•
•
•
•
•
•Seorang gadis menatap orang orang disekitarnya tampak bahagia sedangkan dirinya tidak bisa tersenyum sekarang. Masa depannya dipertaruhkan dan dipertagung jawabkan oleh seorang laki-laki disampingnya.
Dua puluh menit lalu Callysta udah sah menjadi istri Arabian. Sebenarnya ia tidak mau menerima perjodohan ini kalo bukan karna ia ingin membalas Arkan dan menghancurkan Zarima. Callysta butuh seseorang yang bisa jadi benteng untuknya. Ia tidak akan pernah lupa sedikit pun apa yang dilakukan oleh Zarima kepada keluarganya.
Callysta berdecak pelan, semenjak dari tadi ia berdiri terus harus menyalami orang orang. Banyak tamu yang datang, hampir semua rekan bisnis orang tua mereka hadir sedangkan tamu mereka berdua hanya five girls dan black janson.
"Ck lama banget sih." Ujar Callysta pelan.
"Kamu capek?, istirahat aja di kamar." Kata Arabian menatap Callysta yang tidak henti henti mengumpat dengan suara kecil.
"Hay pasutri baru ni." Sindir Alisya datang dengan temen-temen dan anggota Black Janson.
"Selamat ya bos." Ujar Denil memeluk Arabian sekilas. Bagaimana pun juga ia sudah menganggap Arabian sebagai abangnya dan begitu juga dengan Arabian.
"Happy wedding." Abel mengucapkan kalimat itu meneteskan air mata. Sedih bahagia datang bersamaan membuat ia susah untuk mengontrol emosi.
"Ih kok pada nangis sih?! gue belum mati lho." Callysta memanyunkan bibirnya melihat temen temennya terharu ia pun memeluk mereka dan ikut terharu.
"Selamat Bian." Kata Zidan.
"Selamat bos, nggak nyangka banget gue lo nikah duluan." Raifan dikit tidak percaya, apa mereka bisa seperti dulu lagi.
Arabian seolah olah tau apa yang dimaksud Raifan, "kalian tenang aja, nggak akan ada yang berubah meski pun gue udah nikah, kalian keluarga bagi gue." Fazen dan Vano setelah mendengar kalimat itu keluar dari bibir Arabian mereka langsung memeluk Arabian juga ikuti oleh yang lain kecuali Zidan dan Rayyan dua manusia kaku itu.
"Gue udah ramal dari awal kalau kalian jodoh." Suara Runa memecahkan keheningan.
"Lo dukun?" Celetuk Chelsea Runa menggeleng pelan.
"Kalian nggak liat di mading Lauhul mahfudz sih, ketinggalan berita kan jadinya." Cicitnya Abel membuat semua tertawa ia bersembunyi dibalik badan Fazen.
"Kapan lo kesana? Kok nggak ngajak ngajak gue sih, kan gue juga pengen tau siapa jodoh gue." Vano ikutan ketularan virus Abel.
"Ada undangan nya nggak. Gue pengen ikut juga, siapa tau dia ada disana juga jadi gue bisa dangsa bentar sekali kenalan sebelum masuk ke tahap selanjutnya." Chelsea senyum senyum sendiri nggak jelas.
"Karungin bawa pulang aja lebih cepat." Saran Fazen.
"Korban datang terlambat pas pembagian otak gini nih jadinya." Cibir Alisnya heran melihat tingkah teman-temannya.
Semenjak tadi Callysta dengan Arabian mendengar pembicaraan teman teman mereka terkekeh dan menikmati pembicaraan random mereka.
Acara udah berakhir, semua tamu sudah pada pulang. Callysta duduk di tepi ranjang menunggu Arabian selesai mandi, ia merasa sangat aneh untuk mandi saja harus menunggu itu membuat ia sedikit kesel lantaran keringat terus keluar dari tubuhnya.
Suara pintu terbuka Callysta langsung melongok kearah pintu terlihat Arabian sedang mengeringkan rambutnya menggunakan handuk dengan kaos polos.
"Lama banget sih!" Kesel Callysta masuk kedalam kamar mandi. Arabian terkekeh melihat Callysta begitu gemes.

KAMU SEDANG MEMBACA
CALLYSTA! |END|
RomanceFollow dulu sebelum baca! Selama dua tahun tinggal di Amerika, Callysta memutuskan untuk kembali ke indonesia dan sekolah disana. Callysta kembali untuk mencari tau penyebab kepergian sang bunda. Sebenarnya apa yang terjadi delapan tahun yang lalu...