Aku tetap diriku seberapa dalam luka yang kudapat
●●ALONE●●
Keadaan rumah tetap sepi seperti biasa hanya beberapa pelayan yang bertugas membersihkan rumah yang sesekali bernyanyi menghilang keheningan. Itupun tak menimbulkan efek ceria dirumah luas itu. Bahkan jika berbicara dengan keras diruang tamu, tak akan terdengar di ruang lain.
Seokjin melangkah pelan memasuki rumah. Setelah seharian menemani Yoongi berbelanja akhirnya Seokjin benar-benar akan beristirahat untuk dua jam kedepan sebelum malam nanti mendapat jatah berjaga di rumah sakit. Cutinya hanya berlaku untuk siang ngomong-ngomong.
Ia melangkah menuju dapur rumah sebelum menuju kamar miliknya dilantai dua. Mungkin segelas teh hijau akan membuat tubuhnya menjadi sedikit lebih segar. Dua jam pastinya akan sedikit bermanfaat untuk badannya.
Tangannya lihai mengatur takaran gula dan teh. Nampak seperti profesional. Pada kenyataannya Seokjin memanglah menyukai seduhan teh hijau. Sejak dirinya kecil kerap kali demam sehingga Bibi Nam selau menbuatkannya teh Hijau untuk mengikat virus dalam tubuh. Hal itu membuat dirinya begitu menyukai teh hijau.
Fokusnya sedikit terusik saat mendapati sebuah mobil tak dikenal masuk ke pekarangan rumah. Jendela dapur kemudian ia buka sedikit lebih lebar pun dengan matanya. Semilir angin ikut terbawa masuk. Seokjin tak mengeluarkan kepalanya, dia sendiri sanksi terhadap sikapnya yang terlihat peduli.
Atau barangkali Seokjin memang sedikit peduli tatkala Jimin keluar dari mobil tak dikenal itu dengan dipapah seseoran yang Seokjin tak kenal namun rasa-rasanya memanglah tidak asing bagi sebagian otaknya. Jika kata mampu mengubah perasaan maka saat ini juga Seokjin akan memilih 'bodo amat' namun kenyataannya kerutan didahinya tak membuatnya terlihat 'bodo amat'.
Desiran aneh menjalar di urat nadinya, jantungnya berdetak tidak menentu. Antara rasa peduli dengan penasaran seperti tidak memiliki sekat. Seokjin bahkan seakan lupa air dalam teko yang sudah mulai menguap. Secara tiba-tiba ia merasa begitu payah. Entah dalam hal apa, Seokjin masih belum paham.
"Astaga Seokjin! Kau bisa saja menghanguskan dapur jika aku tidak melihat teko yang hampir hangus ini." Bibi Nam lekas mematikan kompor yang masih menyala dengan teko di atasnya yang airnya sudah hampir lenyap.
Seokjin sendiri terkejut dan menghampiri kompor yang sempat ia tinggal. Bibi Nam benar, beruntung ada orang yang melihat kecerobohannya. Jika sudah begini Seokjin jadi sanksi untuk mengutarakan apa yang ia lihat.
"Maaf bi, kurasa aku kurang fokus." Seokjin memukul kepala dengan telapak tangannya pelan.
"Hei jangan memukul begitu. Itu akan sakit kan. Sudah lah tak apa. Kau ingin membuat teh hijau?" Bibi Nam mengusak surai Seokjin dengan berjijit, Seokjinnya sudah tumbuh dengan baik tingginya jauh di atas Bibi Nam.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL ALONE
FanfictionMenapak pada sebuah kebohongan, tak tau seberapa lama semua berlalu namun suatu saat ada waktu dimana semua menjadi kesalahan tak bisa di kembalikan. Menjalani dengan topeng tak kasat mata, ada namun tak terlihat. Merasa terlalu buruk dengan diri se...