TLE 10

602 69 10
                                    

Typo bertebaran

Malam belum begitu larut, Kana yang beberapa menit lalu baru saja tiba di kamar kosannya di buat terkejut saat seseorang mengetuk pintu kamarnya dan saat di buka ia mendapati Erhan berdiri di sana.

"Loh Na~ bukannya lo mau ke acara ulang tahun tante Erin! Kok malah kesini!" Bingung Kana.

Ia lalu mengamati setelan Erhan yang begitu rapi.

"Jangan bilang ke gue kalau lo pergi dari sana sebelum acara selesai" lanjutnya menebak kelakuan sang sahabat.

Erhan menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan terkekeh "iya, habis acaranya bosenin tamunya orang tua semua, hehehe"

Kana menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya yang terkenal tidak banyak tingkah dan pendiam, namun terkadang bisa berkelakuan sangat aneh. Dan hanya ia yang tau sifat yang satu itu.

"Lo ngga lupa ngasih tau kak Mali atau keluarga kak Aiden kan, kalau lo pergi? Atau jangan-jangan lo pergi tanpa bilang kesiapapun lagi!"

Pemuda kelahiran bulan juni itu menepuk keningnya, saat melihat Erhan tersenyum kikuk. Sudah pasti sahabatnya itu pergi tanpa pamit.

Kana pun mengomel dan langsung menyuruh Erhan untuk menelepon Mali guna memberi tahu jika sahabatnya itu sudah tak berada di tempat acara.

Sambil melotot Kana terus memperhatikan Erhan yang tengah menelpon. Setelah selesai ia lalu mengajak pemuda april itu masuk kedalam kamar kosannya.

"Lain kali kalau lo kayak gitu lagi, gue ngga bakalan ngijinin lo buat kesini, lo mau buat orang-orang di acara itu khawatir? Lo ngga mikirin gimana cemasnya kak Mali sama tante Erin nanti pas tau lo ngga ada di sana!" Kana kembali mengomeli Erhan sembari berganti pakaian. Sementara yang di omeli tengah berbaring di kasur sambil memperhatikannya.

"Iya Gar, maafin aku... Ngga lagi-lagi kok aku kayak gitu" ucap Erhan.

"Jangan minta maaf ke gue, lo harusnya minta maaf sama kak Mali sama tante Erin"

"Kan tadi udah"

"Sama tante Erin belum ya!"

Erhan cemberut "iya iya... Aku emang mau minta maaf ke bunda kok, tapi besok"

Hah

Kana menghela nafas lelah, melihat tingkah sahabat manisnya itu yang agak lain dari biasanya.

"Lo udah makan belum?" Tanyanya kemudian mengalihkan pembicaraan.

"Udah, tadi di sana aku makan banyak" kata Erhan yang tentunya bohong.

Karena ia bahkan belum sempat mencicipi makanan yang telah di ambilnya. Ia terlalu kesal saat itu dan langsung meninggalkan piring makanannya di atas meja.

"Jadi gue ngga usah masak buat lo?" Tanya Kana lagi memastikan dan di angguki oleh sahabat itu.

Melihat itu Kana pun menghampiri Erhan dan ikut berbaring di sampingnya.

"Ganti baju gih, gue gerah sendiri liat lo make jas terus" Kana mendorong-dorong kecil tubuh bongsor Erhan agar pemuda manis itu beranjak dari kasur dan berganti pakaian, ia tau jika tak seperti itu sang sahabat yang sepertinya sedang terkena virus malas tak akan mengganti pakaiannya.

Akhirnya mau tak mau Erhan pun tetap beranjak untuk berganti pakaian. Ia mengambil sepasang baju tidur milik Kana dari lemari kemudian pergi ke kamar mandi untuk mengganti setelan jas yang di pakainya dengan baju tidur tersebut.

Tak sampai lima menit Erhan keluar dari kamar mandi dan langsung berbaring di kasur dengan posisi terlentang sama seperti Kana.

"Gar!" Panggil Erhan setelah keheningan melanda keduanya.

"Hmm!" Kana menoleh padanya "kenapa?"

"Kalau dulu aku ngasih kamu harapan, dan bilang tunggu aku siap dengan perasaan aku, kamu bakalan gimana?" Erhan bertanya tanpa menoleh pada Kana, matanya tetap fokus menatap langit-langit kamar.

Mendengar Erhan mengungkit masa lalu membuat Kana merasa aneh.

Ada apa dengan sahabatnya itu!

Kana menatap Erhan lekat, ingatan masa lalu saat dirinya menyatakan perasaan pada sahabatnya itu kembali terlintas di benaknya.

"Na~ gue mau jujur sama lo!"

"Apa Gar?"

"Gue... Gue sebenernya suka sama lo!"

"Gara... Tapi kita sahabat, kenapa kamu bisa suka sama aku?"

"Gue juga ngga tau Na~, awalnya gue cuman ngerasa nyaman sama lo, tapi lama kelamaan rasa nyaman itu berubah jadi suka"

"Maaf Gar, tapi kamu tau kan aku udah di jodohin"

"Gue tau Na~, gue juga ngga berharap lo nerima perasaan gue, gue cuman pengen ngungkapin perasaan gue biar rasa ganjel di hati gue ilang, dengan jadi sahabat lo dan selalu ada di samping lo udah cukup kok buat gue"

"Kanagara~, maafin gue ya!"

"It's okay Gerhana, i'm fine!"

Saat itu Erhan tidak pernah mengatakan secara langsung ia menolak perasaannya, sahabatnya itu hanya meminta maaf karena dirinya sudah di jodohkan.

Pemuda Juni itu mengalihkan tatapannya dari Erhan "Kenapa tiba-tiba nanya kayak gitu?"

"Penasaran aja, soalnya sampai sekarang aku masih suka kepikiran tentang itu dan ngerasa bersalah sama kamu"

Kana tersenyum lalu mengubah posisinya menjadi menyamping menghadap ke arah sang sahabat.

Tangannya terangkat membelai pipi tembam Erhan yang kini juga telah mengubah posisi.

Keduanya saling berhadapan dan bertatapan sekarang.

"Jadi kamu bakalan gimana?"

"Gue bakalan nungguin lo siap, tapi lo tau gue ngga se sabar itu orangnya jadi saat kesabaran gue udah habis dan lo ngga kunjung ngasih kejelasan gue bakalan berhenti menunggu"

Erhan menatap lekat Kana. Kemudian kembali bertanya.

"Terus kalau semisalnya gini, bagaimana jika alasan aku ngga kunjung ngasih kamu kejelasan karena ngga mau kamu sakit hati karena sebenernya ada orang lain yang aku suka. Tapi ternyata kamu udah tau hal itu, apa yang akan kamu lakuin?"

"Udah pasti langsung berhenti, untuk apa nungguin orang yang udah jelas ngga ada perasaan sama kita, itu cuman bikin sakit hati"

"Tapi gimana kalau orang tua kita berharap besar pada hubungan itu? Apa kamu bakalan tetap berhenti atau tetap bertahan demi agar orang tua kita senang dan bahagia?"

"Ngga ada orang tua yang mau liat anaknya sakit hati, cukup jelasin dengan jujur apa yang buat kita ngga bisa bersama, mereka pasti mengerti, jadi aku bakalan tetap berhenti nunggu"

Erhan memegang tangan Kana yang masih mengelus pipinya, ia tersenyum.

"Makasih udah mau jawab semua pertanyaan aneh aku"

Kana tersenyum lalu membawa Erhan dalam pelukannya, sebenarnya ia merasa sedikit aneh dengan pertanyaan-pertanyaan sahabatnya itu namun ia mencoba untuk tak memikirkannya.

"Sama-sama, sekarang udah ngga kepikiran sama ngga enak lagi kan?" Erhan mengangguk dalam pelukannya.

"Ya udah, kalau gitu sekarang kita tidur soalnya udah malem banget ini"

Keduanya pun tidur dengan posisi saling berpelukan.

'Semua jawaban kamu bener Gar, sekarang aku tau harus gimana, sekali lagi terimakasih dan maaf untuk yang waktu itu....'

~~TLE~~

Nah loh!! ternyata Kana pernah ngungkapin perasaan ke Erhan.....!!! 😅😅


(Hyuckno again ngga tuh 🤭🤭)

The Lost EclipseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang