Syabil dan Vian

85 9 0
                                    

Syabil dan Vian


"Jalan kehidupan tidak selalu mulus. Ibu Fatimah untuk menjadi seorang dosen harus melewati rintangan demi rintangan. Jika kalian merasa sulit untuk memahami materi perkuliahan dan terbesit keinginan untuk menyerah, ingatlah kembali tujuan kalian kuliah. Ikhtiar itu sangat penting, nak. Jangan mudah menyerah. Lika liku perjalanan akan terasa sangat indah dan penuh makna, selama tujuan kita bermuara kepada-Nya. With hardship there is ease. Allah will surely make a way for you. Semangat dalam mempelajari ilmu-Nya." Kata seorang dosen wanita di depan kelas, sebagai penutup perkuliahan hari itu.

Fatimah, salah satu dosen yang sangat disukai oleh Hafsah. Selain mengajari materi perkuliahan, Fatimah juga mengajari untuk selalu mengingat dan melibatkan Allah dalam setiap perjalanan. Bahkan Fatimah salah satu metode pengajarannya, yaitu dengan melibatkan ayat dalam Al-Quran.

Hafsah masih mengingat ketika Fatimah menjelaskan mengenai perkembangan manusia, ia juga menjelaskan dari sisi Al-Quran.

Dalam Al-Quran Surah Al-hajj ayat 5. Dari ayat itu menunjukkan beberapa fase yang terjadi pada periode kedua dari perkembangan manusia yang meliputi fase nuthfah (zigot) yang dimulai sejak pembuahan sampai 40 hari dalam kandungan, fase alaqah (embrio) terjadi pada usia 40 hari kehamilan, fase mughah (janin) terjadi pada usia kehamilan 40 hari berikutnya, serta fase peniupan ruh yang terjadi ketika janin berusia genap empat bulan. Hafsah merasa sangat bersyukur bertemu dengan dosen seperti Fatimah.

Hafsah menjadi sangat suka membaca atau belajar biologi. Padahal waktu SMA, Hafsah tak terlalu menyukai mata pelajaran Biologi. Karena menurutnya, biologi itu sangat luas dan banyak yang harus di hafalkan.

Seketika juga, Hafsah kembali mengingat sahabatnya. Zahra ingin belajar biologi dengannya dan pernah mengatakan bahwa biologi adalah salah satu pelajaran yang dia sukai. Karena menurutnya, biologi mempelajari hampir seluruh makhluk ciptaan Allah. "Aku merindukanmu." Bisik Hafsah.

Hafsah melangkahkan kakinya dengan sedikit tergesa-gesa. Karena ia tak ingin berpapasan dengan Syabil di pintu keluar ruangan.

Syabil yang menyadari akan hal itu, hanya tersenyum kecil. Hanya melihat keadaan Hafsah yang membaik, sudah membuatnya merasa senang. Namun, ia juga merasa takut. Takut Hafsah semakin menjauh darinya.

Hafsah memilih pergi ke perpustakaan, ternyata Syabil memiliki niatan yang sama dengannya. Saat menyadari bahwa Hafsah akan ke perpustakaan, Syabil sedikit melambatkan langkahnya, supaya Hafsah tidak mengetahuinya.

Hafsah memilih duduk di bangku yang masih benar-benar kosong, karena ia ingin sendiri.

Syabil memilih duduk di kursi yang tak terlalu jauh darinya, supaya bisa melihat Hafsah meskipun dari belakang.

Disisi lain, ketika Vian meregangkan otot-ototnya dan tanpa sengaja melihat Hafsah. Dalam penglihatannya, Hafsah terlihat sangat murung.

Hafsah tak menyadari bahwa ada dua lelaki yang tengah melihat ke arahnya. Syabil dan Vian.

Vian masih melihat Hafsah, karena buku yang Hafsah pegang terbalik. "Apakah dia bisa membaca buku yang terbalik?" Tanya Vian pada dirinya sendiri. Vian berpikir sejenak dan memilih menghampirinya.

"Maaf..buku yang kau baca terbalik."

Hafsah hanya diam, pikirannya berlayar tapi bukan pada bukunya. Ia berpikir bagaimana cara mengucapkan terimakasih dan maaf kepada Syabil.

Vian mengulangi perkataannya dan akhirnya Hafsah meresponnya, meskipun hanya dengan senyuman. Hafsah langsung mengubah posisi bukunya dengan benar. Vian kembali pada tempat ia duduk sebelumnya.

Melukiskan Cita & Cinta [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang