16 - Tentang Rasa

229 18 0
                                    

Bab 16 - Tentang Rasa

Mobil Adimas baru saja terparkir tepat di depan rumah Mela. Namun, kedua insan yang berada di dalamnya tak kunjung bersiap untuk keluar.

"Pak, Bapak yakin mau ikut ke dalam juga?" tanya Anna.

"Saya kok jadi ragu ikut ke dalam, ya?"

"Nah, kan. Mending Bapak nunggu di sini aja. Saya nggak akan lama, kok."

"Beneran, ya. Soalnya selepas ini saya mau ajak kamu ke rumah orang tua saya."

Anna tertawa pelan. "Pak Adi lucu, ih."

"Kok lucu?" tanya Adimas keheranan.

"Pak Adi saya ajak ke rumah Mela aja maju mundur gini. Eh malah mau ajak saya ketemu sama orang tua Bapak. Pak Adi beneran udah siap mengenalkan saya?"

"Saya berniat mengenalkan kamu ke orang tua saya dulu. Karena menurut saya, orang pertama yang berhak mengetahui hubungan kita adalah keluarga."

Anna mengangguk mengerti. "Pak Adi benar. Kalau begitu, saya izin ke rumah Mela dulu, ya."

"Tentu, Ann. Saya tunggu di sini. Ingat, jangan lama-lama ."

"Baik, Pak," balas Anna, kemudian turun dari mobil.

"Haiiii ... Anna," sapa Mela yang kebetulan ada di teras.

"Halo, Mel."

"Ayuk, masuk." Mela mempersilakan Anna.

Anna mengangguk.

***

"Silakan diminum, Ann," ucap Mela, usai meletakkan dua cangkir minuman ke atas meja.

"Terima kasih, Mela. Aduh, jadi ngerepotin kamu, nih."

"Ah, enggak, kok," balas Mela. "Ann, kamu diantar Pak Adimas, ya? Yang di depan itu mobilnya 'kan?"

"Em ... i-itu? Tadi kebetulan kami searah, jadi Pak Adi menawarkan tumpangan."

Mela hanya mengangguk, seraya tersenyum penuh arti.

Tak berselang lama, seorang perempuan tiba-tiba masuk dan memanggil nama Mela.

"Sore, Kak Mel," sapanya. "Eh, ada tamu?"

Anna tersenyum sekilas seraya mengangguk kecil.

"Kasih, kamu balik lagi ke sini? Apa ada yang ketinggalan?" tanya Mela.

"Iya, Kak. Ponselku ketinggalan di kamar kamu. Aku ambil dulu, ya."

"Ada-ada aja, kasihan Bima bolak-balik anterin kamu."

"Bima?" cuit Anna, membuat Mela dan Kasih sontak menoleh ke arahnya.

"Iya ... kenapa, Ann?" tanya Mela.

"Ah, nggak pa-pa. Kebetulan namanya mirip sama sahabat aku."

"Oh, kirain ada apa."

Setelah beberapa saat berbincang, Anna pamit pulang pada Mela.

"Terima kasih, Ann. Kamu sudah datang ke sini."

"Iya, sama-sama. Aku pulang sekarang, ya."

"Iya, hati-hati."

Setibanya Anna di dalam mobil, ia dibuat terkejut karena melihat luka lebam di pelipis dan ujung bibir Adimas.

"Pak!?" pekiknya. "Loh, ini kenapa? Perasaan tadi nggak kenapa-napa? Kok jadi kayak habis dipukuli?"

"Ah, nggak pa-pa. Ini cuma luka ringan. Kamu nggak usah khawatir. Kita langsung ke apartemen kamu aja, ya. Hari ini saya belum bisa ajak kamu ke rumah dengan kondisi saya yang seperti ini."

My Perfect Boss [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang