Aku tetap diriku seberapa dalam luka yang kudapat
●●ALONE●●
Burung bernyanyi sesuka hati, percaya diri dengan menganggap suaranya begitu merdu, tak ada yang menandingi. Pohon-pohon terlihat segar tertimpa cahaya matahari pun dengan suasana yang nampak hangat walau masih cukup pagi. Dan intinya hari ini akan kembali panas seperti hari kemarin.Asisten rumah tangga sudah menyelesaikan masakannya yang lebih banyak dari biasanya, pasalnya semua keluarga sang majikan sedang berkumpul. Tidak seperti biasa, hanya putra bungsu keluarga saja yang menempati kursi diruang makan.
Nyonya rumah baru saja tiba bersama dengan suaminya untuk memulai sarapan hingga kemudian menuju tempat kerja masing-masing. Sepasang suami istri nampak bercengkrama ringan hingga kemudian menempati kursi masing-masing.
"Apa putraku belum bersiap?" Hyeri menatap seorang asisten rumah tangga yang sudah bertahun-tahun berkerja padanya. Si asisten hanya menunduk. "Panggil putraku dan minta dia cepat turun untuk sarapan!"
"Baik nyonya." Wanita berumur itu lekas menaiki tangga menuju kamar tuan mudanya.
"Pagi ayah, pagi ibu." Jimin menarik kursi tempat biasa ia memulai sarapan. Senyum cerah ia berikan pada kedua orang tuanya.
Dua orang yang disapa tersenyum canggung namun tidak menatap pada sipenyapa. Hyeri sibuk mengambilkan makanan untuk suaminya, sedang sang suami berkutat dengan ponselnya, mengontrol kinerja kantor.
"Semalam ayah dan ibu pulang jam berapa? Semalam aku membantu bibi memasak untuk makan malam kita dan aku menunggu ayah dan ibu di sini. Apa ayah dan ibu tidak melihatku? Ah mungkin kalian terlalu lelah jadi tidak melihatku, lagi pula ruang makan kan memang sedikit jauh dari pintu depan. Tidak apa-apa lagi pula makanannya sudah bibi Nam berikan pada tetangga bibi Nam." Jimin kembali memamerkan senyum manisnya seperti biasa, matanya menyipit bak bulan sabit, pipinya menggembung. Jika diperhatikan putra bungsu mereka memang sangat menggemaskan.
"Iya." Ibunya menanggapi dan membalas senyum singkat.
"Pagi." Seokjin berjalan menghampiri ruang makan yang sudah terisi oleh tiga orang keluarganya. Benar-benar hal yang langka sejak Seokjin sudah menjadi dokter dan ayah ibunya semakin sibuk berkerja. Bagi Seokjin itu bukanlah masalah besar toh dirinyapun sama sibuknya. Yang penting kasih sayang pada ayah ibunya tidak pernah berubah.
"Pagi." Sejin berucap ramah dan tersenyum tulus pada putra sulungnya. Ponsel di tangannya ia letakkan ke atas meja.
"Pagi sayang. Cepat duduk dan ambil sarapanmu. Jangan sampai pasienmu menunggu dokternya yang tampan ini." Hyeri juga menampilkan senyum hangatnya pada Seokjin.
"Pagi ka." Jimin menimpal dan kembali menampilkan senyum sabitnya. Tidak tau sudah berapa kali Jimin tersenyum demikian. Jimin tersenyum seperti harinya sangat bahagia karena keluarganya lengkap di meja makan. Jimin mungkin juga sudah mengabaikan tubuhnya yang sedikit pegal karena hampir semalaman tidur terduduk di ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL ALONE
FanfictionMenapak pada sebuah kebohongan, tak tau seberapa lama semua berlalu namun suatu saat ada waktu dimana semua menjadi kesalahan tak bisa di kembalikan. Menjalani dengan topeng tak kasat mata, ada namun tak terlihat. Merasa terlalu buruk dengan diri se...