[Rana]
Mahesa punya sejuta ekspresi dan ribuan rasa yang ia bawa setiap harinya. Dari Mahesa, aku belajar beberapa rasa yang belum pernah aku temukan sebelumnya. Salah satunya adalah ketenangan.
Maka, saat ekspresi dan rasa tenang hilang dari raut wajah mahesa, dimana hal tersebut belum pernah terjadi sebelumnya, aku merasa bahwa...ya. Dunia sedang tidak baik-baik saja.
Duniaku sedang tidak baik-baik saja.
Merasakan bahwa di hidupku sedang ada gemuruh yang tidak ramah adalah satu hal. Tapi mengatakannya secara gamblang, seolah melipatgandakan rasa nyata dari segalanya. Buat rasa tak nyaman ini jadi lebih gila sakitnya. Pahit di lidah yang kurasa saat mengatakannya buat segalanya terasa lebih nyata. Dan aku tidak suka.
"Kamu ketemu sama Ibu?" tanya Mahesa. Wajahnya gusar.
Sesekali ekor matanya bergerak ke arah pelipisku yang sebenarnya, aku datang dengan memar membiru bukan hal baru lagi dalam hubungan kami. Seharusnya Mahesa tidak lagi gusar. Seharusnya keadaanku yang seperti ini tak perlu membuatnya merasa tidak tenang.
"Ibu nemuin aku. Kayaknya, seharusnya begitu kalimatnya," jawabku. Tersenyum miris.
"Ibu bilang apa?" Suara Mahesa pelan. Mungkin Mahesa pikir aku akan pecah berantakan jika sedikit saja ia menaikkan volume bicara.
Ya...Mahesa tidak sepenuhnya salah jika ia berpikir seperti itu. Lebih tepatnya, aku sudah merasa sangat pecah dan berantakan saat ini.
"Gak tau. Aku baru lihat wajah ibu, langsung pingsan. Haha." Aku bubuhkan sedikit tawa yang sama sekali tidak mengandung nyawa di dalamnya.
Kalau dipikir-pikir, hidupku menang seperti komedi putar. Komedi yang pantas ditertawakan karena nasib buruk yang selalu berputar mengelilingiku.
"Why don't you call me?" tanya Mahesa. Tangannya bergerak menggenggam tanganku di atas meja.
"How can i? Kamu juga lagi sakit, karena aku."
"Rana, aku udah bilang itu bukan salah kamu. Jangan ngomong gitu lagi."
"Maaf," cicitku. Hanya kata itu yang kurasa pantas untuk kukatakan saat ini.
"Jangan hilang kabar kayak kemarin, ya? Aku gak minta banyak. Satu pesan aja, asal aku tau kamu baik-baik aja, ya?"
"Maaf."
"Gak apa-apa. Aku sayang kamu."
Dengan jemarinya, Mahesa hapus air mata yang entah sejak kapan menetes di pipiku. Dahinya berkerut. Raut wajahnya terlihat tidak nyaman. Melihat Mahesa secara langsung seperti ini buat rasa takut sekaligus lega menyerangku di saat yang bersamaan.
Aku teramat lega untuk kembali menemukan sedikit rasa aman seperti yang selalu kudapatkan setiap aku bersama Mahesa. Namun aku juga takut, karena aku sadar, ada baiknya Mahesa tidak terlibat terlalu dalam untuk hal yang satu ini.
Karena Bapak pasti akan meledak sejadi-jadinya saat kedatangan ibu terdengar sampai ke telinganya, dan Rana tidak mau Mahesa terluka karena ledakan itu
Tidak lagi.
Mahesa menggeser kursinya mendekat ke arahku. Tangannya terulur. Dengan lembut, ibu jarinya mengusap memar yang ada di pelipisku.
"Masih sakit?"
Aku menggeleng. "Udah biasa."
Raut wajah Mahesa semakin sedih. Sedikit menyesal aku akan jawaban spontan yang aku lontarkan. Tapi jika seseorang ada di posisiku saat ini, dimana rasa tenang terlihat sangat jauh dan sulit untuk digapai, maka mengerahkan pikiran untuk mencari alasan akan terasa seribu kali lebih sulit dibanding mencari semut di antara jerami.
"Mario tau kalau kamu ketemu Ibu?"
Aku menggeleng lagi. "Aku belum bilang apa-apa."
"Kenapa?" tanya Mahesa. Masih dengan suara terlembut yang pernah aku dengar sepanjang usia.
"Karena, setelah ketemu Ibu, aku sadar kalau ditinggalkan benar-benar menyakitkan. Sekarang aku malah berharap kalau lebih baik Ibu gak kembali. Sama sekali."
~
a.n
perkiraan aku, sekitar 10 chapter lagi, cerita ini akan selesai AAAAAAAA paling deg2an kalau mau nulis ending dari cerita :")
semoga kalian tetap tertarik untuk baca. kita ketemu lagi secepatnya!!♡
p.s: aku punya cerita baru, judulnya Suara. boleh mampir kapan2. pintunya selalu terbuka untuk siapapun yang mau datang membaca :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna Warni Cerita Kita ㅡ [COMPLETED]
Romansㅡa short chaptered novel #1 - Puitis, September 2023, May 2024 #1 - Doctor, Februari, Mei 2023 #4 - Puitis, Oktober 2022 #1 - Abusive, Oktober 2022 #1 - Hospital, Februari 2023 "Kamu lihat sendiri kalau aku datang penuh warna. Ungu, merah, biruㅡdari...