Impian Indah

146 9 0
                                    

Bismillah...🌹

*اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ*

Jangan lupa vote dan komentarnya, ya😊

Happy reading

Impian Indah

Pernikahan digelar sederhana di area halaman yang cukup luas milik keluarga Syabil.
Hafsah begitu anggun dan cantik dibalik gaun penganti dan make up yang terpoles natural pada wajahnya. Hafsah hanya tertunduk malu, ia merasa seluruh pandangan mengarah padanya.

Acara sakral dihadiri beberapa keluarga, teman-teman Syabil dan Hafsah. Alzam dan Rahma juga hadir. Rahma menangis haru saat melihat Hafsah. Ia merasa menghadiri pernikahan putrinya sendiri.

"Kau sangat cantik, Nak." Ucap Rahma sambil menyeka air matanya.

"Doakan Hafsah selalu, Umi." Balas Hafsah dan langsung memeluk Rahma.

Rahma membalas pelukan dari Hafsah dan tersenyum. Nurasilah yang melihat kedekatan mereka, merasa sangat bahagia. Anak semata wayangnya yang kini mengenakan gaun pengantin, ternyata dikelilingi orang-orang baik.

Vian dan Daffin juga hadir di acara sakral itu. Dua minggu sebelum pernikahan, Vian dan Daffin pulang dari Jerman. Daffin mendapat kabar dari Alzam, bahwa Hafsah akan menikah. Vian sangat bahagia mendengar kabar itu.

"Barakallahu.." Ucap Vian sambil tersenyum.

"Aamiin.."

"Bahagiakan Hafsah." Bisik Vian kepada Syabil.

"Pasti, InSyaaAllah." Balas Syabil.

Pernikahan berlangsung, ijab kabul telah diikrarkan. Hafsah menangis haru, ketika Syabil menyentuh dan mencium tangannya. Syabil berkata lirih kepada Hafsah, "Izinkan aku membaca doa untukmu, untuk kita". Hafsah mengangguk dan tersenyum.

Telapak tangan Syabil memegang ubun-ubun kepala Hafsah dengan sedikit bergetar. Syabil berdoa, "Allahumma inni as'aluka min khairiha wa khairi ma jabaltaha wa a'udzubika min syarriha wa syarri ma jabaltaha."

Usai membacakan doa, Syabil meneteskan air mata haru. Perempuan cantik dan anggun yang berada dihadapannya, kini telah menjadi bidadarinya.

Di kamar pengantin, Hafsah terduduk malu saat Syabil menatapnya begitu dekat. Wajah Syabil yang tampan membuat hati Hafsah bergetar.

Rambut panjang Hafsah yang terurai tampak sangat manis di mata Syabil. Rambut yang selama ini tersembunyi di balik kerudung.

"Terimakasih sudah menjaga rambut ini dan kecantikanmu hanya untuk suamimu. Hafsah, bolehkah aku mencium keningmu?" Lirih Syabil.

"Kau tak perlu meminta izin untuk melakukan hal itu padaku. Allah akan memberikan pahala di setiap kau menyentuhku."

Syabil mendekap erat Hafsah.

"Bagaimana hafalanmu?" Tanya Syabil.

"Alhamdulillah.. aku sudah hafal sepuluh juz." Balas Hafsah dengan wajah sedikit berbinar.

"Maafkan aku. Aku bukan seorang hafidz. Aku memang bukan lelaki sholeh, tapi aku akan berusaha memuliakanmu, sebagaimana Rasulullah memuliakan istri-istrinya. Hafsah, kenapa kau menangis?"

"Tidak apa. Aku hanya terharu mendengar ucapanmu. Terimakasih."

Syabil tersenyum.

"Aku baru ingat. Masalah apa yang kau hadapi di Amerika? " Tanya Hafsah

"Besok saja aku cerita. Sekarang tidur ya."

"Mmm, iya."

Melihat wajah istrinya yang menyiratkan sedikit kecewa, "Yaudah, aku cerita sekarang."

"Saat di Amerika, aku menahan rinduku. Cintaku padamu juga diuji disana. Aku membantu ayah diperusahaannya dan juga belajar tentang kedokteran bersama Dokter Dave, sahabat ayah. Belajarnya biasa-biasa saja, seperti kuliah. Aku melakukan itu, hanya untuk mengisi kesibukan. Agar tidak selalu mengingatmu, yang akan membuatku ingin bertemu denganmu. Suatu saat, Dokter Dave menyuruh putrinya yang jurusan kedokteran untuk mengajariku sementara waktu. Awalnya aku menolak, tapi aku harus menghargai keputusan Dokter Dave.

Putrinya bernama Natalia, cuma dua kali pertemuan aku belajar dengannya. Ternyata dia menyukaiku. Katanya sudah lama, sebelum aku datang ke Amerika. Saat aku akan melakukan penerbangan untuk pulang ke Bogor, Natalia datang ke rumah bersama Dokter Dave dan mengatakan dia sedang hamil anakku. Demi Allah, Hafsah. Aku tak pernah menyentuhnya, bahkan berada didekatnyapun aku tak nyaman. Natalia sengaja memfitnahku.

Dokter Dave memintaku untuk menikahi Natalia. Jika aku menolak permintaan itu, Dokter Dave akan melaporkanku pada polisi karena Natalia punya bukti. Bukti itu rekayasa. Ayah percaya dengan bukti itu, dan memintaku untuk segera menikahi Natalia. Aku sangat terpuruk. Ingin rasanya waktu itu aku menceritakan semuanya padamu, tapi aku tak ingin kau kepikiran.

Tempat ternyaman bagiku hanya masjid, hingga aku kenal dengan imam Husein. Aku berdiskusi tentang masalahku padanya. Dari imam Husein aku mendapat pencerahan. Aku jauh lebih merasa tenang. Sekitar dua minggu lamanya, aku berhasil menemukan bukti bahwa Natalia hamil bukan anakku. Dia hamil dari seorang pemuda yang mencintainya.

Saat aku berjalan menuju rumah untuk menunjukkan bukti, aku dikeroyok hingga aku koma di rumah sakit. Aku kira, aku sudah tiada. Namun, Allah sangat baik masih mengizinkan aku untuk hidup dan menempati janjiku padamu. Meski agak terlambat. Aku bersyukur..."

Syabil tersentak, karena Hafsah tiba-tiba langsung memeluknya.

"Maafkan aku. Jika saja aku menikah denganmu waktu itu, kau pasti tidak akan merasakan itu suami. Maafkan aku, Syabil." Hafsah terisak dalam tangisan.

"Semua itu sudah berlalu. Jangan merasa bersalah. Waktu itu kau harus fokus dengan pendidikanmu. Keputusanmu sudah benar, Hafsah. Setiap ujian pasti ada hikmahnya."

"Terimakasih sudah menungguku dengan sabar." Lirih Hafsah dari dekapan Syabil.

"Aku sudah berjanji untuk menunggumu dan menempatkan cinta ini dalam ikatan pernikahan yang diridhai Allah."

***

Alhamdulillah :)

S E L E S A I

Untuk cerita lebih lengkapnya tentang perjuangan Syabil di Amerika ada di versi novelnya :)

Wisuda Hafsah dan Syabil ada di versi novelnya

Kelanjutan cerita Vian dan Daffin ada di novel

Hampir di tiap chapter ada quotes diawal pembukaan cerita

Cerita lebih kompleks dan rapi di novel

Melukiskan Cita & Cinta [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang