New York
Gumpalan tipis nan putih mewarnai kota New York. Hembusan angin menambah kedinginan hingga orang-orang harus menutupi tubuhnya dengan pakaian tebal. Di suatu rumah sakit seorang pemuda tengah membaca buku terkait kedokteran.
"Maaf membuatmu menunggu lama." Kata seorang dokter dalam bahasa inggris pada pemuda itu.
"Tidak masalah, dokter. Saya senang berada di ruangan anda sambil membaca buku-buku yang tersedia."
"Bacalah sesukamu. Hari ini saya tidak bisa menemanimu belajar seperti biasanya atau menjawab pertanyaanmu meski sebentar. Saya akan sibuk beberapa hari kedepan."
"Saya paham. Dokter adalah orang yang sangat sibuk."
"Kau bisa belajar dengan anakku. Dia kuliah jurusan kedokteran. Besok saya akan menyuruhnya kesini."
Syabil mengangguk dan menyetujuinya.
"Saya pamit dulu. Terimakasih, dokter."
"Sampaikan salam saya pada ayahmu."
Syabil tersenyum.
Empat bulan Syabil berada di Amerika. Ia merasa waktu berjalan sangat lambat. Empat bulan baginya serasa empat tahun. Ia sangat merindukan sosok yang dicintainya. Hafsah tak pernah menghubunginya selama itu. Meski Syabil sangat ingin menghubunginya, tapi ia takut untuk menghubungi Hafsah. "Kau benar-benar menjaga dirimu sebelum ikatan halal, Hafsah." Pikir Syabil yang mengendarai sepedanya menuju rumahnya.
Syabil memarkirkan sepeda dan masuk ke dalam rumahnya.
"Kak, ayo makan bersamaku." Kata adik perempuan Syabil.
Syabil menghampiri adiknya di ruang makan.
"Ayah dan ibu sepertinya pulang malam lagi, kak."
"Emm.." balas Syabil seakan tak peduli dengan perkataan adiknya.
"Semenjak kakak datang kesini, Maryam hampir tak pernah melihat senyum kakak." Ujar Maryam yang mulai cemberut.
Maryam menyiapkan sepiring nasi untuk sang kakak.
"Bagaimana sekolahmu?" Tanya Syabil.
"Alhamdulillah lancar kak."
"Syukurlah.."
"Cuma nanya gitu doang kak?"
"Iya" jawab Syabil datar.
"Kakak nggak ingin tahu, bagaimana hari pertamaku sekolah SMA pakai jilbab?"
Maryam menyadari bahwa selama ini ia tak begitu akrab dengan kakaknya. Ia ingin lebih mengenal dan lebih akrab selayaknya saudara kandung.
Syabil tak menjawab perkataan adiknya.
"Maafin Maryam. Selama ini Maryam jarang menghubungi kakak atau untuk hanya sekedar menanyakan kabar kakak. Mungkin kakak sampai beranggapan nggak mempunyai seorang adik selama di Bogor." Maryam mulai sedih.
Syabil menghentikan makannya. Ia meminum air dan menatap sang adik.
"Bagaimana hari pertamamu sekolah pakai jilbab?"
Senyum mengembang di wajah Maryam. Ia sangat yakin bahwa Syabil sangat menyayanginya. Mungkin Syabil bersikap cuek selama ini, bukan berarti mengabaikan Maryam.
"Maryam jadi pusat perhatian satu sekolah. Karena pakaian Maryam mencolok. Bahkan teman-teman Maryam yang awalnya sangat dekat, mulai menjauhi Maryam."
Syabil mulai menatap haru sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melukiskan Cita & Cinta [TERBIT]
RomanceKisah inspiratif dan romantis. Menceritakan dua kisah cinta yang berbeda. Cinta segitiga antara Syabil, Vian, dan Hafsah. Serta cerita singkat cinta Daffin, sahabat Vian. Syabil dan Hafsah adalah seorang mahasiswa jurusan Biologi. Vian, seorang maha...