ALONE - 17

1.4K 202 17
                                    


Aku tidak tau bagaimana cara menghadapimu kak

••ALONE••

Bel sekolah pertanda istirahat sudah berbunyi. Jungkook meninggalkan kelas setelah mengakhiri pelajarannya. Lalu para murid sudah kembali riuh untuk keluar kelas menuju kantin.

Taehyung sudah mengumpati Jimin berkali-kali. Perut Taehyung sudah sangat lapar sejak pagi. Tadi pagi, Taehyung tidak sempat sarapan sebab bangun terlambat setelah semalaman bermain game. Lalu pagi tadi sebelum bel masuk, Taehyung terpaksa menemani Jimin merangkum materi sebagai hukuman karena rambut Jimin yang di cat. Jungkook yang memberi hukuman sejak kemarin tapi Jimin tidak sempat melakukannya.

Dan setelah menunggu begitu lama, Taehyung harus kembali menahan marahnya karena Jimin yang bergeming di tempat.

Jimin melipat tangannya di meja dan meletakkan kepalanya di atas tangan. Taehyung tidak tau, Jimin lelah sekali sampai-sampai tidak ingin makan siang.

"Jiiim!!! Ayok ke kantin. Laper tau!" Taehyung menggoyangkan tubuh Jimin. Sedangkan Jimin merasa terganggu dengan tindakan Taehyung, tapi terlalu malas untuk membalas.

"Pergilah Taehyung! Makan dengan Kak Namjoon dan Kak Hoseok!" Seru Jimin tanpa menggerakkan dirinya sama sekali. Jujur saja badannya lemas sekali,  matanya berat sekali untuk membuka.

"Tapi kau juga harus makan dong! Nanti kalau kamu sakit bagaimana? Kamu kan manusia biasa bukan alien super apa lagi anpaman super. Jimin! Buat belajar rajin itu butuh tenaga! Mau berdiri saja butuh tenaga masa belajar tidak butuh? Kan lucu sekali kalau-kalau anak konglomerat yang super duper kaya ini tergeletak tak sadarkan diri disekolah karena kelaparan! Aku tidak mau tuh jadi sasaran utama para wartawan diluar sana yang mau mewawancarai. Lalu- Aduh!" Taehyung mengusap kepalanya sayang. Taehyung tidak mau sampai kepalanya membiru dan kemudian membesar nanti. Jimin jahat sekali memukul kepala Taehyung dengan buku setebal tujuh sentimeter.

"Cerewet sekali sih Taehyung! Berisik tau!" Jimin kembali menumpu kepalanya pada lipatan tangan di atas meja belajar.  Jimin hanya mau Taehyung berhenti bicara dan membuat kepalanya pusing.

"Jimin menyebalkan!" Setelahnya, Taehyung melenggang, menghilang di balik pintu kelas. Jimin merasa tenang.

Beberapa hari belakang, Jimin sibuk sekali untuk belajar. Pernyataan Ayah tempo lalu benar-benar dilakukannya. Ayah menambah jam belajar Jimin menjadi tiga kali lipat dari biasanya.

Jimin akan bangun dua jam lebih awal dari biasa dan tidur lima jam lebih lambat dari biasa. Kalau di hitung tidur malam Jimin hanya sekitar empat jam. Selebihnya untuk belajar dan melakukan hal wajib. Padahal jika dipikir-pikir, Jimin sudah terlahir pintar tanpa belajar sekeras itu.

Tapi, Jimin tidak mau sampai ayah mengacuhkannya seperti yang sudah berlalu. Jimin pikir sudah untung ayah memberinya kesempatan untuk mendapatkan afeksinya. Jimin tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ayah berikan.

Kepala Jimin sudah banyak yang dipikirkan. Jimin sudah tidak lagi mau menambah bebannya. Masalah Seokjin saja sudah mengambil alih atensinya sebanyak lima puluh persen, belum lagi tentang ibunya. Jimin sampai lupa untuk menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri.

Baru sepuluh menit matanya memejam, Jimin kembali membuka matanya sebab badannya kembali di guncang.

"Jimin, setidaknya makan sesuatu untuk perutmu. Aku tidak mau kau sakit. Aku tidak suka. Maaf ya tadi aku memaksamu." Taehyung meletakkan sebungkus roti dan sekotak susu di depan Jimin. Tuturnya lembut, Taehyung benar-benar khawatir dengan sahabatnya. Jimin itu sebenarnya anak yang aktif contohnya membolos dengan giat menuju ke rooftop sekolah.

STILL ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang