Chapter 18 "Menerima"

257 14 1
                                    


.o0o.

Sudah 1 tahun ini Baskara terus saja berjuang untuk meluluhkan ku dia bahkan tidak ada tanda untuk berhenti.

Karena kegigihannya, akhirnya aku pun luluh dan menerima Baskara sebagai suamiku. Aku pun sadar hidup akan terus berjalan, Romo dan Raka tidak mau aku terus bersedih, dan Baskara adalah tempat tujuanku sekarang. Aku percaya bahwa dia akan membawaku kepada kebahagiaan, karena itu juga adalah tujuan yang diinginkan Simbokku.

.o0o.

Menikah dengan Baskara ternyata memang bukan pilihan yang buruk. Baskara terus memperlakukanku dengan baik, dia seperti memperlakukanku sebagai ratunya. Aku benar-benar terharu, hingga aku takut. Aku takut bahwa semua ini adalah mimpi, dan aku akan terbangun kembali di tempat menjijikan itu.

Aku juga selalu minta maaf pada Baskara karena aku belum bisa memenuhi kewajibanku sebagai istri, aku terlalu takut dengan kejadian 2 tahun. itu membuatku tidak ingin kembali mengulanginya. Baskara tidak marah, bahkan dia berkata...

"tidak apa, hidup bersamamu sudah lebih dari cukup" ujarnya

Seketika aku menangis, mengapa ada orang sebaik Baskara? mengapa orang baik sepertinya dikirim kepada pelacur sialan ini? Aku sungguh tidak pantas! Tuhan yang terlalu baik atau Tuhan kasihan kepadaku? Aku tidak tahu, pikiranku sudah tidak bisa diajak kerjasama lagi. Aku terlalu larut ke dalam masa lalu itu yang tidak akan bisa aku lupakan selamanya.

Setiap malam aku ketakutan, kegelapan membuatku takut.

Bunyi decitan pintu pun membuat tubuhku bergetar hebat, hingga Baskara membuang pintu kamar dan menggantinya dengan kain untuk menutupi kamar kami agar aku tidak tersiksa karena teringat lagi dengan kejadian itu. Baskara begitu mencintaiku, hingga aku merasa tidak pantas untuk dicintai.

Akhirnya setelah keputusanku selama beberapa bulan, Aku memberanikan diri untuk memenuhi kewajibanku sebagai istri. Saat aku mengajukannya Baskara terlihat menolak, berkata bahwa dia tidak mau kalau aku terluka lagi karena hal itu, lebih baik diaa menahan hasrat lelakinya daripada harus membuatku menderita kembali.

Aku menangis. Menangis begitu kencang mendengar ucapannya, tapi tekadku sudah bulat, aku harus memenuhi kewajibanku sebagai istrinya. Baskara akhirnya pasrah karena tekadku, kami melakukan itu walau dengan tubuhku yang terus bergetar, Baskara berniat berhenti melihatku yang seperti itu, namun aku melarang nya. Dan terpaksa Baskara melanjutkan kegiatan kami. Saat melakukan itu Baskara selalu memperlakukanku dengan lembut, dia selalu bertanya apakah aku baik-baik saja, dan jika aku tidak sanggup maka dia akan segera berhenti. Aku benar-benar terharu dengan prilakunya, dia terlalu baik untukku, dan sekarang, mungkin aku telah jatuh cinta kepada lelaki itu. Cinta yang sangat dalam.

Aku juga memberitahu Baskara bahwa kemungkinan aku sudah tidak bisa memiliki anak lagi, karena saat itu jika aku memiliki anak aku terus dipaksa menggugurkannya, mungkin rahimku juga sudah rusak karena itu. Mendengar itu Baskara bahkan tidak marah, dia mencium keningku dengan lembut dan berkata..

"Anak itu adalah bonus, kau yang terus bersamaku saja sudah cukup bagiku" ujarnya membuat hatiku kembali tersentuh.

Dia seperti malaikat dan aku mencintainya.

.o0o.

JUGUN IANFU : Aku Bukan Misaki Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang