"Atha!! Jaga sikap kamu sedikit, dia ini rekan bisnis Ayah!" tegas Avian memeringatkan anaknya.
Abidzar dan Gibran mencoba untuk menenangkan Atha yang lagi-lagi tersulut emosi. Mendengar ucapan sang Ayah, Atha hanya bisa terdiam dan menahan emosinya yang mulai melunjak. Ia tidak mau jadi anak durhaka, tapi di sisi lain, ia juga tidak bisa terima ayahnya lebih membela pria itu.
"Kamu benar, ini memang salah saya. Saya pria pengecut yang tidak berani mencarinya selama ini. Saya takut jika bertemu dengan dia, dia akan mengusir saya dan semakin membenci saya. Saya tidak tahu kalau dia akan sehancur itu karena kesalahan saya. Sa-ya, ... Saya benar-benar minta maaf ... saya tidak pernah menyangka ini semua akan terjadi ... saya takut dia membenci saya, tapi sepertinya dia akan lebih membenci saya setelah ini ... hik ... hik ...." Fatir tiba-tiba menangis.
Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan agar air matanya tidak keluar terlalu banyak. Tapi itu semua tidaklah cukup untuk membendungnya, karena kebocorannya bukan dari mata, tapi dari hati.
Avian tertegun, selama ia mengenal Fatir sebagai rekan bisnisnya, ia tidak pernah melihat pria itu takut akan hal apapun. Bahkan bila pria itu dihadapkan oleh seorang raja paling berkuasa sekalipun. Tapi hari ini, ia baru melihat sisi lain dari seorang Fatir.
"Cih!" Decih Atha sinis. Ia memutar bola matanya sesaat. Bagi Atha, semua perkataan Fatir hanyalah omong kosong. Itu hanya air mata buaya untuk menarik simpati ayah dan kakak-kakaknya. Ia tidak akan mudah ditipu seperti mereka.
"Tidak apa, Mr. Kami tahu. Sebagai sesama pria, kami mengerti, memang tidak mudah bagi seorang pria untuk mengakui penyesalannya di hadapan wanita. Karena terkadang, kita tidak menyadari kalau ego dan gengsi sudah lebih besar dari pada rasa bersalah kita." nasehat Avian.
"Tapi percayalah, putri saya benar-benar mencintai Anda. Sama seperti ibunya, ia akan selalu memaafkan pria yang ia cintai meskipun sudah disakiti berkali-kali." Avian menghapus air matanya yang turun ke pipinya tanpa ia sadari.
"Wataknya memang keras, tapi sebenarnya ia seperti itu karena takut jika dikecewakan." Papar Avian. Ia sudah tidak kuat menahan tangisnya juga. Entah mengapa, ia teringat bagaimana kisahnya dengan Ayana dulu.
"S-saya akan menemuinya sekarang. Saya akan minta maaf, kalau perlu saya akan bersimpuh di kakinya agar dia mau memaafkan saya." ucap Fatir yang tiba-tiba ingin pergi menemui Lidya.
"Tidak!! Jangan sekarang. Biarkan ia menenangkan dirinya terlebih dahulu. Sebenarnya, tidak mudah baginya untuk bisa bertemu dengan Anda lagi setelah semua yang ia alami. Biarkan semuanya mengalir seperti biasa, jangan terlalu terburu-buru." Larang Avian.
"A-apa maksud Anda, saya harus menjauhinya lagi?" tanya Fatir sedih. Ia berpikir, jika maksud ucapan Avian adalah untuk menyuruhnya pergi dan jangan menampakkan diri lagi ke hadapan Lidya.
"Tidak! Maksud saya bukan seperti itu, Mr.—"
"Tidak usah terlalu formal bicara kenapa saya, pak. Ini bukan tetang pekerjaan. Anggap saja saya hanya laki-laki biasa pada umumnya , " potong Fatir.
Avian langsung kebingungan, ia harus memanggilnya apa kalau bukan 'Mr.' "Baiklah, kalau begitu saya akan menganggap, Mr. Seperti anak saya saja." ucapnya.
"Tidak apa, pak." balas Fatir mengizinkan.
"Jadi maksud saya begini, Nak. Kamu kan sudah muncul lagi di kehidupan anak saya, biarlah berjalan seperti itu. Biarkan dia terbiasa dengan kehadiran kamu lagi di sisinya, sampai ia bisa benar-benar lepas dari trauma yang pernah ia rasakan. Setelah itu, saya yakin, kamu akan mendapatkan maafnya dengan mudah." jela Avian panjang lebar.
Fatir mengangguk mengerti, "Jadi setelah itu, pakah ada kemungkinan dia juga akan mencintai saya kembali?" tanya Fatir sedikit cemas.
Kedua bibir Avian melengkung ke atas mendengar ucapan Fatir. "Sejak kapan anak saya melupakan cinta pertamanya, nak. Bahkan saat tidur pun, dia selalu menyebut namamu. Dia memanggilmu Gus Fatir bukan?" tanya Avian memastikan.
Wajah Fatir langsung memerah. Ia jadi salah tingkah. "I-iya pak," Jawabnya gugup.
"Hahaha," Avian langsung tertawa melihatnya. Memang cinta adalah sihir paling luar biasa di dunia. Bahkan seorang es kutub utara seperti Fatir pun bisa mencair karenanya.
"Pfttt ...." Abidzar dan Gibran juga hampir keceplosan ikut tertawa. Mereka menahan mulutnya rapat-rapat untuk menjaga imagenya depan pria itu. Tapi Fatir malah jadi makin malu dibuatnya.
"Aduh hahaha ...." Avian sampai menangis karena saking kuatnya ia tertawa. Ia mengusap ujung kedua matanya yang basah setelah tersadar.
"Nak Arash tenang saja. Kami akan membantu nak Arash untuk mendapatkan maaf dari princess kami secepatnya. Iya kan anak-anak?" tanya Avian pada ketiga anaknya.
"Siap, Ayah!" jawab Abidzar dan Gibran bersamaan. Tapi Atha hanya diam saja dan tidak menanggapi ucapannya.
Fatir langsung tersenyum bahagia. Setidaknya ia sudah mengantongi restu dari ayah mertuanya. Eh salah, calon ayah mertua mertua maksudnya.
***
Tok tok tok
"Asya bangun, Sayang! Entar kamu telat lagi loh." panggil Ayana dari balik pintu kamar Lidya.
Ceklek
Lidya membuka pintunya cepat.
"Loh, tumben kamu udah bangun. Biasanya kalau udah sholat subuh, kamu langsung tidur lagi setelahnya. Dan susah banget kalau bunda bangunin. Habis dapat hidayah yah kamu semalam?" tanya Ayana tak percaya.
"Is, Bunda mah gitu. Emang salah kalau Asya pagi-pagi kek gini udah bangun? Yaudah deh, Asya balik bobo lagi aja." jawab Lidya ngambek. Ia ingin putar balik ke kasurnya yang empuk.
"Eeeh, g gitu juga kali. Masa, princess mama yang cantik ngambek sama Bundanya sih. Kan Bunda tadi cuma bercanda, Sayang." ucap Ayana mengehntikanya.
Lidya memeluk ibunya dengan manja seolah tidak mau melepaskan. "Bunda, Asya bolos aja hari ini yah?" pintanya memelas.
Wajah Ayana yang tadinya ramah, langsung berubah menjadi datar. Ia langsung melepaskan tangan Lidya yang melilit pinggangnya dari samping.
"Tidak boleh! Bunda g akan ngizinin kamu bolos seharipun selama semester ini. Ingat! Kamu ini sebentar lagi akan wisuda. G ada yang namanya bolos-bolos. Sekarang pergi mandi dan siap-siap!" perintah Ayana tegas.
"Ck!" Lidya menghentakkan kakinya keras ke lantai. Wajahnya langsung berubah masam.
"Iya deh iya," jawabnya malas. Ia pun berjalan ke kamar mandi dengan dengan lesuh. Pupus sudah rencananya untuk tidak bertemu pria itu hari ini.
Biar bagaimanapun, ia tetap harus menghindari pria itu. Ia tidak mau membuat hari keduanya masuk kampus menjadi penuh kesialan seperti kemarin.
***
"Selamat pagi dunia tipu-tipu!! Asya cantik mau memulai hari dengan semangat baru. Tolong jangan sampai ada hama seperti Gus Fatir yang merusak hari indah ini, Aamiin!!" teriak Lidya dari lantai dua rumahnya.
Ia pun turun dan melihat semua orang sudah berkumpul di meja makan.
"Selamat pagi Ayah, Bunda, babu-babuku tercinta, dan— What!!!" Mata Lidya langsung membulat seketika.
"Lo!!!" teriaknya terkejut dengan kehadiran seseorang di rumahnya. Tidak, lebih tepatnya dua orang yang rencananya ingin ia hindari mulai hari ini.
"Hai." sapa orang itu lalu kembali memakan makanannya dengan santai.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Arrogant!! (TAMAT)
Spiritual[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!] ✋🚫[PLAGIATOR JANGAN MENDEKAT!!!] Peringatan!!! Hanya orang-orang tertentu yang bisa membaca cerita ini hingga tamat, sudah banyak yang menyerah karena alurnya berat!!! "Oke Lidya setuju. Jadi selama kalian ke luar ne...