Bab 32

27.1K 1.4K 6
                                    

"Angkat tangan kalian!!" Perintah Rama. Ia menodongkan pistol ke arah Jian dan Fatir.

Fatir mengangkat tangannya. Ia menyembunyikan Jian di belakangnya.

Rama melihat ada jendela. Ia berniat kabur melalui itu. Tapi sialnya ada banyak aparat kepolisian yang menunggunya di bawah.

"Sial!!" Umpatnya kesal.

Rama berjalan mendekati pintu. Tentu saja Fatir dan jian berjalan ke arah sebaliknya.

"Kalian jangan coba-coba ngelabuin gue!" bentak Rama.

Fatir dan Jian terus saja beristighfar dan berdoa dalam hati. Semoga tidak terjadi apa-apa pada mereka.

Rama mencoba membuka pintu. Sialnya lagi, ia tidak tahu kalau di luar juga ramai polisi yang berjaga.

Melihat Rama keluar, kepala kepolisian dan beberapa anggotanya langsung saja bertindak untuk melumpuhkan Rama.

"Akhhh!!! Lepasin! Lepasin gue!!!" Teriak Rama kesakitan.

Kepala kepolisian memelintir tangannya ke belakang dan memojokkannya ke tembok. Setelah itu senjatanya juga di ambil.

"Sodara Rama kami tahan! Sebaiknya anda dengan sukarela ikut kami ke kantor. Jika tidak, maka hukuman anda saya pastikan akan bertambah!" ucap polisi itu dengan tegas.

"Akhhh!!!" Rama makin kesakitan karena polisi semakin menindihnya karena masih ingin memberontak.

"Bawa dia!!" perintah polisi tersebut.

Anak buahnya pun memegangi Rama dengan kuat. Mereka lalu membawanya ke mobil polisi di bawah.

Fatir memeluk Jian erat. "Alhamdulillah, terimakasih ya Allah." Syukurnya.

"Kamu g papa kan dek?" Tanya Fatir khawatir.

Jian menggeleng pelan. Ia masih trauma dengan kejadian tadi. Fatir mencium sayang dahi sang adik untuk menenangkannya. Lalu mereka semua pun turun ke bawah.

"Maaf semuanya, dengan berat hati sepertinya acara hari ini harus kami batalkan. Maaf karena sudah mengecewakan kalian. Silahkan ambil bingkisan untuk kalian bawah pulang." ucap Kiai Ahsan penuh penyesalan.

Umi Salamah sudah sadar. Ia sudah bisa duduk meskipun kepalanya nasih agak pusing.

Semua tamu undangan pulang dalam perasaan kecewa. Sedangkan para santriwati malah merayakan batalnya pernikahan gus idola mereka.

***

Semuanya sudah kembali tenang. Wedding organizer yang di sewa pun sudah membereskan kembali dekorasi mereka. Rumah Kiai Ahsan yang tadinya berantakan pun sudah kembali bersih seperti semula.

Setelah sholat dzuhur berjamaah. Barulah pak Kiai mengajak seluruh keluarganya berserta ustadzah Nadya dan ibunya untuk membicarakan apa yang baru saja terjadi.

"Nak Nadya, bisa tolong ceritakan apa yang sudah dialami ibu anda sampai bisa seperti ini?" tanya Kiai Ahsan.

Nadya hanya diam. Ia sangat takut jika mereka semua tahu rahasia kelam yang selama ini ia sembunyikan. Sang ibu memegang erat tangannya. Ia menguatkan sang anak lewat pelukan.

"Tidak apa, Sayang. Semuanya sudah berlalu. Kamu tidak perlu takut lagi sama mereka." ucap ibunya.

"Sebenarnya begini Pak Kiai—"

"Biar Nadya saja ibu." kata Nadya setelah memotong pembicaraannya ibunya.

Nadya menarik nafas dalam. Setelah ini,  ia pasrah dan menerima apapun konsekuensi dari perbuatannya.

Gus Arrogant!! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang