Lukanya benar-benar dalam bahkan setelah terkikis waktu itu sama sekali belum berkurang hanya saja topengnya semakin lama semakin tebal. Inginnya melepas begitu saja tapi lukanya betah bermukim.
Sendiri itu sepi. Sendiri itu lelah. Sendiri itu sakit. Sendiri itu aku.
●●ALONE●●
Matahari sudah semakin naik bahkan bayangan sudah hampir tepat berada di bawah benda. Di luar hanya sedikit orang yang berlalu lalang. Biasanya saat weekday, jalanan sudah ramai dipenuhi manusia yang menjalankan aktivitasnya. Karena hari minggu, semua orang beristirahat di rumah masing-masing.
Juga dengan Jungkook yang baru saja terbangun setelah semalam penuh tidak mengistirahatkan tubuhnya. Jungkook hanya tinggal sendiri di rumah besar yang ditinggalinya lagi sejak beberapa hari lalu. Jungkook hanya memperkerjakan beberapa pelayan saja untuk mengurus rumahnya yang tidak lebih besar dari rumah sebelahnya, rumah Jimin.
Jungkook menguap sekenanya dan mengedipkan kedua kelopaknya agar retinanya menyesuaikan dengan cahaya ruangan. Kemudian ia bangkit tatkala perutnya meronta meminta diisi.
"Astaga, aku bahkan lupa belum sesuap pun nasi masuk ke perut sebab menemani Jimin semalaman. Anak ini benar-benar!" Jungkook menegakkan badan dan berlalu menuju dapur. Harapannya, asisten rumah tangga sudah menyiapkan beberapa hidangan untuk sarapan. Ya di siang haripun tak masalah menyebutnya sarapan, toh dia memang makan yang pertama di hari itu.
Ruang kamar itu menjadi sunyi kembali. Hanya seorang remaja yang masih menutup matanya sejak semalam. Meski matanya memejam, hampir semalam penuh bibirnya menggumam tidak jelas dan bahkan sesekali terdengar isakan dari mulut manisnya.
Jimin akhirnya mengerjap. Barangkali matanya sudah lelah memejam dan ingin segera memandang dunia kembali.
Yang ditemui pertama kali adalah sunyi. Yang selalu membuatnya merasa terasing meski itu di rumahnya sendiri atau di tempat lain yang bahkan baru Jimin tempati.
Ruangan tempatnya bangun menambah kesan asing setelah sunyi, pasalnya ia tidak terbangun di ruangan mewah berwarna soft blue yang berada di sudut rumahnya. Jimin ingat, dia tidak pernah ketempat itu. Ruangannya rapi dan terlihat umum sebagaimana ruang kamar tidur lain. Masalahnya Jimin jadi merasa takut kalau-kalau dirinya diculik dan di sekap di ruangan itu.
Culik remaja enam belas tahun memang terdengar aneh tapi bagi Jimin ya kenapa tidak, itu bisa saja terjadi soalnya Jimin kan imut.
Jimin mengenyahkan pikirannya yang melantur. Ia sadari itu. Jimin bangkit dari ranjang, kemudian mulai menyusuri rumah ber cat abu-abu dan putih yang dominan abu-abu pun dengan properti di dalamnya.
"Benarkah ini rumah seorang penculik? Kenapa rumah penculik semewah ini?" Ujarnya pelan. Hingga sebuah tepukan di bahunya mengagetkan dirinya dan membuat reflek yang bagus hingga Jimin sontak berbalik kemudian berlutut.
"Ku mohon ampuni aku, jangan bunuh Jimin. Jimin masih mau hidup dan bahagia." Jimin memejamkan mata sambil mengatupkan kedua tangan di depan dada.
Jungkook menyernyit heran. Maksud hati ingin membangunkan Jimin dan mengajaknya makan bersama. Belum sampai di pintu kamar, Jungkook sudah di kejutkan Jimin yang sedang melakukan tour mendadak dirumahnya.
"Ji-Jimin janji akan melakukan apapun yang paman minta tapi Jimin mohon jangan sakiti Jimin." Ucapnya lagi saat lawan bicara masih belum beri respon.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL ALONE
FanfictionMenapak pada sebuah kebohongan, tak tau seberapa lama semua berlalu namun suatu saat ada waktu dimana semua menjadi kesalahan tak bisa di kembalikan. Menjalani dengan topeng tak kasat mata, ada namun tak terlihat. Merasa terlalu buruk dengan diri se...