Ch. 1 Fans servis

7.1K 440 26
                                    

"ahh ah... Pe..pelan pel...an, aaaah..." Desah bertaut jerit yang memuncak dibawah kukungan pria yang lebih kokoh darinya.

Setelah 💦 kesekian kalinya...

Pria kokoh itu bersandar di jendela dengan rokok disela jarinya, hanya memakai baju yang disediakan hotel, memandang keluar jendela.

Sedang pria satunya sedang terbaring lemah di atas kasur yang berbalutkan selimut.

Keheningan nyaman berlalu kemudian pria yang terbaring tadi sudah memakai pakaiannya kembali, meletakkan kredit diatas meja.

"Terimakasih atas fan-servis nya penulis starry forest." Pria itu tersenyum kesenangan kemudian menutup pintu.

"Haaah... Hidup yang melelahkan." Pria kokoh itu mendesah serak, berjalan menuju kredit yang diletakkan pria tadi.

"Padahal aku tidak butuh hal seperti ini." Memandang kredit ditangannya, kemudian membaringkan tubuhnya kasar kekasur.

Ia menangkupkan lengannya menutupi matanya, melelahkan itu yang ia rasakan, hingga tak lama dering hp membuatnya terbangun kembali.

Ia tak ingin mengangkatnya karena ia sudah tau hal apa yang akan didengarnya, hal yang sama, berulang  kali selama tahun-tahun terakhir selama dirinya terjun kedunia penulis.

Dering hp itu berhenti kemudian berdering kembali, ia mendengus kesal jadi ia dengan rasa enggan mengangkat panggilan itu.

"Ada apa denganmu, kenapa baru mengangkat nya, yah tidak masalah juga sih, pelanggan kaya tadi merasa senang dan memberiku beberapa bonus, jadi aku tak akan mempermasalahkannya kali ini."

"Sebelum pelanggan berikutnya datang, percepatlah menulis novelmu itu, kau tahu konsekuensinya kan."

Pria yang terdengar dari telepon itu terdengar sangat arogan, membuatku ingin membantingnya kedunia lain.

"Hei, kau disana?"

"3 hari, undur fan-servis nya 3 hari. Akan kuselesaikan semuanya." Ia membalas dengan malas.

"Kau yakin?, Terserahlah... Aku tak peduli, yang penting selesaikan semuanya secepatnya dan terima pelanggan lagi."

Itulah kata terakhir dan panggilannya pun terputus.

"Ha..."

Ia membaringkan tubuhnya lelah, dengan cepat ia tertidur.

==========

Pagi harinya, ia terbangun oleh sinar cerah matahari dan dering telepon. Dengan lamban ia mengangkat panggilan itu.

"Nak, kau disana?."

"Hem..."

"Bagaimana kabarmu?"

"Seperti biasa."

Keheningan tercipta sesaat kemudian sang ibu angkat bicara lagi.

"Bisakah..."

"Akan  kukirimkan."

"Aiyo, terimakasih nak, kamu memang kebanggan ibu, sebenarnya ibu baru saja melihat teman ibu mengenakan tas baru, juga tas ibu semuanya sudah lama ibu beli, sekitar 3 hari yang lalu. Sangat mengesalkan jalang itu dengan sombongnya memamerkan tas barunya, tcih. Oh iya adikmu juga butuh uang sekitar 1 milyar untuk biaya bajunya, diakan akan masuk kuliah 3 hari lagi."

"Hum... Aku akan mengirimkannya."

"Aiyo, terimakasih anakku, tapi bisakah kamu beri ibu lebih, belakangan ini ibu lihat banyak produk-produk baru di mall."

"Akan kukirimkan."

"Baiklah nak, cepat kirimkan yah..." Dengan nada sangat amat gembira sang ibu menutup teleponnya.

"Ah, sisa saldoku 1.890.549.000."

"Terserahlah..." Dengan rasa pasrah ia mengirimkan 1.000.000.000 ke adiknya dan 890.500.000 ke ibunya. Jadi sisa untuk dirinya hanya 49.000.

Dengan itu semua, dering panggilan terdengar kembali, ia lalu mengangkatnya.

"Hoi kakak sialan, kenapa hanya 1 milyar, itukan tidak cukup. Bagaimana aku akan menghidupi diriku dan pacarku jika hanya segitu."

"Sisa uangku sudah ku beri ke ibu." Jawabnya santai.

"Hah... Halouu Ye Liu, aku tidak peduli ya, tambahkan saja apapun ke adikmu ini, ah... Kau kan baru saja fan-servis, berikan saja hadiah nya ke aku."

Keheningan sementara yang tak lama.

"Akan kukirimkan."

"Tcih gitu dong sialan."

Dengan itu panggilan berakhir.

"Haaaah..." Desah seraknya pelan, lalu telepon selanjutnya mulai.

"Oi Ye Liu kau sudah bangunkan?."

"Iya."

"Kenapa draft nya belum masuk, kau belum mulai menuliskan, berapa kali harus kukatakan padamu, semakin cepat kamu menyelesaikan pekerjaan mu semakin cepat kamu menyelesaikannya semakin aku bisa mempertimbangkan pemutusan kontrak."

"Dengan baik hati aku memberimu 3 hari tanpa fan-servis, kau tau seberapa tertekannya aku didesak oleh pelanggan² kaya ingin segera tidur denganmu."

"Jadi bangun dan selesaikan semuanya secepatnya oke."

Tanpa bisa mengatakan sepatah katapun, sambungan telah terputus.

Ye Liu mengeryit memijit dahinya yang terasa berdenyut. Dengan tabahnya ia mengambil leptopnya dan mulai mengetik dengan cepat.

satu dua bab telah selesai ia kerjakan dari waktu ke waktu, hingga hari ke 3, sepuluh novel akhirnya telah di tamatkan tepat di pukul 00.00.

Ye Liu tampak kusam dengan aura hitam yang nampak di sekujur tubuhnya, lingkar hitam di bawah matanya nampak permanen.

"Huh..."

"Akhirnya selesai juga." Ia meregangkan badannya yang kaku.

"Lapar." Sudah jelas ia pasti lapar ketika 3 hari terus di depan laptop dan berganti ke komputer setiap saat, tanpa jeda sedikitpun.

Saat ini Ye Liu berdiri untuk mencari makanan di dapur, namun tak menemukan apapun, selain sebotol air minum.

Sungguh menyedihkan tapi itu lebih dari cukup baginya yang telah hidup seperti itu selama hidupnya itu.

"Sisa 49.000 huh." Ia mendengus kesal melihat saldo di rekeningnya, mengingat ia telah mengerjakan pekerjaannya dengan sukses.

Kemudian ia beralih ke luar hotel mencari setidaknya apapun yang bisa dimakan.

Sungguh, akan aneh bila masih ada toko yang masih terbuka dijam sepagi ini, dan benar saja tak ada satupun toko yang terbuka sepanjang ia berkendara.

Tepat ketika ia merasa tak punya harapan tentang makanan, sudut matanya kemudian melihat secercah cahaya yang bersinar terang.

Ia dengan wajah malasnya yang kelelahan perlahan melihat ke arah yang tentunya telah berbunyi 'tin....' dan 'brak'.

"Ah...  Aku..." Pikirnya melihat dengan pandangan yang memerah.

"Begitukah... inikah akhirnya, tak begitu menyakitkan dari yang kubayangkan. Jika tau kematian tidak sebegitu menyakitkan... Ah sudah lah... Aku tidak menginginkan apapun lagi." Batinnya yang tak lama kemudian terdengar suara sirine dari ambulans, yang terdengar intens serta suara yang memanggilnya yang perlahan mengecil.

Sudahlah, tidak perlu menyelamatkanku, tak ada lagi harapanku untuk dunia ini, ah... Aku lupa mengirimkan kredit yang diinginkan adikku.

"Sungguh kata terakhir yang menyedihkan." Tiba-tiba suara menggema terdengar yang membuat Ye Liu membuka matanya seperti saat ia selesai mengerjakan 10 novel.

Bersambung...
Senin 4 Juli 2022

Jika kalian merasa cerita kali ini Bagus, silahkan di vote supaya saya ada niat buat lanjut.☺️☝🏻

[BL] Kaisarku Yang MalangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang