Flashback ON
Sore itu suara hujan dan pertir terdengar bersahutan dari luar rumah mereka, Kim Fren berkeringat menunggu sang suami menunggu dari kantornya setelah dua puluh menit lalu ia mengabari jika perutnya sakit tak tertahankan. Proses persalinan yang seharusnya di perkirakan dua minggu lagi ternyata maju lebih cepat.
"Oh Tuhan, kim Payu kumohon cepat!"
"Kim Frennnn!!!" Payu berteriak panik saat melihat kondisi sang istri, keringat bercucuran di pelipis hingga lehernya juga wajah yang pucat.
"Sayang, anakmu~"
Tanpa pikir panjang Payu langsung menggendong tubuh sang istri, membawanya cepat menuju mobilnya dan melaju ke rumah sakit. Untungnya, rumah sakit dan tempat tinggal mereka hanya berjarak sepuluh menit, dan lalu lintas juga tidak padat.
"Ah! Sayang!"
"Kim Payu!"
Fren hanya bisa berteriak memanggil nama suaminya, kata SAKIT sama sekali tidak terucap dari bibir cantiknya, karena menurutnya ini adalah nikmat, nikmat yang hanya dimiliki oleh ibu hamil.
"Sayang, kumohon sabar. Sebentar lagi, Sayang."
"Aaahhh!" Fren meraih lengan kemeja milik suaminya, meremasnya dengan kuat untuk mengalihkan rasa sakit.
"Ma, di rumah sakit dr. Moon Gangtae. Hm, aku sedang di perjalanan. Iya, lebih cepat dari perkiraan. Hati hati, Ma."
Payu di keadaan paniknya tetap menghubungi orang tuanya, juga orang tua Fren jika anak dan menantunya akan melahirkan sekarang.
.
.
"Sayaaaang.."
"Aku disini, Frenn Na. Kau kuat, kau bisa."
"Payu, jika aku tidak bisa menemani kau untuk membesarkan anak kita. Tolong sayangi dia dengan sepenuh hatimu, jaga dia, beri dia banyak cinta."
"Nyonya, semangat nyonya. Nyonya pasti bisa, ayo sedikit lagi.." suara dokter yang menangani proses persalinan Fren terdengar menyemangati.
"Tidak, Sayang. Kita akan membesarkan dia bersama sama. Kau bisa, kau kuat, Mommy."
"Daddy.."
Suara dari Fren yang memanggil Payu dengan sebutan Daddy, saat itu juga Fren menghembuskan napas terakhirnya, tersenyum memandang Payu dan menutup matanya.
"Kim Frennn!" Payu berteriak histeris.
"Fren Na, tidak! Fren menyahutlah, kau mendengarnya bukan?!"
Tangisan Payu pecah, hati dan pikirannya tak karuan. Tapi setelahnya, suara tangisan bayi memenuhi ruangan bersalin saat itu. Dokter dengan segera memeriksa kondisi Fren setelah ia menyerahkan sang bayi pada rekan kerjanya. Payu bingung. Mana yang harus ia lihat. Apakah sang anak, atau sang istri. Tapi akhirnya Payu memilih untuk diam menunggu dokter selesai memeriksa Fren, sambil menunggu anaknya selesai.
Dokter melepas stetoskop nya, menatap Payu tanpa harapan.
"Dokter.."
"Tuan, dengan berat hati saya harus menyatakan jika nyonya Kim Fren telah meninggal dunia pada pukul tujuh lewat lima belas menit, bersamaan dengan lahirnya putra Tuan. Nyonya Fren meninggal dunia dikarenakan kardiomiopati yaitu penyakit otot jantung yang membuat jantung lebih besar, lebih tebal, atau lebih kaku. Penyakit ini bisa membuat jantung lemah, sehingga tidak bisa memompa darah dengan baik. Saya ucapkan selamat atas kelahiran putra Tuan, juga turut berduka cita sedalam dalamnya. Semoga Tuan Payu selalu kuat menjalani hari harinya. Saya permisi, Tuan."