"Sungguh Allah melaknat orang yang menikahi tangan (jarinya) sendiri."
Happy Reading ❤️
.
.
.
.
.
.
."Salah! Ulang dari awal!"
"...."
"Salah!"
"...."
"Ulang!"
"...."
"Huh! Dari awal!"
"...."
"Astaghfirullah al adzim Ya Allah. Huff .... Sabar .... Ulang lagi dari awal!"
"Hah!!! U-ulang lagi? Kan udah bener pengucapannya?" Protes Syifa. Sedari tadi sudah belasan kali ia harus mengulang hafalan kosa katanya karena berbagai alasa. Misalnya saat lupa, salah sebut, kebalik, dan g berurutan dari kata 1-100, ia harus mengulang lagi dari awal. Begitu terus sampai tenggorokannya sudah kering karena menghafal terus. Apalagi ia tidak boleh lambat menyebut setiap kata, harus cepat, jika lambat maka ia harus ulang dari awal.
"Jelas salah! Kamu mengucapkan 'qobalah wayuqabilu' yang artinya berjumpa. Seharusnya 'qabbala wayuqabbilu', itu baru artinya mencium." jelas Fatir.
"Ulang!" Titah Fatir.
"Hufff." Syifa menghela nafas lalu memejamkan matanya sesaat. Ia harus lebih fokus lagi mengingat dan mengucapkan dengan benar semua kosa kata tersebut.
"Okey, here we go." Syifa mulai menghafal semua kosa kata itu lagi. Fatir pun mulai menyimak lagi setiap kata yang di ucap Syifa, mengoreksi apakah terdapat kesalahan pengucapan lagi yang gadis itu perbuat.
Lagi asyik menghapal kosa kata, Syifa tak sadar bahwa sedari tadi Fatir tak sengaja melihat ke arah wajahnya yang sedang memejamkan mata.
Untuk pertama kalinya Fatir tidak bisa memalingkan wajahnya dari memandang wanita lain selain ibu, kakak, dan adiknya. Ia melihat Syifa adalah wanita yang paling cantik dari banyaknya wanita yang pernah ia lihat sebelumnya.
Alis hitam yang melengkung indah, tidak tipis dan tidak juga tebal. Bulu mata yang begitu lentik saat Syifa memejam. Hidung mancung, bibir tipis dan berwarna merah meskipun tanpa lipstik yang mewarnainya. Gigi tersusun rapi, putih, dan jangan lupakan gingsul yang terlihat beberapa kali mengintip saat mulut wanita itu terbuka. Wajah yang begitu putih, bersih, mulus, serta pipi yang terlihat sedikit memerah karena saking putih kulitnya. Bentuk wajahnya kecil, dan rahang hingga dagunya terbentuk dengan sempurna.
Syifa telah menyelesaikan hafalannya. Hening, Syifa tidak mendengar suara apapun. Kemudian ia membuka mata dengan perlahan. Ketika matanya terbuka sepenuhnya, yang pertama kali ia lihat adalah Fatir sedang memandang ke arahnya. Mata mereka bertemu untuk pertama kalinya.
Di ujung sana, Fatir baru saja melihat mata yang paling indah yang pernah ia lihat. Bola matanya berwarna coklat pekat dengan pupil mata paling hitam yang pernah Fatir Lihat. Sklera atau selaput yang mengelilingi bola mata wanita itu sangat putih dan juga jernih. Tidak terlihat sedikitpun urat mata yang menggangu keindahan mata wanita itu. Kelopak matanya atasnya cantik, kelopak mata bawahnya yang terlihat sedikit gelap karena begadang pun, malah semakin memperindah mata kedua mata itu.
Sungguh, ketika melihat wajah cantik Syifa, dalam hati Fatir seolah berkata "Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?"
Syifa mengedipkan matanya beberapa kali. Ia tidak salah lihat kan? Gus Fatir melihat wajahnya tanpa berkedip sama sekali? Pria itu kerasukan atau bagaimana? pikirnya.
Syifa berusaha menyadarkan Fatir yang terdiam seperti patung horor yang menatapnya tajam. Berkali-kali ia melambaikan tangan di depan pria tersebut sambil memanggil-manggil namanya.
Di pandangan Fatir saat ini, ia melihat gerakan Syifa seperti slow motion, dan setiap gerakan yang ia lakukan terlihat sangat indah dan menawan. Hal itu membuatnya semakin terpesona. Jantungnya tiba-tiba berdenyut kencang. Wajahnya terasa panas hingga ke ubun-ubun. Apakah begini rasanya ketika jatuh cinta pada pandangan pertama? pikirnya.
"Gus!!" teriak sedang Syifa, tepat di depan wajah Fatir. Wajah mereka begitu dekat. Fatir bisa melihat bibir merah itu begitu dekat. Ia meneguk ludahnya dengan susah payah. Semakin dekat dan semakin dekat, sedetik kemudian Fatir tersadar dan tersentak kaget ke belakang.
"Apa yang kamu lakukan!" bentak Fatir sedikit keras. Ia benar-benar syok dengan apa yang baru saja terjadi.
"Saya hanya mencoba menyadarkan Anda." jawab Syifa santai.
Tapi tidak dengan jantung Fatir saat ini. Mendengar suara Syifa seolah membuat jantungnya semakin kencang. Tunggu, bukan hanya jantungnya yang semakin kencang. Di bawah sana, sesuatu yang bangun dan membuatnya begitu kesakitan. Apa ini? Dia baru saja berbuat zina! Zina mata, zina hati, zina telinga, dan juga zina pikiran.
Fatir harus pergi dari sini secepatnya. Setiap detik rasanya adalah sebuah penyiksaan. Ujian bagi keimanan dan ketaqwaannya. Nafsunya sedang berada di puncak, berkobar dan terasa membakar seluruh raganya.
Tak ingin semakin menambah dosa, Fatir langsung pergi ke kamarnya. Mengunci rapat-rapat agar tidak melihat dan mendengar apapun yang berkaitan dengan gadis itu saat ini.
Syifa keheranan saat melihat Fatir terburu-buru pergi ke kamarnya seperti orang yang lagi kebelet pipis. Yah, mungkin saja pria itu memang kebelet pipis.
Syifa melihat jam dinding, sudah jam 1 lewat. Setidaknya ia masih punya waktu tidur sebelum waktu tahajjud tiba. Ia melirik ke arah Jian, ternyata gadis itu sudah molor sedari tadi.
Syifa pun berusaha menggendong anak itu di punggungnya. Meskipun sangat kesusahan waktu mengangkatnya, ia tetap berusaha sekuat tenaga menyeret anak itu ke kamar.
Perlahan demi perlahan, ia melangkah dan akhirnya sampai juga di kasur Jian. Ia meletakkan Jian di atas kasur dengan posisi kaki yang masih menjuntai. Selanjutnya ia berusaha memperbaiki posisi tidur Jian dengan cara menariknya ke atas.
Setelah memastikan pintu kamar tertutup rapat, ia membuka seluruh pakaiannya kecuali celana pendek dan juga tank top hitam yang ia kenakan karena gerah memakai gamis dan jilbab seharian. Kemudian ia merebahkan tubuhnya di atas kasur di samping Jian.
***
Sementara itu di tempat lain, tepatnya di kamar mandi, kamar Fatir. Ia sedang terdiam di bawah guyuran air keran shower yang sangat dingin ketika tengah malam begini.
"Haaahh .... hahhh ....." napasnya terdengar begitu dalam dan berat.
Dalam hati, ia selalu beristighfar dan meminta ampun kepada Allah atas dosa zina yang ia lakukan tadi. Bahkan saat ini, wajah wanita itu masih terbayang. Bibirnya, hidungnya, matanya, alisnya, suaranya, pokoknya semu hal yang ada pada tubuh wanita itu hampir saja membuatnya gila dan kehilangan kewarasan saat ini.
"Akhhhh!!" teriak Fatir frustasi. Ia melampiaskan nafsunya dengan memukul tembok sampai kedua tangannya terluka.
Fatir juga manusia biasa, ia mempunyai hawa nafsu. Dan sekarang hawa nafsu yang selama ini ia tahan dengan cara menjauhkan diri dari memandang wanita yang bukan mahramnya, telah mengalahkannya. Ia benar-benar bernafsu sekarang.
Meskipun begitu, ia tetap tidak mau melakukan hal-hal yang dimurkai oleh Allah SWT hanya untuk menuntaskan hawa nafsunya. Meskipun dirinya tengah sangat tersiksa saat ini, ia tetap tidak mau melakukan o**n* dan menodai tangannya. Dari dulu ia betul-betul menjaga kem*lu*nnya dari hal-hal yang haram.
Jika tidak bisa melampiaskan hawa nafsunya dengan cara itu, mungkin dengan menyakiti dirinya adalah jalan satu-satunya. Ia pun semakin gencar memukul tembok kamar mandinya. Dan tangannya pun semakin banyak mengeluarkan darah.
Setidaknya dengan cara begitu, ia dapat menghilangkan bayangan wanita itu dari pikirannya dan berangsur-angsur panas ditubuhnya meturun. Sakit yang ia rasakan pada kem*lu*nnya pun mereda.
"Alhamdulillah." ucap Fatir bersyukur saat keluar dari kamar mandi setelah menuntaskan nafsunya tanpa melanggar larangan Allah.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Arrogant!! (TAMAT)
Spiritual[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!] ✋🚫[PLAGIATOR JANGAN MENDEKAT!!!] Peringatan!!! Hanya orang-orang tertentu yang bisa membaca cerita ini hingga tamat, sudah banyak yang menyerah karena alurnya berat!!! "Oke Lidya setuju. Jadi selama kalian ke luar ne...