40-Lepas

1.5K 143 9
                                    

Gedung perusahaan makanan yang menjulang itu sudah Singto dan Gemini pijaki, membawa keputusan besar yang bisa mengubah hidup sepasang kakek dan cucu pemilik perusahaan tersebut. Pagi ini, Gemini meminta izin dari sekolah satu kali lagi untuk tidak masuk sekolah dan melewatkan penilaian harian Biologi kesukaannya demi sang tambatan hati.

Sedangkan Fourth tetap pergi ke sekolah seperti biasa, karena Singto yang meminta untuk itu. Singto akan melakukan semua hal untuk Fourth demi menebus kesalahannya pada menantu cucunya.

Singto langsung berbicara dengan Krist di depan Gemini, karena cucunya itu sudah mengetahui semuanya. Singto ingin semuanya jelas dan selesai hari ini juga.

"Oke, Krist... mas, err saya... datang ke sini lagi, maaf kalau harus bertemu di kantor, bukan di rumah..."

"To the point aja, mas. Waktuku gak banyak buat omong kosongmu," Sela Krist datar.

Gemini kali ini tak emosi, karena ia tahu semua kesalahan ada pada kakeknya sendiri, jika ia menjadi Krist mungkin dirinya juga akan melakukan hal yang lebih parah lagi pada kakek Singtonya yang brengsek.

"Maaf, jadi Krist, tentang opsi kamu kemarin tentang Fourth..." Singto menarik napas dalam, menatap Krist yang menatap datar menunggu jawabannya. Dari raut wajah Gemini sudah terbaca jelas, Krist tidak menangkap kesedihan dari suami cucunya itu, sudah di pastikan Gemini tidak kehilangan Fourth, melainkan ia yang akan mencoret satu kepala keluarga lagi dari daftar ahli warisnya, atau hanya Fourth.

"Fourth mutusin buat keluar dari Wongwithaya,"

Krist hanya mengangguk kecil, ia sudah mendapatkan jawabannya. Sesuai ekspetasi, "Bilang sama Fourth, pulang sekolah nanti suruh temuin saya," Krist menatap Gemini datar, "Kamu, antar Fourth ke rumah saya nanti, dia yang tunjukin jalannya,"

***

Sesuai permintaan Krist, Gemini sudah berada di luar kawasan sekolah dengan mobil kesayangaannya menunggu Fourth keluar dari sekolah bersama Ford dan Mark. Gemini sengaja menggunakan mobil karena khawatir mereka akan kembali ke rumah terlalu larut.

"Tumben jemput? Kamu mau pergi kemana?" Meskipun bingung, Fourth tetap menurut ketika Gemini memakaikan sabuk pengaman padanya.

"Fou... kakek Krist minta aku anterin kamu ke rumahnya, sekarang"

Fourth menghela napas, sudah tak ada lagi tenaga tersisa untuk bertengkar dengan sang kakek, "Hh... ya udah, tapi mampir dulu ke minimarket depan, ya, aku pengen beli makanan, laper,"

Setelah membeli makanan kecil secukupnya, Fourth kembali ke dalam mobil suaminya untuk memakan makanannya dalam perjalanan. Tak lupa Fourth memasang navigasi petunjuk arah ke rumah sang kakek. Perasaan Fourth begitu tak menentu karena kakeknya meminta Gemini mengantarnya. Apalagi setelah Fourth mendengar cerita masa lalu kakek Singto dan kakek Krist-nya.

Kemacetan Jakarta di sore hari cukup menguras emosi, tak hanya marah karena lalu lintas padat merayap, tetapi Fourth yang juga gelisah tidak karuan akan bertemu kakeknya.

"Fourth, kalo menurut aku nih ya, sebenernya kakek Krist tuh nggak benci sama mama kamu deh, dan sama aku," Gemini akhirnya membuka suara setelah Fourth menghabiskan satu bungkus roti dan donat yang biasa dipajang di etalase kasir.

Remaja yang tidak berseragam sekolah itu menggenggam lembut tangan Fourth, "Dia malah keliatan suka gitu aku jadi suami kamu,"

"Terus? Kakek aku kenapa?" Tanya Fourth masih sambil murung menatap jalanan yang di penuhi kendaraan, tak menghiraukan tangan kanannya yang diusap halus.

Sorot matanya fokus ke jalanan, pikiran Gemini membagi fokus antara mengemudi dan meladeni suaminya, "Masalahnya ada di kakek aku, kakek Krist cuma khawatir kalo mama kamu masih ada sangkut pautnya sama kakek Singto, soalnya beliau orang Belanda. Padahal aku yang cucunya kakek Singto," Gemini menjeda, ia menyedot sedikit susu kotaknya, "Kamu percaya kalo kakek Krist benci kakek aku?"

Rahsa (GeminiFourth)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang