Wanita Bercadar

114 14 0
                                    

Bismillah..

*اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ*

Jangan lupa vote dan komentarnya, ya😊

Happy reading
.
.
.

Wanita Bercadar

Seorang wanita yang duduk dekat mihrab masjid telah memulai kajiannya sebelum Rayna dan Hafsah sampai di masjid. Masjid terlihat ramai oleh jamaah muslimah.

"...Saudariku sekalian yang dirahmati Allah. Kita pasti sering berpikir, Mengapa Allah selalu memberiku ujian? Rasanya aku tidak kuat menjalani ujian ini.

Saudariku sekalian, saya tahu jika semua pasti menginginkan kebahagiaan yang jauh dari bentuk kesedihan dan kesulitan. Namun, saya ingin mengatakan kembali. Ini dunia, bukan surga. Dunia memang tempat berbagai ujian, tempat lelah, dan tempat air mata mengalir.

Ujian datang menghampiri meskipun tanpa menyapa, namun akan memberikan kebaikan.

Dalam hadits riwayat Ahmad.

"Sungguh menakjubkan seorang mukmin. Tidaklah Allah menetapkan kepadanya sesuatu kecuali itu merupakan kebaikan baginya."

Allah memberikan ujian, karena Allah sayang kepada kita. Salah satu bentuk cinta Allah, yaitu memberikan ujian kepada hamba-Nya. Ujian yang kita hadapi di dunia ini bermacam-macam bentuknya. Kehilangan orang yang sangat kita cintai, kemiskinan yang harus dilewati, dan kekayaan yang melimpah. Ujian memang tidak hanya tentang kesulitan, namun juga kesenangan.

Untuk lulus ujian, kita harus ridha dengan semua ketetapan-Nya dan menjalani dengan benar. Karena hasil ujian adalah bekal untuk kehidupan selanjutnya. Dalam surah Al-Anbiya ayat 35, Allah telah berfirman

Kullu nafsin dzaaa'iqatul maut, wa nabluukum bishsyarri walkhairi fitnata, wa ilainaa turja'uun.

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan."

Rasulullah saw yang merupakan kekasih Allah, juga mendapat berbagai ujian. Keluarga Rasulullah dan para sahabat juga mendapatkan ujian. Apalagi kita, manusia yang berlumur dosa juga pasti mendapatkan ujian. Tidak apa menangis, tapi jangan terlarut. Dan tersenyumlah, karena bahagia itu ada.

Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 139.

Wa laa tahinuu wa laa tahzanuu wa antumul a'lawna in kuntum mu'miniin.

"Janganlah kamu (merasa) lemah dan jangan (pula) bersedih hati, padahal kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang mukmin."

Sabarlah, Surga menunggu kita.

Aamiin Allahumma Aamiin..

Sebelum menutup kajian sore ini, saya ingin menyampaikan bahwa ada salah satu Nasyid yang sangat saya suka mendengarnya. Jamal Al Wujood oleh Hamoud Al Qahtani.

Terjemahannya seperti ini,

Indahnya kehidupan adalah dengan mengingat Allah
Dan hidup menjadi bersih dalam cahaya petunjuk-Nya
Dan jiwa menjadi yakin dalam ketaatan-Nya
Dan kebahagiaan mencapai puncak tertingginya
Hati yang penuh kekhidmatan merindukan Tuhannya
Yang merindukan ridha-Nya dan berjumpa dengan-Nya
Selalu kembali untuk berdoa dengan khusyuk
Baginya itulah rumahnya yang selalu ia inginkan
Tidak ada kesenangan yang bisa mengalihkan ia dari perjalanannya
Atau mengumpulkan kekayaan yang dapat membutakan matanya
Dan saat pemanggil menyeru menuju kesuksesan
Kau melihat dia segera berjalan kearahnya, menjawab panggilan
Berbisik "Tuhanku, Yang Maha Pengampun"
Ampunan-Mu adalah yang kuinginkan dan tidak ada yang lain
Dan air mata penyesalan menetes membasahi mushaf
Dengannya Allah menghapus segala dosa
Itulah bagaimana rintihan hati yang bersih
Hanya Allah lah, tujuan kembali
Betapa bahagianya orang yang memiliki tujuan tinggi
Menuju surga di langit tertinggi

Semoga kita menjadi hamba yang selalu mengingat Allah, ridha dengan semua ketetapan-Nya, dan menjadi hamba yang dirindukan Surga. Aamiin Allahumma Aamiin.."

Doa kafaratul majlis baru saja dibaca, menandakan pengajian sore hari telah usai. Tidak membuka sesi tanya jawab, seperti kajian sebelum-sebelumnya karena terbatasnya waktu.

"Ceramah yang disampaikan Ustadzah Sulis selalu menyentuh hati dan membuat air mata mengalir dengan sendirinya." Kata Hafsah sambil berjalan.

"Kau sangat benar, Hafsah." Jawab Rayna.

Langkah Hafsah dan Rayna terhenti melihat seorang wanita dengan pakaian yang lebar, menutupi seluruh tubuhnya, dan mengenakan kain yang menutupi sebagian wajahnya, cadar.

Wanita itu tengah mencoba memperbaiki sepedanya yang terlihat kesulitan. Hafsah dan Rayna langsung menghampirinya.

"Sepedamu kenapa?" Tanya Rayna.

"Aku juga nggak tahu." Jawab wanita itu.

"Ini sudah hampir masuk shalat maghrib, lebih baik kau mampir ke kosan kami. Shalat dulu." Ajak Hafsah.

Wanita itu terdiam.

"Namaku Hafsah dan ini Rayna. Siapa namamu?" Hafsah sambil tersenyum.

"Zahrana."

"Kau baru ikut kajian juga?" Tanya Hafsah

"Iya. Aku sangat menyukai ceramah Ustadzah Sulis."

"Jadi kita sama. Kau tak boleh sungkan pada kami. Mari ikut kami. Kita shalat bersama di kos." Kata Hafsah.

Zahrana mengikuti ajakan Hafsah, untuk shalat bersama. Setelah selesai shalat, mereka bercengkrama.

"Apakah ada bengkel dekat sini ya, Ra?" Hafsah membuka pembicaraan.

"Aku juga nggak tahu." Jawab Rayna.

"Sudah, nggak apa-apa. Aku sudah minta jemput. Mungkin sebentar lagi Abi akan datang. Sebelum datang, kita baiknya saling mengenal terlebih dulu." Kata Zahrana.

"Kalian kuliah ya?" Tanya Zahrana.

"Iya, Zahrana." Jawab Rayna.

"Panggil Zahra saja."

"Kau juga kuliah Zahra?" Tanya Hafsah.

"Nggak. Aku nggak ingin kuliah."

"Kenapa? Lalu apa kesibukanmu? Apa kau sudah menikah?" Tanya Rayna beruntun

"Aku hanya nggak ingin saja. Kesibukanku hanya mengajar anak-anak di masjid dekat rumah. Biasanya aku mengajar setelah shalat asyar. Jika akan menghadiri kajian, aku akan memajukan waktu untuk mengajar. Dan aku belum menikah. Kalian kalau ada waktu luang, nanti aku ajak main ke rumah. Sekalian kenalan dengan anak-anak yang aku ajari di masjid."

"MaaSyaaAllah, terimakasih Zahra. Aku besok tidak ada jam kuliah. Bagaimana jika besok saja?" Kata Hafsah dengan berbinar. Ia seakan melupakan tugas-tugas kuliah yang menunggu untuk dikerjakan. Namun, ia sangat ingin bermain ke rumah Zahra terutama bertemu dengan anak-anak. Karena Hafsah suka dengan anak-anak dan ia juga ingin menjadi guru ngaji. Ia sangat senang dengan ajakan Zahra, teman yang baru dikenalnya.

"Boleh, Hafsah."

"Maaf, aku nggak bisa ikut. Besok aku ada jam kuliah. Hafsah saja dulu. Aku kapan-kapan, InSyaaAllah." Kata Rayna dengan wajah sedikit sedih.

"Nggak apa-apa. Rayna nanti bilang saja ya, jika sudah ada waktu luang. Hafsah, besok aku jemput, ya. Nanti aku bilang pada Abi dan pinjam motornya."

"Terimakasih, Zahra. Aku mau bertanya. Sejak kapan kau mengenakan cadar." Tanya Hafsah penasaran.

"Sudah hampir 3 tahun, sejak aku lulus SMA. Dari wajahmu sepertinya kau ingin mengenakan cadar juga, ya? Namun, kau masih belum bisa dikarenakan masih kuliah?"

"Kau benar. Aku ingin menutupi sebagian wajahku. Aku ingin sepertimu, yang kecantikannya terjaga hanya untuk yang halal."

"Kau bisa belajar dulu untuk mengenakannya. Seperti saat pergi kajian, berbelanja, atau berpergian. Suatu saat, istiqomah lah. Kau pasti bisa."

"InSyaaAllah, aku akan mencobanya. Terimakasih, Zahra."

"Aku juga akan mencobanya, InSyaaAllah." Kata Rayna.

"Abi sudah ada di depan, terimakasih banyak sudah menjadi temanku. Aku pamit dulu. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh." Kata Zahra sambil tersenyum.

"Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakaatuh. Hati-hati di jalan." Balas Hafsah dan Rayna hampir bersamaan.

Melukiskan Cita & Cinta [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang