Hehe... Mau ganggu sebentar nih.
Sebenernya aku pengen banget tau respon kalian pas baca kalimatnya. Pengen tau aja seberapa kalian baper sama tiap pernyataan yang aku buat.Dan aku janji kalo view nya sampe 450 dan commentnya mencapai 50 aku bakal up di hari itu..
Tapi buat komentar "lanjut" atau "fast up" dan apapun itu yang ngga berkaitan sama kalimatnya, aku hitung satu ya.Okey maap jadi mengganggu.. selamat membaca..
••••
Aku sudah tahu bahwa setelah di atas, angin akan dengan cepat berhembus ke tanah. Membanting secara keras menimbulkan luka yang membekas.
••ALONE••
Malam semakin larut, menenggelamkan sinar-sinar lampu dalam kegelapan yang pekat. Tengah hari, mobil sudah melaju membelah jalan raya yang cukup lengang.
Didalam mobil hanya ada keheningan, kontras dengan beberapa saat lalu di depan hotel bintang lima yang di penuhi wartawan bertugas.
Berita keluarga Ji Group sudah tersebar diberbagai media. Sekarang Jimin lebih tau, ayahnya begitu berpengaruh bukan hanya di dunia bisnisnya. Ayahnya yang gila kerja menjadikanya sosok yang disegani semua orang.
Jimin senang sekali sebagian besar berita memuat mengenai dirinya. Bukan karena Jimin akan terkenal tapi Jimin bahagia bahwa semua orang tau Jimin putra dari Sejin. Ayah mengakui keberadaan Jimin.
Keluarganya dipandang menjadi salah satu figur keluarga bahagia. Seorang ayah pebisnis sukses, seorang ibu yang juga sukses, seorang putra seperti Seokjin yang merupakan dokter muda ternama dan anak seperti Jimin yang manis dan pandai.
Seokjin menyetir didepan lalu di sebelahnya ada Jimin. Di kursi penumpang belakang ada ayah dan ibunya. Kebahagiaan Jimin berkali-kali lipat rasanya. Memang sih, alasan ada wartawan menjadi awal rencana satu mobil. Tapi Jimin tetap bersyukur, Jimin kali ini tidak hanya berdua saja dengan Paman Kim.
"Jimin, setelah sampai, segera pergi ke ruang kerja ayah!" Suara ayahnya menginterupsi.
"Iya ayah."
Seokjin sejak tadi bergeming, sang ibu juga. Jimin tidak tau, di belakang ibu memandang sebal dengan tindakan ayahnya. Jimin larut pada perhatian yang ayah berikan.
Memang, di mobil hanya Jimin yang suasana hatinya baik.
Begitu sampai di pekarangan rumah, sang ibu lekas pergi menuju kamarnya. Kemudian disusul ayahnya di belakang ibunya. Jimin keluar dari mobil dengan pelan. Seokjin memarkirkan mobil di garasi.
Jimin mengistirahatkan dirinya di ranjang nyamannya. Badannya letih sekali setelah berkegiatan seharian bahkan sampai tengah malam. Tapi kemudian Jimin teringat untuk menemui ayahnya di ruang kerja.
Dengan sisa tenaganya, Jimin pergi menuju kamar mandi untuk sekedar menyegarkan badannya dan mengganti pakaian formalnya menjadi pakaian santai rumahan.
Jarum jam menunjukkan pukul satu malam saat Jimin sampai di ruang kerja sang ayah. Jimin mengetukknya dua kali sampai ayah membukakan pintu untuknya.
Jimin pernah beberapa kali masuk kedalam untuk beberapa kepentingan. Tapi Jimin selalu terkagum dengan design ruangan yang ditata sedemikian rupa itu. Jimin kemudian mendudukkan diri di sofa yang letaknya berada di depan meja kerja Sejin.
"Ayah-"
Ceklek.
Pintu terbuka lebar, menampilkan wanita cantik yang Jimin panggil ibu. Ibu sudah berganti pakaian santainya. Jimin jadi merasa heran dengan keadaan diruangan sebab ayah dan ibu menampilkan raut yang kurang bersahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL ALONE
FanfictionMenapak pada sebuah kebohongan, tak tau seberapa lama semua berlalu namun suatu saat ada waktu dimana semua menjadi kesalahan tak bisa di kembalikan. Menjalani dengan topeng tak kasat mata, ada namun tak terlihat. Merasa terlalu buruk dengan diri se...