Perjodohan

99 10 4
                                    

Perjodohan


Matahari telah terbit, namun separuh sinarnya tertutupi oleh gumpalan awan mendung yang menaungi kota itu. Kota yang memiliki julukan kota hujan. Di sebuah rumah mewah berlantai dua, seorang pemuda tengah terlelap dalam tidurnya. Ia seakan tak mempedulikan sebagian sinar matahari yang masuk dalam kamarnya melalui jendela yang tirainya tersingkap.

Seorang wanita paruh baya, berusaha membangunkan pemuda itu. Ia berkali-kali mengetuk pintu yang terkunci dari dalam dan memanggil namanya. Tak ada respon apapun. Pemuda itu masih menikmati sebuah mimpi yang berkelana.

Sosok wanita itu akhirnya menyerah dan menuruni tangga rumahnya. Di sebuah sofa ruang tamu, seorang lelaki tengah menikmati minuman hangat sambil membaca lembaran-lembaran kertas yang penuh dengan tulisan.

“Apakah anak itu masih belum bangun?” Tanya seorang lelaki itu.

Wanita itu menjawab dengan mengangguk.

“Sampai kapan anak itu terus-terusan seperti ini. Sangat sulit dibangunkan untuk shalat subuh, semakin jauh dari Tuhan karena sudah hampir tak pernah beribadah lagi. Ayah merasa gagal menjadi orang tua.” Kata lelaki itu.

“Jangan bilang seperti itu. Suatu saat pasti akan ada waktu, Daffin berubah menjadi lebih baik. Kita doakan saja yang terbaik untuk anak kita.” Ucap wanita itu yang tengah duduk dihadapan suaminya.

“Ayah kemaren bertemu dengan sahabat lama ayah. Dia memiliki seorang putri yang shalihah. Kita membicarakan perjodohan anak kita dengan anaknya. Siapa tahu dengan perjodohan ini, anak kita bisa berubah menjadi lebih baik. Ayah akan memberitahu Daffin soal perjodohan ini, setelah dia bangun nanti.”

“Tapi, Daffin masih kuliah. Biarkan dia fokus dulu dengan kuliahnya.” Kata istrinya sedikit kaget.

“Ayah tak ingin Daffin terus-terusan bermaksiat dengan seorang wanita. Seminggu lalu, ayah melihatnya berjalan dengan seorang wanita sambil berpegangan tangan. Mereka terlihat mesra. Membuat hati ayah terasa sakit. Ayah menyadari, bahwa selama ini terlalu memanjakan Daffin dengan harta kekayaan ini. Apa yang akan ayah katakan nanti dihadapan Allah? Jika ditanya mengenai anak kita? Ayah sangat malu.” Jelas suaminya dengan raut wajah sedih.

“Dengan hadirnya anak dari sahabat ayah dalam hidup Daffin, semoga dapat menghentikan perbuatan yang tidak Allah ridhai selama ini.“ Kata suaminya lagi.
Istrinya yang mendengarnya, menatap suaminya dengan haru. Dan mendukung semua keputusan yang akan diambil oleh suaminya.

“Kenapa tak ada yang membangunkanku? Setengah jam lagi aku ada jam kuliah.” Teriak Daffin kesal sambil menuruni tangga.

“Ibu sudah mencoba membangunkanmu.”

“Sudahlah, Bu. Aku akan akan berangkat kuliah saja.” Jawab Daffin dengan nada kesal.

“Daffin…Kau jangan seperti itu pada ibumu.” Kata ayahnya yang mulai kesal.

Daffin tak mempedulikan perkataan ayahnya. Ia tetap melangkah. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti, ketika ayahnya mengatakan bahwa Daffin akan dijodohkan.

"Aku masih ingin fokus kuliah, nggak mau menambah beban pikiran dengan menikah secepat ini, ayah. Dan kenapa harus dijodohkan? Aku bisa mencari calon istri sendiri dengan kriteria yang aku inginkan." Ucap Daffin yang tak senang dengan perjodohan yang dikatakan oleh ayahnya. Daffin mengingat bahwa dia memiliki kekasih yang sangat dia cintai.

Melukiskan Cita & Cinta [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang