Aku tetap diriku seberapa dalam luka yang kudapat
●●ALONE●●
Pukul lima sore Seokjin selesai bertugas, hingga kemudian berganti sift dengan sahabatnya yang juga seorang dokter. Bukan membereskan barangnya hingga kemudian bersiap pulang, Seokjin justru masih betah dan bercerita bermacam hal pada Jaehoo yang nampak masih memejamkan mata sejak operasi selesai.
Jaehoo masih dalam keadaan kritis dan mungkin keadaannya memburuk hari ini. Hal itu membuat Seokjin enggan meninggalkannya. Sudah biasa Seokjin mengabaikan hal lain untuk hal yang Seokjin pikir sangat berarti.
"Seokjin! Kau masih disini?" Pria berkulit putih pucat itu menghampiri sahabat seperjuangannya itu dengan tangan yang dimasukkan ke saku jas putih kebanggaannya.
Seokjin menatap sahabatnya itu. "Yoon, aku pikir aku akan menemanimu saja menginap." Seokjin kembali menatap Jaehoo. Rasa khawatirnya bukan malah berkurang namun bertambah setiap saat.
Yoongi terdiam beberapa saat hingga memutuskan sedikit memeriksa tanda vital Jaehoo. Tangannya lihai melaksanakan tugasnya. Seperti Seokjin, Yoongi juga dokter yang sangat hebat bahkan dalam beberapa tahun saja Yoongi sudah berhasil menduduki posisi cukup tinggi di rumah sakit.
Seperjuangan bukan berarti nasib mereka sama, Yoongi sudah menikah dan tinggal menunggu waktu untuk menjadi ayah setelah anak dalam kandungan istrinya lahir. Sedang Seokjin, pria itu bahkan belum juga mendapatkan seorang gadis untuk sekedar dijadikan kekasih.
"Aku-- takut Yoon. Jaehoo sempat akan pergi lagi." Seokjin menunduk menyembunyikan wajah sendunya. Yoongi yang memang sudah selesai memeriksa Jaehoo kemudian menatap Seokjin.
"Semua sudah di tentukan. Setiap jumpa pasti ada perpisahan." Ucapnya pelan.
"Aku sangat menyayanginya dia sudah seperti adikku sendiri. Dia sangat berarti bagiku. Jika dia memilih pergi aku tidak tau harus bagaimana." Seokjin mengatakan apa yang dia rasakan. Perasaan takut yang selalu membayanginya saat lagi-lagi Jaehoo kritis.
Yoongi menggeram tertahan. Sisi lain dirinya sedikit tidak terima. "Ikutlah denganku Seokjin!" Yoongi melenggang. Yoongi pikir Seokjin harus kembali mendapatkan akal sehatnya.
Seokjin menatap Jaehoo lamat dan mengecup dahinya singkat sebelum benar-benar pergi mengikuti langkah Yoongi. Benar-benar figur seorang kakak yang sangat menyayangi adiknya.
Yoongi duduk tenang di sebuah kursi lusuh tak terpakai yang sengaja diletakkan di roftoop gedung rumah sakit. Hembusan napas kasar keluar dari hidungnya. Matanya menatap matahari yang sebentar lagi tenggelam. Tak bisa dipungkiri, amarah dalam dirinya meletup-letup. Yoongi sadar posisinya, tapi Yoongi cukup tau bahwa tak akan ada yang menyadarkan sahabatnya jika bukan dirinya. Setidaknya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL ALONE
FanfictionMenapak pada sebuah kebohongan, tak tau seberapa lama semua berlalu namun suatu saat ada waktu dimana semua menjadi kesalahan tak bisa di kembalikan. Menjalani dengan topeng tak kasat mata, ada namun tak terlihat. Merasa terlalu buruk dengan diri se...