Setiap sudut lekuk tubuhnya adalah idaman. Segala macam ekspresi adalah godaan. Paras cantik baby-face dalam satu detik berubah menggairahkan ketika sedang menghayati peran berhadapan dengan kamera.
Dunia model ia tapaki sejak menginjak awal kepala dua dan kini sudah lima tahun ia menjalani dunia model, mendalami hingga membuat namanya terkenal di penjuru negeri.
R.N adalah nama panggung sosok itu. Tidak ada satupun yang mengetahui kisah balik layar seorang R.N. Bahkan tak ada orang yang tahu nama aslinya kecuali manager dan beberapa sahabat tentu saja. Sahabat itupun dapat dihitung dengan jari satu tangan.
Dirinya yang begitu penuh rahasia, namun untung tak ada orang menelisik lebih jauh. Karena semua beranggapan R.N sosok wanita yang baik, kiranya tak perlu untuk mengusik masa lalu.
Untuk saat ini, Rain bisa menghembuskan nafas dengan lega. Bekerja seprofesional mungkin dan lebih baik menjauh dari skandal.
"Terima kasih semua." R.N membungkuk memberi salam saat pemotretan telah selesai. Meski image sexy selalu terpancar, namun Rain terkenal akan sikap santun. Aura disekitar terasa positif jika berada disekitarnya. Banyak yang berpendapat demikian
"Selamat siang, R.N-sshi. Kami dari Vague Magazine, bisakah meminta waktu anda sebentar? "
Dua sosok asing menghampiri rain yang baru saja selesai berganti pakaian. Dengan senyum ramah ia membalas, "tentu saja."
.
.
Payu kim. Nama itu begitu terkenal dikalangan model karena kepiawaian setiap jepretan yang begitu artistik dan tak dipungkiri wajah tampan turut andil dalam karirnya sebagai seorang fotografer.
Tak sedikit agensi model menawarkannya untuk bergabung dengan mereka, namun payu hanyalah fotografer freelance yang menyukai kebebasan. Ia tak ingin tercekik oleh jadwal yang diatur oleh agensi, terlebih ia tak mau terpenjara oleh segala aturan hitam diatas putih yang harus ditanda tangani hanya demi mengais lembaran uang
Prinsipnya adalah lakukan hal yang ingin kau lakukan. Menjalani hidup selama 8 tahun sebatang-karang setidaknya membuat ia telah makan banyak asam, manis dan pahit buah kehidupan di usia menginjak 26.
Apa yang akan kau tanam itulah yang akan dipetik kemudian hari. Itulah ajaran dari sang ibu.
Sejak kecil payu sangatlah suka akan suara jepretan kamera dan kerjapan cahaya yang dihasilkan oleh flash kamera saat telah menemukan fokus bidikan. Semua itu adalah ajaran dari mendiang ayah yang juga merupakan seorang fotografer.
Rumah mereka yang cukup strategis memudahkan untuk membuka usaha jasa foto studio yang cukup terkenal di Incheon. Dari sanalah payu menemukan sebuah hal yang begitu menarik mata. Sang ayah terlihat begitu keren saat mengabadikan momen pelanggan. Di usia puluhan tahun, payu mempunyai kegemaran baru melebihi bermain dengan teman sebayanya.
Belajar dari pengalaman. Sebuah kamera peninggalan dari mendiang sang ayah ia jaga, hingga timbul keinginan untuk membeli kamera baru.
Mengenyampingkan bangku kuliah yang terlalu mahal, payu lebih memilih bekerja paruh waktu. Salah satunya bekerja di Bar sebagai bartender. Selain mencukupi kebutuhan sehari-hari, pekerjaan itu membuat payu mempunyai banyak kenalan dari berbagai kalangn.
Pekerjaan yang lain, di pagi hingga siang hari payu bekerja di perpustakaan kota. Bukan hanya ingin mengais uang, payu belajar Otodidak disana. Perpustakaan terlengkap di Seoul, mampu membuat payu membuka jendela dunia.