Bab 23

23.9K 1.3K 4
                                    

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

"Nak Syifa, mungkin kami sudah tidak perlu menjelaskan lagi alasan kenapa neng Syifa di suruh ke sini." ucap Kiai Ahsan.

"Maaf Pak Kiai, Umi, maaf karena Syifa udah bikin semua orang khawatir." Jawab Syifa sesal.

"Sekarang kami tanya, nak Syifa sebenarnya dari mana jam segini baru pulang?" Kiai Ahsan menatap Syifa sangat serius. Begitupun yang lain.

"Begini, Pak Kiai. Jadi waktu hari Jumat, nenek saya telpon, katanya dia lagi sakit. Karena saya khawatir dan tiap malam g bisa tidur karena mencemaskan beliau, saya pergi untuk menengoknya." Jawab Syifa. Tentu saja dia berbohong.

"Tapi kan kamu bisa minta izin dulu sama kami baru pergi. Bukannya kabur kayak gini." kata Pak Kiai. Ia tidak habis pikir.

"Ma-maaf Pak Kiai. Syifa menyesal. Mungkin saking khawatirnya, Syifa sampai lupa untuk izin dulu." Syifa menunduk penuh penyesalan. Sebenarnya itu semua cuma akting. Jian sangat tahu itu.

"Huh .... Yasudah, untuk kali ini saya maafkan. Tapi kalau sampai hal seperti ini terjadi lagi, saya tidak akan segan-segan menelpon orang tua kamu untuk menjemput kamu pulang." Kata pak Kiai tegas.

"Baik Pak Kiai. Terimakasih. Syifa janji hal seperti ini tidak aka terulang lagi. Kalau begitu, Syifa pulang dulu ke asrama." pamitnya.

Syifa berbalik dan ingin pergi dari tempat itu secepatnya. Ia takut di tanya-tanya lebih banyak. Entah berapa banyak kebohongan lagi yang akan ia lakukan di pesantren ini.

"Tunggu!" Fatir menghentikan Syifa.

Syifa berbalik dan menatap heran Gus Fatir yang sudah ada di depannya sambil menengadahkan tangan kanannya ke atas.

"Mana handphone kamu?" tanya Gus Fatir.

"Hah? Maksudnya gus?" tanya Syifa tak mengerti.

"Mulai sekarang, saya yang akan memegang handphone kamu. Kalau kamu mau mengambilnya, ambil di saya." Jawab Fatir.

"Whatt???" Syifa tidak percaya ini.

Mana handphonenya tidak pakai sandi. Bisa berabe urusannya kalau sampai gus Fatir mengotak-atik handphone-nya tanpa sepengetahuannya.

"Serahkan handphone kamu sekarang!" Kata Fatir memaksa.

Syifa pura-pura mengecek kantong gamisnya. "Maaf Gus, kayaknya saya lupa di asrama, saya ambil dulu baru kembali kesini."

Syifa berbalik dan hendak pergi secepat mungkin.

Drrttt Drrrttt.

Syifa meneguk salivanya berkali-kali. Handphonenya tiba-tiba berbunyi.

"Sialan!" Umpat Syifa dalam hati.

Tamat sudah riwayatnya sekarang. Apalagi alasan yang harus dia pake.

"Itu handphone kamu bunyi. Jangan coba-coba mengelabui saya. Sini!" Perintah Fatir.

Syifa berbalik lagi ke arah Fatir. Yang ia lihat pertama kali adalah Fatir sedang menelpon. Ternyata gus Fatir yang menelpon ke handphonenya.

"Tunggu, darimana orang ini mendapatkan nomor handphone ku?" batin Syifa heran.

Syifa melihat ke arah Jian dengan ekspresi bertanya-tanya. Jian mengalihkan pandangannya seolah tak mau menatap ke arahnya.

"Tidak salah lagi, ini pasti ulah anak itu!" batin Syifa kesal.

Mau tidak mau, Syifa harus memberikan handphonenya kepada Fatir. Tapi sebelum itu, ia mematikannya terlebih dahulu.

Gus Arrogant!! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang