa membantu."
"Ini bukan sesuatu yang memerlukan bantuan."
"Bima, kamu masih anggap aku sahabat nggak, sih? Bukannya selama ini aku selalu cerita apapun masalahku ke kamu?"
"Ann ... aku cuma nggak tahu harus cerita mulai dari mana. Ceritanya panjang. Lain kali aja kita bicara kalau ketemu."
"Kamu nggak perlu menceritakan detailnya. Cukup alasan utama kenapa kamu kesal dengan Pak Adimas."
"Iya, Ann. Tetap saja aku nggak bisa cerita ini lewat telepon. Besok jam makan siang kita ketemuan di Kafe Indah Sari, gimana?"
"Baiklah. Aku usahakan."
"Oke. Selamat malam, Ann."
"Malam, Bim," balas Anna, sebelum mengakhiri panggilan.
Aku penasaran ada masalah apa antara Bima dan Pak Adimas. Sebenarnya aku nggak mau ikut campur, tapi aku terlanjur mengiyakan permintaan Pak Adimas tadi siang.
***
Kafe Indah Sari
"Siang, Bim," sapa Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Boss [END]
RomanceAnna, seorang perempuan yang bekerja sebagai event planner harus merasakan patah hati tatkala lelaki yang diam-diam ia taksir ternyata sudah memiliki calon pendamping dan akan segera melaksanakan pernikahan. Sialnya, Anna-lah yang harus terju...