Meja makan terlihat begitu hangat ketika semua anggota keluarga berkumpul. Usai mengobati tangan Jimin, Hyeri membawa putranya turun untuk bergabung dengan ayah dan kakaknya. Dua presensi ayah dan anak di meja makan nampak normal. Sesekali Sejin akan bertanya beberapa hal pada Seokjin. Seokjin tentu menanggapi dengan santai dan apa adanya.
Sudah lama sekali pemandangan pagi ini tidak pernah terlihat. Dulu, sebelum kesibukan Sejin dan Hyeri, mereka bertiga pernah terlihat begitu akrab. Bahkan setelah Jimin tinggal bersama.
"Selamat pagi ayah, Kak Seokjin. Hari ini terlihat segar sekali." Ucap Jimin begitu sampai di kursi makan. Jimin duduk di sebelah Seokjin. Sang ayah berada di kursi paling ujung dan ibunya berada di kursi berhadapan dengan Seokjin.
Hyeri menyiapkan nasi untuk suami dan anak-anaknya. Sejin diurutan pertama lalu Seokjin hingga Jimin menjadi giliran terakhir mendapatkan makanannya. Sejin mengangguk ketika Hyeri menanyakan lauk. Seokjin tersenyum dan berterima kasih. Jimin mengikuti Seokjin tersenyum.
"Terima Kasih ibu." Katanya sembari menyendokkan makannya setelah semua orang melahap hidangannya.
Keluarga tersebut memakan sarapan dengan hidmat. Perasaan mereka terasa begitu hangat dengan keadaan sarapan yang lebih baik. Sampai pada sarapan yang mengenyangkan, Sejin meraih ponselnya dan mengurus beberapa pekerjaannya. Seokjin meminum Jus miliknya.
"Kak Sejin, Seokjin, Jimin, maaf." ujar Hyeri. Sejak tadi ia mengumpulkan keberanian untuk membicarakan beberapa hal pada keluarganya. Permintaan maafnya sontak mengejutkan seluruh orang. Sejin meletakkan ponselnya dan mengamati istrinya. Seokjin melakukan hal yang sama. Jimin hanya menunduk mengaduk makanan miliknya, satu-satunya orang belum menghabiskan makanannya.
"Kak Sejin, maafkan aku. Aku belum menjadi istri yang baik dan berlaku sebagaimana mestinya. Aku tau ini sangat terlambat untuk mengatakannya. Aku istri yang buruk untukmu, aku sangat egois dengan diriku sendiri, tidak pernah memikirkan apapun selain aku sendiri. Aku mohon maafkan aku. "
"Untuk putraku Seokjin dan Jimin. Ibu sudah merenungkan banyak hal. Ternyata ibu bukan sosok ibu yang baik untuk kalian. Ibu tidak pernah ada saat kalian membutuhkan. Terlebih ibu sangat tidak pantas untuk Jimin. Ibu merasa tidak pantas dipanggil ibu untuk Jimin. Untuk seluruh kesalahan ibu pada kalian. Ibu mohon maafkan ibu ya."
Setelah mengucapkan apa yang dipikirkannya, Hyeri menunduk. Bulir bening lantas berjatuhan di kedua netra beningnya. Satu-satunya wanita di keluarga itu ingin memperbaiki kacaunya keadaan keluarganya. Ia merasa bersalah pada suami dan putra-putranya.
"Bisakah kita memulai semuanya dari awal?"
Semua orang terdiam diposisinya masing-masing. Sejin hanya mengangguk mengiyakan permintaan istrinya. Tapi menurut Sejin, masalah ini akan ia bicarakan secara pribadi dengan Hyeri nanti. Tentunya tanpa Jimin dan Seokjin. Sejin juga ingin memperbaiki semua hal. Mungkin nanti, ia benar-benar harus membicarakan masa depan kedua putranya.
"Kita bisa membicarakan ini Hyeri. Aku harus lekas bekerja. Setelah pulang temui aku di tempat makan biasa kau datangi. Setelah membicarakannya, Seokjin dan Jimin menyusul saja dan kita makan malam disana. Ayah akan memesan tempatnya." Sejin meraih ponselnya dan melenggang untuk pergi kekantornya.
Seokjin bangkit dan memeluk ibunya yang masih menunduk. Jimin menghembuskan napas berat. Makanannya masih tersisa separuh, Jimin kehilangan nafsu makannya. Jimin tidak tau harus mengatakan apa.
"Ibu, Kak Seokjin. Jimin sudah berjanji pada Taehyung,Kak Namjoon dan Kak Hoseok untuk berkumpul. Mereka mungkin sedang menungguku. Ibu maaf dan Jimin izin bermain ya. Mungkin Jimin pulang agak sore nanti." Jimin melenggang menuju kamarnya untuk mengambil ponsel dan beberapa keperluannya. Jimin akan pergi di antar Paman Kim nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL ALONE
FanfictionMenapak pada sebuah kebohongan, tak tau seberapa lama semua berlalu namun suatu saat ada waktu dimana semua menjadi kesalahan tak bisa di kembalikan. Menjalani dengan topeng tak kasat mata, ada namun tak terlihat. Merasa terlalu buruk dengan diri se...