02-Crazy Things

5.1K 336 2
                                    

Keadaan pagi ini di rumah Fourth masih nampak sepi, meskipun si anak tunggal sudah duduk rapi dan berniat sarapan, namun tak ada pembicaraan apapun di sana. Suasana masih canggung dan tegang karena obrolan terakhir kali di keluarga mereka. Gunsmile sang kepala keluarga yang tak tahu harus berbicara apa itu akhirnya ikut diam.

"Ma, pa, aku berangkat dulu"

Pamit Fourth seperti biasa, ber-tos ria dengan sang papa dan mencium pipi sang mama, rasanya hangat seperti biasanya, begitu yang Gemini lihat saat menjemput kekasih mungilnya seperti biasa.

"Om, tante, Gem sama Fourth pamit, ya?"

Namtan mengangguk dan tersenyum simpul, "Hati-hati"

Namun di balik senyuman orang-orang tersebut yang terbit di pagi ini, tersimpan banyak pemikiran khawatir orang tua akan hubungan anak-anak mereka kedepannya.

Dan kini dua orang kekasih yang tengah berangkat bersama itu pun masih saling diam, hanya ada Fourth yang memeluk erat Gemini di atas motor matic yang melaju dengan kecepatan sedang membelah padatnya lalu lintas ibu kota di jam enam pagi. Obrolan lewat telepon ternyata tidak cukup untuk menemukan jawaban yang harus mereka berikan kepada orang tua masing-masing.

Biasanya Fourth akan berceloteh sepanjang perjalanan, dan ada Gemini yang mengusap-usap punggung tangan penumpangnya sesekali. Biasanya senyuman cerah mampir lama sekali di bilah sepasang kekasih yang baru resmi dua bulan tersebut. Biasanya.

Namun pagi ini, sampai mereka duduk di kursinya masing-masing pun, Fourth masih nampak lesu dan tidak berniat membahas perminataan orang tuanya dan orang tua kekasihnya. Suasana kelas yang ramai pun tidak mengalahkan sunyinya bangku Gemini dan Fourth yang biasanya ikut bergabung dengan teman-temannya yang sedang rusuh mengerjakan tugas sejarah yang akan di kumpulkan sebentar lagi saat guru sudah masuk ke dalam kelas.

Meskipun kelas Fourth termasuk kelas yang rusuh, suka mengerjakan tugas di jam-jam terakhir, namun para guru juga selalu senang memasuki kelas sebelas C5 tersebut karena tak hanya rusuh di luar pelajaran, tetapi pembelajaran terasa hidup karena sebagian besar anggota kelas sebelas C5 merupakan siswa-siswa yang berpikiran kritis dan selalu banyak bertanya.

"Selamat pagi!"

Segala grasah grusuh dan riweuh sempat menyapa bu Mild, guru pengampu mata pelajaran sejarah di pagi ini, namun itu sudah biasa mengingat ini adalah sekolah, tempatnya anak-anak. Jika suasana sunyi, maka itu adalah kuburan.

Kelas sebelas C5 baru bisa kondusif setelah beberapa saat, setelah guru muda tersebut duduk manis dan tersenyum simpul, "Selamat pagi! Silahkan tugas essay-nya di kumpulkan di depan ibu sekarang juga"

"Ahh ibu mah gak asik! Pagi-pagi langsung ngomongin tugas"

Meskipun menggerutu dan banyak keluh kesah, semua siswa tetap beranjak mengumpulkan tugas mereka ke meja bagian depan, kertas-kertas essay itu sudah tertata urut sesuai absen di meja guru. Bu Mild terkekeh dan menggelengkan kepalanya gemas. Kelas sebelas C5 ini adalah kelas terunik, di sampig siswanya yang terlampau cerdas, berbagai latar belakang keluarga siswa juga mempmbuat suasana kelas tidak membosankan. Karakter dari masing-masing individu menjadikan kelas ini kompak dan membuat iri kelas lainnya.

***

"Pak, rumus yang ini pakainya oksidasi, kan?"

Fourth menghela napasnya, sungguh ia membenci Lyn, bocah yang selalu bertanya ini dan itu kepada guru. Sebenarnya bagus, namun menjadi musuh semua orang ketika pertanyaan itu diajukan di saat-saat terakhir pelajaran, menambah durasi yang seharusnya sudah sejak lima menit yang lalu para siswa kelas sebelas C5 bisa beranjak keluar kelas.

"Gem, aku capek banget" Fourth sudah lupa akan emosinya pagi tadi, sehingga saat di jam terakhir ini Fourth sudah mulai berceloteh panjang pada Gemini, kekasihnya.

Sementara itu Gemini yang sedari tadi menjadi tempat sandaran sang kekasih seraya mencatat materi hanya terkekeh, "Sabar, ya? Nanti kalo sabar dapet es krim"

"Ck! Emangnya aku anak esde?" Gerutu Fourth mempoutkan bibirnya, namun Gemini tak menghiraukan lagi karena pak Foey sedang menutup kelasnya, "Kalo ada pertanyaan silahkan di tanyakan, tapi di chat saja, ya! Kalo mau video call juga gapapa, sekalian sleepcall kita" Canda pak Foey yang mendapat sedikit sorakan dari siswanya, "Uuuuuu pak Foey ada-ada aja"

Yang berdiri di depan menyahut, "Lah, mending sama saya yang jomblo! Daripada sama Gemini? Nanti kalian di amuk Fourth!"

Lagi, godaan seperti ini sudah tidak asing lagi untuk Gemini maupun Fourth. Guru yang paling sering menggoda siswanya itu adalah pak Foey, guru kimia yang tak pernah membawa buku teks ke kelas, bermodalkan spidol saja dan materi selesai di bahas. Menggoda Gemini dan Fourth adalah kebahagiaan tersendiri bagi kelas sebelas C5, reaksi semburat merah dari Fourth dan salah tingkah dari Gemini itu sangatlah lucu jika di kenang saat mereka berpisah nanti.

Candaan di akhir kelas membuat seluruh anggota kelas sebelas C5 itu mengembangkan senyumnya, suasana hati mereka membaik saat melewati gerbang terluar sekolah. Tak terkecuali Gemini dan Fourth, sepasang kekasih itu lekas meninggalkan sekolah setelah mengikuti kegiatan tambahan masing-masing, menuju kafe yang terletak tak jauh dari rumah Fourth. Rencananya hari ini mereka akan membahas tentang obrolan sebelum tidur kemarin.

"...Silahkan di tunggu pesanannya, terima kasih!" Ujar sang pramusaji di kafe tersebut setelah mencatat pesanan sepasang kekasih tersebut.

Fourth memandang keluar jendela, suasana riuh jalanan jam lima lebih sepuluh menit itu memenuhi pandangan mata pemuda yang bermata sipit saat tersenyum itu. Sedangkan Gemini tengah asyik menyelami ciptaan Tuhan di depannya, pikirannya berkecamuk, tak tahu harus berbicara apa.

Di tengah kecanggungan dua kepala tersebut, tiba-tiba kafe di ributkan oleh seorang anak kecil yang sedang menangis, ia sendirian dan tak ada orang dewasa yang nampak dekat dengannya. Fourth yang melihat itu langsung menghampiri gadis kecil tersebut, "Adek kenapa? Kok sendirian di sini?"

Gemini akhirnya membuntuti dari belakang, memperhatikan interaksi sang kekasih dan gadis kecil malang tersebut. "Huhuhuuu...kakak tolong, ibuku hilang huhuuu..." Adu si gadis lalu memeluk Fourth ketakutan, dua orang yang lebih tua saling bersitatap, Fourth mengusap-usap surai gadis tersebut, "Adek tenang dulu, ya? Kita bantuin cari ibu, ya?"

Dengan tenang Fourth membawa anak kecil tadi ke kasir, berusaha meminta bantuan dengan membuat pengumuman. Tak lama kemudian setelah membuat pengumuman, sang ibu dari gadis kecil tersebut datang dengan raut yang sama paniknya. Ia berterima kasih kepada Fourth dsn Gemini yang menemani putrinya, "Nak, makasih banyak! Kalian orang baik, semoga di mudahkan setiap urusannya, ya!" Ucapnya lalu pergi bersama putrinya, meninggalkan dua orang pemuda yang bersitatap tersebut.

"Jadi, gimana?"

Gemini menghela napas, Fourth kini nampak pasrah dengan keadaannya, mereka kembali duduk di kursinya dengan pesanan yang sudah siap di nikmati. Gemini menatap serius kekasihnya yang menatapnya sendu, "Ini permintaan orang tua kita, aku kayak gak punya tenaga buat nolak" tutur Fourth lesu.

Yang lebih tua dua bulan itu mengangguk kaku, "Kayaknya emang kita gak punya pilihan lain sama permintaan gila ini"











Bersambung

Rahsa (GeminiFourth)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang