Bab 19 - Restu
Usai mengantongi restu dari Arya dan Dini, Adimas dan Anna lalu berpamitan dan langsung bergegas menuju ke rumah keluarga Himawan, orang tua Anna.
Setelah hampir dua jam perjalanan, akhirnya keduanya pun sampai di sana. Adimas turun dari mobil lebih dulu, kemudian membukakan pintu untuk Anna, kekasihnya.
"Habis ketemu sama Tante Dini dan Om Arya aku jadi lega, Kak. Aku kayak melihat hubungan kita di masa depan itu cerah karena dapat restu dari mereka." Anna menghela napas panjang tatkala menginjakkan kaki di tanah kelahirannya.
"I--iya, dan cahaya masa depanku itu kamu, Ann," ucap Adimas sedikit gugup.
Anna terkekeh geli. "Suaramu bergetar, loh. Kamu pasti gugup kan, karena mau ketemu sama Papa dan Mama?" ejeknya.
Adimas mencubit hidung Anna dengan gemas, lalu berujar, "Ah ... kamu ini, ya!"
"Ahaha. Rileks aja, Kak ... rileks. Papa dan mamaku nggak gigit, kok," kata Anna, seraya mengusap-usap hidungnya yang memerah akibat ulah Adimas.
"Gimana bisa rileks, ini pertama kalinya aku datang ke sini. Tadi siang kamu juga gugup tuh, waktu ketemu orang tua aku."
"Haha. Iya, sih," aku Anna seraya tersenyum malu.
***
Adimas, Anna, Erizka, dan Rudi tengah duduk sambil berbincang-bincang di ruang tamu. Anna telah memperkenalkan Adimas, dan disambut suka cita oleh mereka.
"Kami senang, akhirnya kamu mengenalkan laki-laki pilihanmu kepada kami, Ann," ungkap Erizka.
Anna dan Adimas saling pandang satu sama lain seraya tersenyum singkat.
"Iya, Ma. Kami berdua juga meminta restu sama kalian. Semoga Mama dan Papa merestui hubungan kami," ucap Anna.
"Tentu, Anna. Tapi selain Mama dan Papa, ada seseorang yang begitu spesial yang berhak memberikan restu pada hubungan kalian berdua. Dia ...." Erizka menggantungkan ucapannya. Ia menoleh pada Rudi dan berbisik, "Sepertinya ini saatnya buat Anna tahu yang sebenarnya, Mas."
Rudi mengangguk samar. Sedangkan Anna dan Adimas justru terlihat bingung dengan sikap mereka.
"Ann, sebenarnya ada yang ingin Papa sampaikan ke kamu," kata Rudi, mengambil alih pembicaraan.
"Iya, Pa? Sampaikan aja," jawab Anna.
"Mama Erizka sebenarnya bukan mama kandung kamu, Ann." Rudi menarik napas dalam, lalu melanjutkan, "Mama kandung kamu itu Mama Fatma. Dia sudah meninggal sejak kamu masih bayi. Papa menyampaikan ini bukan tanpa alasan. Papa berharap untuk hari spesial nanti, kamu bisa meminta restu ke Mama Fatma sekaligus mendoakan beliau."
"Maksud Papa apa? Jadi selama ini mama kandung aku bukan Mama Erizka, dan mama kandungku yang sebenarnya sudah meninggal?"
Rudi mengangguk mengiyakan. "Maaf, selama ini Papa nggak pernah cerita apapun ke kamu. Dulu waktu kamu berumur sekitar tiga bulan, Papa sama Mama Fatma mengajak kamu liburan. Tapi dalam perjalan pulang, mobil Papa mengalami kecelakaan hebat. Waktu itu Papa terkejut karena motor Om Ilyas, suami Mama Erizka, tiba-tiba muncul dari pertigaan jalan."
"Tunggu, tunggu. Ini bohong, kan? Papa pasti cuma bercanda!" ujar Anna dengan nada bergetar. Matanya memerah membendung air mata.
"Papa kamu nggak bohong, Ann," sahut Erizka.
Tangis Anna pecah. Namun, ia sedikit lebih tenang tatkala Adimas mengusap pelan bahunya dan menenangkannya.
"Boleh Papa lanjutkan ceritanya sekarang?" tanya Rudi.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Boss [END]
RomanceAnna, seorang perempuan yang bekerja sebagai event planner harus merasakan patah hati tatkala lelaki yang diam-diam ia taksir ternyata sudah memiliki calon pendamping dan akan segera melaksanakan pernikahan. Sialnya, Anna-lah yang harus terju...