Chapter 17 "Tidak Adil"

252 11 0
                                    


.o0o.

POV Hapsari Arisanti Astutingtyas

   2 tahun telah berlalu setelah kejadian yang mencekam bagi hidupku.

Aku masih hidup dalam trauma yang menyakitkan, setiap aku melihat laki-laki berkulit putih, bermata sipit dan berpakaian tentara tubuhku langsung bereaksi, tubuhku bergetar, air mata tak bisa ku hentikan untuk mengalir, kegelapan menyerang pikiranku. Aku langsung teringat dimana 2 tahun aku berada di tempat seperti neraka sangat menyakitkan itu, benar-benar menyakitkan.

   Bahkan pada Baskara pun, aku belum bisa dekat dengannya. Dalam 2 tahun ini sampai sekarang, dia selalu menemaniku. karena saat ini aku hanya memiliki Baskara di sini.

   Aku belum pulang ke Yogyakarta, ke tempat pak Dhe. Aku belum punya keberanian untuk kembali ke sana.

Aku sudah tidak seperti aku yang dulu lagi, beliau pasti akan sangat membenciku, aku adalah sampah yang tidak berhak untuk mendapatkan ampun dari pak Dhe, juga karena kesalahanku yang tidak mematuhi larangan dari pak  Dhe yang membuatku seperti sekarang.

Aku sungguh tak sanggup untuk berhadapan dengan beliau.

Teman-temanku, Angraeni dan mardiyem, aku belum bisa menemukan mereka.

   Ketika peperangan berakhir dan Jepang menyerah kami berlarian keluar ketakutan, takut jika Jepang kembali lagi. Aku dan Baskara pun berlari untuk bersembunyi, namun sayang aku harus terpisah dengan Angraeni dan mardiyem, aku tidak tahu bagaimana keadaan mereka, apakah kondisi mereka lebih mengerikan dariku atau tidak, yang jelas kita sama-sama menjadi korban.

    Tapi sayangnya masyarakat di sini menganggap kami sebagai pelacur yang rela menyerahkan tubuh kami dengan sukarela pada penjajah itu.

Padahal semua itu sangat bertolak belakang dengan kenyataannya. Kami dipaksa, kami ditipu, bahkan kami disiksa, mengapa mereka tidak melihat luka-luka kami? mengapa mereka menutup mata dengan dengan kenyataan yang ada? apa mereka tidak ingin mencari tahu? mereka terus merendahkan orang-orang seperti kami, padahal ini bukan hidup yang kami inginkan. Masyarakat di sini tidak ada bedanya dengan orang-orang Jepang itu.

    Bukan kehidupan yang bebas, bukan kehidupan yang damai yang kami terima setelah bebas dari penjara yang menyeramkan itu, ya! aku memanggilnya penjara karena aku benar-benar tersiksa. Masyarakat di sini mencaci maki kami, melempari kami dengan telur busuk, menghina kami, merendahkan orang-orang seperti kami, mengapa kami harus menjalani hidup seperti ini? Ini tidak adil.

.o0o.

    Berita mengejutkan dalam hidupku kembali datang. kemarin Baskara melamarku untuk menikah dengannya.

Aku sangat terkejut, bukankah Baskara tahu masa laluku? bagaimana aku diperlakukan, dan bagaimana aku sekarang, tubuhku benar-benar seperti sampah, sudah tidak ada harga lagi, bahkan aku tak berniat hidup, tapi mengapa orang seperti dia malah melamar manusia yang sudah tidak suci sepertiku? Dia benar-benar gila, atau apakah Baskara juga ingin melakukan hal yang sama seperti orang-orang Jepang itu? aku benar-benar tidak tahu.

   Hari berganti hari, Baskara terus saja membujukku dengan lemah lembut, dia memperlakukanku dengan sangat baik, perlakuannya yang hangat mengingatkanku pada Romo.

Dia mirip sekali dengan Romo, lalu sekarang apa yang harus kulakukan untuk menghadapinya? aku terlalu takut dengannya karena mengingat orang-orang Jepang itu, tapi aku tidak mau kehilangan kehangatan yang sama seperti Romo darinya, aku benar-benar bingung.

.o0o.

JUGUN IANFU : Aku Bukan Misaki Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang