Typo bertebaran
Mali menatap wajah Erhan yang tengah tertidur lelap dengan penuh kasih sayang.
Tadi setelah Erhan selesai menceritakan kenapa ia membatalkan perjodohannya. Si sulung pun berinisiatif untuk menghibur sang adik dan menemaninya tidur.
"Lain kali jika ada masalah, cerita pada kakak! Kakak selalu ada di sini buat dengerin semua cerita kamu."
Mali mengelus pipi sang adik kemudian ia pun memejamkan matanya dan ikut tertidur.
Keesokan paginya, selesai sarapan Erhan langsung di antara kesekolah oleh sang ayah.
"Ngga ada yang kelupaan, kan?" Tanya ayah Erhan setelah mereka tiba di depan pintu gerbang sekolah.
"Ngga ada, yah" kata Erhan setelah selesai mengecek isi tasnya.
Erhan lalu pamit pada sang ayah dan turun dari mobil.
"Belajar yang rajin, nanti pulang sekolah kakak yang jemput kamu soalnya ayah ada janji ketemu sama temen!" seru ayah Erhan dengan suara yang agak keras karena Erhan sudah memasuki gerbang sekolahnya.
"Iya, yah!" Teriak Erhan lalu melambaikan tangan.
Mobil ayah Erhan lalu melaju meninggalkan sekolah dan setelah mobil itu berjalan lumayan jauh dari sekolah, Kana yang sedari tadi duduk di atas motornya di parkiran sekolah menghampiri Erhan.
"Pagi!" Sapanya.
"Pagi, Gar~!" Erhan berbalik pada Kana dan balik menyapanya.
Keduanya tersenyum kemudian berjalan sambil bergandengan tangan menuju ke kelas mereka.
"Gimana semalem?" Tanya Kana begitu ia dan Erhan tiba di tempat duduk mereka.
Erhan menyimpan tasnya dan duduk di bangkunya lalu mulai menceritakan semua yang terjadi semalam saat acara makan malam.
"Orang tua kamu sama orang tua si brengsek itu ngga marah gitu?"
"Nggak"
Kana duduk di bangkunya sambil menyandarkan punggungnya di sandaran kursi dengan kedua tangan berada di belakang kepalanya.
"Syukur deh kalau gitu" katanya
"Kenapa kamu nanya kayak gitu?" Erhan menoleh pada Kana dengan dahi menyerngit.
Kana tersenyum kemudian ia memperbaiki posisi duduknya lalu menatap Erhan juga.
Salah satu tangan terulur mengelus pipi sahabat manisnya itu.
"Ngga kenapa-kenapa! Gue cuman khawatir lo tetep di paksa lanjutin perjodohan itu meski mereka tau kalau si brengsek itu udah punya orang lain yang dia suka. Gue takut lo nantinya ngga bahagia kalau mereka kekeh dengan perjodohan sialan itu." Jelas Kana.
Erhan tersenyum hingga matanya tinggal segaris mendengar penjelasan sahabat tampannya itu. Tangannya lalu terangkat meraih tangan Kana yang ada di pipinya dan menggenggamnya.
"Makasih udah khawatirin aku".
Sepasang sahabat itu lalu larut dalam dunia mereka sendiri tanpa menyadari tatapan aneh dari teman-teman sekelas mereka yang sejak tadi melihat tingkah keduanya.
Mereka beneran sahabat ngga sih? Kok ya kayak orang pacaran.
Begitulah kira-kira arti dari tatapan aneh teman-teman sekelas Erhan dan Kana.
Singkat cerita waktu istirahat tiba. Erhan dan Kana berjalan beriringan menuju kantin untuk mengisi perut mereka. Namun sebelum tiba di kantin Erhan pamit untuk ke WC sebentar karena panggil alam.
Setelah selesai buang air kecil Erhan pun hendak menyusul Kana ke kantin. Tapi sebelum keluar dari WC seseorang menahan tangan Erhan dan membuatnya mau tak mau harus berhenti dan berbalik menatap orang yang menahannya itu.
"K-kak Aiden!" Kaget Erhan saat mengetahui Aiden lah yang menahannya.
"Ada apa kak?" Lanjutnya bertanya.
Aiden menatap Erhan dingin dan balik bertanya.
"Kenapa kamu lakuin itu semalem? Kamu kan udah setuju buat tunggu bunda selesai pemeriksaan baru kita bakalan jujur ke mereka. Kamu sengaja mau bikin aku di marahin sama orang tua aku!"
Mendengar Aiden menyalahkan dirinya, Erhan pun melepas tangan yang di pegang oleh pemuda februari itu dan tersenyum sinis.
"Ya, aku emang sengaja!" Seru Erhan membuat raut wajah Aiden semakin dingin.
"Kamu..." Aiden menunjuk wajah Erhan dan Erhan menepis tangannya.
"Apa kak? Aku apa? Aku buat kakak marah? Ya, aku emang sengaja dan itu semua salah kakak sendiri. Apa kakak pikir aku ngga tau kalau kakak udah bohongin aku soal jadwal pemeriksaan bunda!" Emosi Erhan.
Aiden tertegun.
'darimana dia tau' batinnya.
Erhan tersenyum semakin sinis melihat perubahan ekspresi Aiden.
"Kenapa kak? Kakak bingung dari mana aku tau!" Erhan tertawa kecil.
"Aku tau kebohongan kakak dari adik kakak sendiri. Aku ngga sengaja ketemu Juan yang lagi nganterin bunda pemeriksaan waktu jenguk Gara di rumah sakit."
"Aku ngga pernah nyangka kakak bisa kayak gitu. Sebenarnya mau kakak itu apa? Cuman karena belum bisa jujur ke keluarga kita kakak tega bohongin aku lagi. Apa kakak belum puas selama ini selalu bohongin aku? Salah aku apa ke kakak? Apa kakak lupa, sejak awal bukan aku yang minta buat nerima perjodohan ini tapi kakak yang minta aku! Kenapa dulu kakak mau nerima perjodohan kita kalau ujung-ujungnya kakak juga yang ngga bisa yakin sama perasaan kakak. Kakak itu egois, kakak ngga pernah mikirin perasaan orang lain."
Mata Erhan berkaca-kaca. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan pemikiran pemuda februari di hadapannya itu yang sungguh tega membohonginya hanya karena belum siap untuk jujur ke keluarga mereka.
"Udah cukup kak, udah cukup. Aku udah capek dan aku udah ngga mau lagi larut dalam masalah ini toh keluarga kita juga sudah tau dan setuju untuk batalin perjodohan kita. Jadi berhenti salahin aku. Semua udah berakhir kita ngga ada hubungan apa-apa lagi dan sekarang kakak bebas buat pacaran sama Argi atau siapapun itu."
Setelah meluapkan semua emosinya Erhan pun berbalik pergi meninggalkan Aiden yang hanya terdiam menatapnya.
Sebelum benar-benar pergi Erhan berhenti dan berbicara tanpa berbalik menatap Aiden.
"Oh iya, karena kita udah ngga ada hubungan apa-apa aku memohon dengan sangat sama kakak buat ngga ganggu hidup aku lagi".
Erhan pun melanjutkan langkahnya setelah berkata demikian.
Aiden?
Ia masih terdiam menatap punggung Erhan yang semakin menjauh. Dan entah kenapa saat Erhan memintanya untuk tidak menggangu hidup pemuda manis itu lagi muncul sedikit rasa tidak rela di hatinya.
>TLE<
Dabel up nih ya!!
Btw maaf kalau agak gimana gitu?! 😅😅
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Eclipse
FanfictionSaat gerhana lelah menjadi bayangan di antara matahari dan bulan... Ia pun memilih untuk menjauh...