Seharusnya, yang kamu anggap berharga itu bukan yang tidak kamu miliki. Justru sebaliknya, yang kamu miliki adalah yang paling berharga yang patut kamu syukuri.
Jika manusia di berikan pilihan sekalipun aku tetap ingin terlahir menjadi diriku saat ini. Terlepas dari betapa buruknya aku saat ini.
●●ALONE●●
Pagi ini, mau tidak mau, semua orang harus membuka mata. Dan tentu saja setelah malam merenggut hari kemarin yang tak lepas dengan luka. Luka berbeda setiap manusia. Suka tidak suka, semua sudah ada kadarnya.
Tapi dunia akan terlihat jauh lebih indah jika kehidupan tidak berfokus pada luka karena Tuhan ciptakan luka seirama dengan cinta. Semua sudah pada tempatnya.
Tapi dunia yang di miliki Jimin itu sedikit berbeda, hari kemarin adalah hari ini jika definisinya hari berlalu setelah membuka mata sebab Jimin belum memejamkan mata. Luka dan cinta bisa saja berbeda tapi kasusnya, luka dan cinta tak ada bedanya. Baginya luka itu bentuk lain dari cinta jika dimana ada luka Jimin disana sebab cinta.
Jangan ditanya seberapa besar cintanya pada keluarga. Coba tanyakan saja pada bumi tenpat berpijak, seberapa sabar menanggung manusia? Berlebihan? Tidak juga, sebab Jimin memang diposisi yang sejajar dengan itu. Tapi jangan lupa, bumi juga punya fase lelah dan musnah.
Setelah semalaman menatap daun jatuh, Jimin di buat terlonjak dengan bunyi alarm dengan jarum menunjuk angka lima.
"Kuharap, malam ini malam terakhir aku tidak menutup mata. Huft!" Jimin tau yang dilakukannya salah. Kepalanya pening setiap begadang semalaman, badannya jadi mudah lelah siangnya. Ingin kesal tapi enggan memarahi diri sendiri sebab Taehyung selalu menuduhnya gila.
Hari memang akan terus berlanjut Jimin benar-benar tak bisa terus terikat hari kemarin. Kalau dengar salah satu lagu dari boy band favoritnya, setelah pukul 00:00 itu ada kehidupan baru dan harapan baru untuk lebih baik. Masalahnya untuk percaya itu susah gampang.
Setelah kemarin tidur di rumah sakit, hari ini Jimin memulai hari di kamar rumah sendiri, kalau di pikir-pikir indah sekali. Tapikan semua yang terlihat indah tidak selalu indah kenyataannya.
Kamar mewahnya senyap, mungkin seluruh rumahnya juga. Jimin jadi rindu rumah sakit, meski mengerikan dan jimin tidak suka, Jimin nyaman sebab ada Yoongi yang sigap menemaninya meski sebenarnya Yoongi adalah seorang pria yang sibuk.
Tapi tidak masalah sebab Jimin sudah memilih pilihannya. Jimin sudah memilih untuk hidup seperti adanya. Ada ayah, ibu dan kakak. Meski semua tidak harus sesuai harapannya. Tapi memang selalu ada harga untuk satu kebahagiaan.
Jimin turun dari ranjang big sizenya. Kemudian kaca besar di kamarnya menarik perhatiannya. Rambut abunya sudah hampir pudar ngomong-ngomong.
"Jelek sekali!" Gerutunya melihat tampangnya sendiri. Rambut abu pudarnya kusut pun dengan wajahnya yang tidak ada semangat-semangatnya.
"Haruskah aku memberi warna rambutku lagi?" Jimin tersenyum jahil. "Coklat pirang pasti bagus!"
Dan setengah jam berkutat dengan penampilan barunya, Jimin turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama sebab Bibi Nam sudah dua kali menggedor pintu kamar Jimin sampai-sampai Jimin merasa pintu kamarnya akan rusak.
"Pagi Ayah. Pagi Ibu, pagi Kak Seokjin." Jimin tersenyum lebar menatap satu persatu anggota keluarganya dan seperti biasa, ayah sudah sibuk dengan makanan dan ponselnya, ibu menatap singkat Jimin dan Seokjin mengangguk.
Mulanya Jimin ingin banyak berceletuk mengusir keheningan tapi setelah melihat raut ayah dan ibunya yang tak bersahabat, Jimin jadi diam. Seokjin juga terlihat canggung dan mempercepat makannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL ALONE
FanfictionMenapak pada sebuah kebohongan, tak tau seberapa lama semua berlalu namun suatu saat ada waktu dimana semua menjadi kesalahan tak bisa di kembalikan. Menjalani dengan topeng tak kasat mata, ada namun tak terlihat. Merasa terlalu buruk dengan diri se...