Keesokan harinya...
Jauh ditempat yang berkabut dan diguyuri hujan yang dibarengi kilatan petir.
Tempat yang terdiri dari sebuah pulau dengan 3 bukit yang dikelilingi oleh lautan.
Setiap sisinya dikelilingi oleh baru karang yang menjulang naik. Hanya pelabuhannya yang tidak.
Saat ini Ye Liu bersama Huang Ya sedang berada di atas kapal yang menuju ke negeri hujan.
Badai yang kencang membuat gelombang laut mengguncang kapal yang ditumpanginya.
"Ibunda... Huek.. huff.. huf.." ucap Huang Ya muntah untuk kesekian kalinya.
"Hmm... Baiklah." Ucap Ye Liu menetapkan untuk melakukan sesuatu.
Di kemudi kapal....
"Pak.. badainya terlalu ganas, kalau terus seperti ini kita akan tenggelam." Ucap seseorang di ruang kemudi.
"Ah sialan! Mengapa orang-orang itu tidak menenangkan badainya." Kesal pak kapten.
Tak lama kemudian terdengar suara nyanyian.
"Pak kapten, aku mendengar suara nyanyian." Teriak seseorang dari luar.
"Akhirnya mereka melakukannya." Ucap pak kapten akhirnya tenang tentram.
Nyanyian itu kian terdengar membuat orang-orang menyadari bahwa nyanyian itu ada di kapal mereka.
Nyanyian yang begitu lembut tapi tegas dibeberapa nada yang seakan menenangkan dan memarahi langit yang mendatangkan badai.
Nyanyian itu membuat orang-orang merasa tenang dan lega namun tetap ada kal sehat yang mereka miliki. Tidak ada rayuan.
Kondisi langit akhirnya kian menampakkan cahaya matahari, seakan awan hitam tadi di sapu pergi oleh angin, laut juga akhirnya tenang dengan semilir-semilir angin yang membawa ombak kecil dari belakang kapal yang membuat perjalanan menjadi lancar.
"Terimakasih nyonya Ye telah menenangkan cuaca yng begitu ekstrim." Ucap pak kapten membungkuk hormat disertai anak-anak buahnya yang ikut di belakangnya.
"Tidak masalah kapten Hui, itulah yang perlu dilakukan untuk keselamatan kita bersama." Ucap Ye Liu Dibarengi dengan senyum cerahnya.
"Huhuhu... Kupikir ini adalah hari terakhirku di dunia. Untung saja ada peri Ye" Ucap salah seorang disamping pak kapten yng terlihat masih muda dan cukup tampan sekitaran umur 6-7 tahun
"Bicara apa kau bocah nakal." Teriak kapten Hui memukul kepala anak itu.
Anak itupun bergegas pergi ke orang dibelakang mereka lalu bersembunyi dibelakangnya untuk menghindari pukulan berikutnya.
"Bocah ini, maafkan ketidak-sopanan bocah nakal itu." Ucap kapten Hui lalu di juluri lidah oleh bocah nakal itu.
Ye Liu tertawa kecil dengan pesona tiada tara, membuat mereka langsung terpesona.
"Dewi.. peri ternyata seorang Dewi." Ucap para anak buah pak kapten.
"Heh... Lihat apa kalian, sana pergi kerjakan tugas kalian." Teriak kapten Hui menyadarkan mereka.
"Tcih pak kapten ingin Dewi untuknya sendiri." Ucap salah seorang anak buahnya yang berbalik pergi.
"Apa kau bilang..." Teriak kapten Hui akan melemparkan tinjunya tapi mereka telah lari duluan.
"Pak kapten!! Ingat kau sudah beristri!" Terikat mereka dari jauh.
"Aku akan melaporkannya kepada istrimu wahahaha." Terik salah satunya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Kaisarku Yang Malang
Fantasycerita tentang seorang penulis terkenal yang memiliki kisah hidup menyedihkan hingga layak disandingkan dengan budak zaman pertengahan. Hidup sebagai budak perusahaan, keluarga yang sangat menuntut dirinya, harus menyenangkan pelanggan kaya dengan d...