[Mahesa]
Awan mendung ramai mengerubungi langit sampai sinar matahari tak lagi terik. Redup, siang ini sepertinya akan hujan deras. Semoga tidak badai.
Aku mengetukkan ujung sepatu ke lantai beberapa kali. Menunggu Mama bersiap-siap di kamarnya. Katanya sebentar lagi. Tapi, sampai dua puluh menit kemudian dari 'sebentar lagi' yang terakhir, Mama tidak kunjung muncul.
"Ma? Masih laㅡ"
"ㅡAstaghfirullah, Mahesa. Ngagetin aja kamu tuh"
Tanganku refleks menahan lengan Mama yang hampir terjungkal ke belakang, karena tepat saat Mama ingin buka pintu, aku juga mendorong pintu untuk membukanya.
"Udah siap, Ma? Aku udah reservasi restoran untuk jam satu, soalnya."
"Iya, iya. Ya ampun, tadi anting Mama sempet jatuh ke kolong kursi. Ayok sekarang berangkat."
Hari ini aku dan Mama punya janji makan malam bersama Rana. Sebenarnya, Mama yang memaksa Rana untuk sempatkan satu-dua jam di sela jadwal kesehariannya untuk bertemu dan saling tukar kata.
Salah satu hal yang sangat aku syukuri dari kehadiran Mama sebagai orang tua. Selalu supportive dan mengutamakan kebahagiaan anaknya di atas segalanya.
Sejak pertama melihat foto Rana, Mama langsung bilang kalau ia juga jatuh cinta. Menurut pengelihatan Mama, katanya, Rana gadis cantik dengan hati yang sama cantiknya. Saat aku tanya Mama tahu dari mana, jawabannya adalah 'percaya aja sama pendapat orang tua'.
Ya apapun itu, yang penting Mama sayang Rana.
"Rana tinggal di sekitar sini, Sa? Perasaan Mama dulu disini gak ada pemukiman warga."
"Bukan, Ma. Kita jemput Rana ke tempat kerja part timenya."
Raut wajah Mama terlihat agak khawatir."Loh, dia hari ini ada kerja? Aduh, Mama jadi gak enak, takut ganggu."
Sebenarnya, tidak.
Alasan Rana memintaku untuk menjemputnya disini dan bukan di rumahnya adalah untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak menyenangkan. Bapaknya yang ada di rumah dan mengkonfrontasi kami di depan Mama, misalnya.
Tapi, aku simpan penjelasan itu dalam-dalam. Bukan porsiku untuk menceritakan tentang bagian dari kehidupan Rana yang satu itu, kepada Mama. Pun, alasan Rana meminta dijemput di parlor jelas, walaupun secara tersirat, memintaku agar Mama tidak tahu mengenai hal ini terlebih dahulu.
"Nggak kok, Ma. Cuma ada barang yang ketinggalan, jadi dia tadi ke parlor dulu."
Mama menghembuskan nafas lega. Terlihat seratus persen percaya dengan penjelasanku. "Syukur, deh. Mama takut ganggu kerjanya dia."
Saat mobilku melipir di bahu jalan, Rana sudah berdiri di depan parlor tempatnya bekerja. Baju terusan selutut berwarna cokelat muda senada dengan bandana di kepalanya. Rana terlihat indah, selalu, seperti biasa.
"Calon mantu Mama cantik bangeettt," ucap Mama heboh, setelah pindah ke bangku belakang dan Rana duduk di kursi sebelah pengemudi.
Tentu saja pertukaran kursi ini dilewati dengan perdebatan yang panjang, tadi. Rana yang berulang kali mengatakan 'jangan, Tante aja yang di depan' dengan penuh kesopanan dan Mama yang berpegang teguh pada pendapatnya tentang 'kamu aja yang di sebelah Mahesa, kan pacarnya'.
Akhirnya Rana menjadi pihak yang menurut dan menyerah. Buat Mama senyum lima jari.
"Makasih, Tante. Tante juga cantik banget. Kayak masih seumuran aku." Rana bicara dengan suara yang masih kental dengan rasa malu dan kehatu-hatian. Lucu.
"Waduh, bisa aja. Tuh, Sa. Belajar dari Rana gimana cara muji Mama. Kamu mah, kaku kayak penggaris besi."
Aku iya-iya saja biar cepat.
Saat Mama dan Rana selesai bertukar kata, mobil jadi hening tanpa suara. Mama sedang sibuk dengan ponselnya, merekam suasana jalan di Jakarta yang sudah sangat lama tidak ia lihat. Aku ambil kesempatan untuk puji Rana dengan suara sepelan mungkin.
"Cantik," bisikku.
Rana misuh-misuh di kursinya. Pasti ia malu dan tersiksa karena tidak bisa balas dengan suara kencang akibat kehadiran Mama di kursi belakang. Aku terkekeh kecil melihat bukit pipinya yang kini merona secantik apel.
"Mama bisa denger, Mahesa. Bisik-bisiknya kurang pelan." Mama tiba-tiba bicara.
Aku tertawa, Rana semakin memerah kini karena Mama. Lucu.
Petang hari ini sepertinya akan sangat menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna Warni Cerita Kita ㅡ [COMPLETED]
Romanceㅡa short chaptered novel #1 - Puitis, September 2023, May 2024 #1 - Doctor, Februari, Mei 2023 #4 - Puitis, Oktober 2022 #1 - Abusive, Oktober 2022 #1 - Hospital, Februari 2023 "Kamu lihat sendiri kalau aku datang penuh warna. Ungu, merah, biruㅡdari...