Tidak peduli bagaimana kamu mengatakan aku tak ada sekalipun. Bagiku kamu adalah malaikat yang Tuhan kirimkan dalam bentuk manusia. Aku menyayangimu Kak.
Tak ada masalah kecil dan besar. Semua itu sama. Karena untuk memutuskannya, kamu harus mencari sudut pandang yang paling tepat. Dan kamu tak akan mampu.
●●ALONE●●
Gerimis rintik sejak pukul sepuluh pagi tadi nampaknya belum mau reda. Meski sekejap reda sekejap gerimis, nampak mampu basahi kota. Semua orang memakai payung untuk menghalau air.
Tidak sedikit orang yang mengumpat sebab air masih mampu menjadikan basah. Terlalu banyak orang yang benci hujan sebab hujan mampu hadirkan kenangan-kenangan yang katanya menyakitkan.
Tidak semua orang sependapat, buktinya masih ada yang berlarian di bawah hujan hanya demi rasakan sensinya tetesan yang menyentuh. Bahkan mereka berpendapat bahwa rintikkannya mampu ciptakan melodi unik yang menentramkan, memberikan suasana yang tenang.
Dari balik kaca kafe, empat remaja saling bercengkrama sembari nikmati kopi hangat dengan sepiring Hoteok, tetesan hujan bak musik latar yang indah.
Candaannya, tawanya memberikan kehangatan tersendiri. Tidak dengan saling memberi selimut tapi lewat tutur yang bahkan mampu memeluk satu sama lain.
Jimin mungkin tidak pernah mengatakannya, tapi ia sangat bersyukur bahwa tiga remaja yang saling lempar candaan itu adalah sahabat-sahabatnya, yang mampu hadirkan tawa bahagia.
Meskipun Taehyung yang selalu berhasil membuatnya jantungan setiap saat, Hoseok yang selalu memeluknya bagai kakak sendiri dan Namjoon yang selalu berikan petuah-petuah bijak yang tanpa sadar mampu membuat Jimin kuat. Semua itu adalah hal yang tak bisa Jimin dapatkan di tempat manapun termasuk di rumah.
Jika harus di jabarkan, tak akan habis satu hari satu malam. Sebab terlalu banyak hal yang sudah di lewatkan bersama-sama.
"Ah Kak Hoseok curang. Botolnya kan tadi masih berputar kenceng masa iya langsung berenti dan mengarah ke Jimin." Jimin bersedekap dada berpura-pura marah.
"Jim terima saja tantangannya... atau... kau takut ya??" Taehyung menatap Jimin dengan tatapan meledek.
"Siapa yang takut! Baiklah apa tantangannya?" Jimin menatap Hoseok dengan bangga.
Hoseok nampak menggaruk kepalnya yang memang tidak gatal sama sekali. Kemudian matanya mengerling jenaka hingga beberapa detik setelahnya mampu terbitkan senyum simpul sembari menjentikkan jari. Klik.
"Ya, bagaiman kalau membuat kakakmu menjemputmu disini? Ah aku sangat ingin melihat kakakmu, setiap kami kerumahmu aku tak pernah bertemu dengannya barang sekali." Hoseok kembali nampak berpikir. Kali ini mencoba mengingat barangkali ia pernah bertemu tapi lupa.
Tiba-tiba saja rintik hujan menjadi nada yang sendu bagi Jimin. Jimin tidak pernah mengira bahwa Hoseok akan menanyakan perihal kakaknya. Sejauh mereka berteman, Jimin memang belum sekalipun mempertemukan dengan keluarganya.
"Ide yang bagus, aku juga belum pernah sepertinya Jim." Pernyataan Hoseok pun di benarkan Namjoon yang memang belum pernah bertemu Seokjin.
Kali ini Jimin di buat bungkam. Mau tidak mau Jimin harus kembali berbohong. Sebab meminta Seokjin untuk menjemputnya adalah suatu hal yang mustahil baginya. Jangankan menjemput Jimin makan berdua di rumah saja belum pernah.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL ALONE
FanfictionMenapak pada sebuah kebohongan, tak tau seberapa lama semua berlalu namun suatu saat ada waktu dimana semua menjadi kesalahan tak bisa di kembalikan. Menjalani dengan topeng tak kasat mata, ada namun tak terlihat. Merasa terlalu buruk dengan diri se...