ALONE 23

556 77 9
                                    

Jalanan begitu ramai saat mobil milik hyeri membelah jalan kota. Beberapa remaja berseragam sekolah mengantri di halte bus untuk menunggu datangnya kendaraan umum, tidak sedikit pula remaja yang mengemudikan kendaraan pribadi. Untung saja sore itu cuaca sedang cerah, angin meniup pelan dan matahari yang bersinar namun tidak terlalu terik.

Memang dasar suasana hati hyeri yang kurang baik, jalanan yang terlihat baik terasa tidak menarik untuknya. Apabila tidak mendapat telepon dari sekretarisnya secara mendadak, hyeri tidak sedang berada di mobil untuk menuju salah satu cabang butik miliknya. 

"Untuk sesaat aku ingin mengumpati bisnis yang aku bangun sekian lama." Hyeri menghembuskan napasnya lelah. Hari itu dia berniat untuk menenangkan diri dirumah serta merenungi semua sikap yang telah dilakukannya.

Suasana hati wanita itu bertambah buruk saat lampu lalu lintas memberinya kode untuk menghentikan mobil di perempatan jalan. Dari seberang tempatnya menghentikan mobil merupakan pintu masuk sebuah sekolah menengah atas tempat Jimin menimba ilmu. sekolahan itu merupakan salah satu sekolah terbaik dan dapat dipastikan hanya siswa tertentu  yang berhasil masuk disana. 

Kedua netra Hyeri memicing ketika mendapati seseorang yang familiar baginya, seorang remaja yang terlihat dipapah kedua temannya. Dua remaja tersebut terlihat kepayahan sebab remaja yang dipapah terlihat hampir memejamkan matanya. Hingga remaja lain menghentikan taksi dan meminta kedua temannya untuk masuk kedalam beserta sesorang yang mereka papah.

Hyeri tidak bisa menyangkal bahwa remaja yang hampir tidak sadarkan diri adalah Jimin putranya, seseorang yang saat ini sangat berpengaruh bagi emosi dalam tubuhnya. Maka dengan keadaan sadar, setelah lampu memerikan permisi untuk menjalankan mobil, Hyeri memutar kemudi dan melawan arah dari jalan yang seharusnya ia tuju.

Bisnis butik yang di gelutinya selama beberapa tahun sudah kalah oleh emosi yang baru saja tumbuh.  Emosi yang tidak pernah di ungkapkan Hyeri bahkan setelah lahirnya anak kedua, sebagai seorang ibu.

Taksi melaju kencang membelah jalan raya. Mobil Hyeri yang tepat berada di belakang taksi tersebut menyeimbangkan kecepatannya. Pintu gerbang rumah sakit terlewati dengan lancar ketika dua mobil beriringan masuk.

Taksi berada di depan Unit Gawat Darurat rumah sakit. Namjoon lekas menuju ke dalam dengan berlari untuk memanggil petugas. 

"Kak Nami, Kak Nami tolong Jimin.." teriakan Namjoon di sambut tanggap oleh beberapa petugas ruang UGD tersebut. Bersamaan dengan keluarnya supi taksi yang turut membopong Jimin, sebuah brankar didorong oleh beberapa petugas. 

Nami yang secara kebetulan sedang berjalan beriringan dengan Yoongi, dengan reflek bagus segera menghampiri ruang UGD yang juga bersama Yoongi. Keputusan dibuat cepat untuk menolong Jimin. 

Sampai di menit ke tiga puluh, Yoongi baru keluar dari ruang pemeriksaan Jimin. Nami memutuskan untuk tetap di samping Jimin, berperan sebagai perawat dan wali Jimin. 

"Kak Yoongi, Jimin baik-baik saja kan? hiks.. Tadi tiba-tiba Jimin pingsan dihadapanku hiks.." Taehyung sesenggukan kembali setelah sebelumnya ditenangkan Hoseok dan Namjoon, anak itu terkejut mendapati sahabatnya terkapar tanpa aba-aba.

Yoongi yang pada dasarnya pria yang cuek jadi tidak sampai hati mengabaikan tangisan bocah macam Taehyung yang menangisi sahabatnya, Jimin. Yoongi tersenyum, senyuman manis dan menenangkan.

"Temanmu akan baik-baik saja Taehyung. Pergilah temui dia sebentar. beberapa saat lagi aku akan meminta petugas memindahkan ke ruangan yang lebih nyaman." Yoongi menepuk punggung Namjoon yang kebetulan dekat dengan posisinya berdiri. Setelahnya Yoongi melenggang.

••ALONE••

Sedari keluar usai memeriksa Jimin, Yoongi mendapati Hyeri yang berdiri di belakang tembok rumah sakit sembari sesekali menengok kearah pemeriksaan Jimin. Hal itu tak lepas dari pengawasan Yoongi. 

STILL ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang