Chapter 11 "Kabur?"

498 13 0
                                    


.o0o.

   7 bulan setelah kejadian aku yang berniat bunuh diri, yang artinya sudah satu tahun aku berada di tempat mengerikan ini.

   Setelah kejadian itu, Chikada melarang tentara-tentara yang ingin bersamaku untuk membawa senjata tajam ke dalam kamarku. Bahkan Chikada menambahkan tentara yang menginginkan aku dalam sehari, tubuhku sudah tidak kuat lagi.

Mereka banyak dan kasar. Aku tidak dibiarkan untuk istirahat. Akal ku juga mungkin sebentar lagi akan menghilangkan, aku mungkin tidak mati, tapi akal ku yang akan mati.

    Hari ini aku dibiarkan istirahat, tentara Jepang yang lain pun sedang ada keperluan militer yang membuat mereka tidak bisa kesini, aku bersyukur. Namun hatiku tidak tenang, karena aku tahu bahwa ini hanya sebentar.

   Terlintas pikiran gila ke otakku, bagaimana jika aku kabur dari sini? Mereka sedang sibuk, bukankah ini kesempatan ku untuk kabur?

   Pintu kamar yang biasanya dikunci sekarang tidak, tentara terakhir yang datang padaku lupa menguncinya karna terburu-buru karna panggilan mendesak, ini benar-benar kesempatan ku.

    Aku mengendap di lorong yang sepi ini, aku melewati ruangan Chikada dengan sangat pelan berusaha untuk tidak menimbulkan suara apapun. Ku liat Chikada pun sedang bergulat panas dengan 3 wanita belanda. Dan semoga saja Chikada tidak menyadari ku.

Aku berhasil melewati ruangan Chikada dan pintu keluar sudah berada tepat di depan mataku.

   Aku segera berlari keluar dari tempat menjijikkan ini. Jantung ku berdetak sangat cepat, ada perasaan takut ketahuan juga senang bahwa sebentar lagi aku akan bebas.

   Dan yah, aku berhasil keluar dari tempat ini. Sekarang yang ku hadapi adalah jalan penuh dengan pepohonan yang lebat. Malam yang gelap tidak membuat ku mengehentikan niatku.

Kegelapan ini tidak menakutkan, karna yang paling menakutkan adalah kembali ketempat menyeramkan itu.

Srekk srekkk...

   Suara semak-semak bergesekkan, ku alihkan perhatian ku pada sumber suara. Jantung ku berdetak sangat cepat, tubuhku bergetar, aku takut... aku takut mereka menyadari bahwa aku kabur.

   Tidak ada niat untuk mengecek suara apa itu, aku pun segera berlari menjauh dari sumber suara, aku tidak ingin mengambil resiko kalau itu adalah mereka.

   Aku terus berlari bahkan tidak peduli kaki ku terluka karna ranting dan bebatuan. Yang ku tahu, aku harus segera pergi.

.o0o.

"Chikada, Misaki kabur"

Brak.... prang...

"PELACUR SIALAN!! BERANI-BERANINYA!!! AYOK KEJAR DIA"

"AKU BENAR-BENAR AKAN MEMBERIMU PELAJARAN DENGAN TANGANKU SENDIRI MISAKIIII, TUNGGU SAJA!"

.o0o.

   Aku terus berlari tak tentu arah, tujuan ku hanya ingin menjauh dari tempat itu… Tapi sayangnya aku sudah mulai kelelahan, aku juga kehausan. Cukup jauh aku berlari, aku tidak tahu harus kemana lagi, tapi jika aku berhenti aku takut mereka akan mengejarku. Jalanku melambat, kaki ku sekarang sangat sakit. Aku sudah tidak kuat.

   Ku fokuskan penglihatan ku, aku lihat ada gubuk kecil tidak jauh di depan ku, gubuk yang seperti sudah lama kosong. Ku kuatkan tubuhku untuk menuju gubuk itu, mungkin didalam aku bisa beristirahat sebentar dan semoga saja ada air yang bisa aku minum di dalam sana.

   Aku sudah berada didepan gubuk, aku segera masuk. Gubuknya gelap dan dingin, aku makin masuk kedalam. Dan benar dugaanku, ada air disini, dan ranjang juga... aku bisa istirahat disini terlebih dahulu. Aku segera minum air itu hingga tandas. Dan menduduki bokongku di ranjang untuk beristirahat, tapi tiba-tiba...

   Gubuk yang tadinya gelap gulita sekarang sengat terang oleh sinar obor. Dan yang paling mengejutkan didepan ku sekarang adalah Chikada.

"Kau, wanita yang nakal ya Misaki"

"Chi-chikada...a-aku..." Tubuhku bergetar hebat, perlahan mundur ketika Chikada maju kehadapan ku
Chikada mendekati wajahku, manarik daguku agar melihat nya.

"Apakah ancaman ku kau anggap omong kosong Misaki?" Bisiknya sambil menatapku tajam.

Menggeleng ketakutan "ti-tidak.... ma-maafkan aku... hiks maafkan aku..."

"Orang yang tidak mematuhi ucapanku harus dihukum" bisiknya Kembali.

"Ti-tidak... ti-tidak... ma-maafkan aku"
Chikada mengeluarkan sesuatu dalam tas nya, itu adalah cambuk.

Ctarrr...ctarrr... Bunyi cambuk yang diayunkan di udara

"Kau siap misaki?hahah" ucapnya dengan berbisik

"Ku mohon ja-jangan...hiks" tubuhku mundur menjauh dari Chikada, namun sayang Chikada menarik tangan ku hingga aku terjatuh dilantai dengan keadaan tengkurap.

"Kaki ini yang membawamu kabur kan?"

Ctarrr...

Chikada mulai mulai mencambuk kaki ku, bukan hanya kakiku... bokongku, bahkan punggung ku pun tak lepas dari cambukan nya.

"Aaarrhhhh.... sa-sakitt.... hentikan ku mohon... hiks.... ku mohon" mohonku dengan memegang kaki chikada.

"Berhenti kau bilang? Baiklah" ucap Chikada

Aku menatap penuh harap Chikada, apakah ini sudah selesai?

"Tapi, aku punya hukuman lain yang lebih manarik" lanjutnya dengan senyum menyeramkan.

Tidak! Ini belum selesai.

   Chikada mengangkat tubuhku, dia melempar kan ku ke arah ranjang dan mulai merobek seluruh pakaian ku.

"Bukankah aku bilang kalau aku ingin mencicipi mu? Ini adalah waktunya, kau akan menyukainya Misaki"

Aku menggeleng, tidak-tidak... bukan ini yang ku inginkan...

"Aku tidak suka bermain lembut Misaki" bisiknya tepat di telingaku

   Chikada mulai melakukan aksinya, dia melakukan dengan kasar.

Chikada mengangkat ku dan melemparkan ku ke kelantai, dia mencekik leherku... dia juga meremas seluruh tubuhku, menggigitnya, bahkan cambukan yang kupikir sudah selesai tadi tenyata belum selesai, Chikada mencambuk tubuhku kembali hingga mengeluarkan darah, bukannya berhenti Chikada malah menghisap darahku dengan sensual... Dia bahkan terlihat sangat menikmatinya.

   Pukulan, tamparan, tendangan bahkan cambukan tak henti dilakukan oleh Chikada, Chikada bahkan berucap bahwa teriakan kesakitan ku merupakan hal yang memuaskan hasratnya. Dia oranga tergila dari orang gila yang pernah kutemui. Pandanganku memburam, kepalaku sangat pusing. Bahkan melihat aku yang sudah tidak memiliki tenaga lagi pun tidak ada tanda-tanda Chikada akan berhenti dari kegiatan nya. Tangannya terus saja bermain pada tubuhku.

Aku benar-benar tersiksa. Bahkan ku harap ini adalah akhir dari hidupku.

.o0o.

JUGUN IANFU : Aku Bukan Misaki Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang