Jogjakarta, 1973
Krist Perawat Wongwithaya, seorang keturunan Ningrat yang memiliki batasan-batasan yang terlalu banyak dalam setiap hal, terutama soal pasangan. Pria pertengahan kepala dua tersebut telah jatuh hati pada seorang pengusaha kaya yang berstatus rakyat biasa, meskipun keluarga pria tersebut termasuk dalam jajaran konglomerat.
Sangat dramatis, namun itulah kenyataannya. Bak di negeri dongeng, Krist berani menentang sang ayah demi cintanya kepada Singto yang juga setengah mati membuktikan jika dirinya juga layak menjadi pendamping Krist. Apapun rela mereka lakukan, sampai suatu hari Krist menyerah memperjuangkan Singtonya.
"Mas, udahin aja, ya? Adek ndak bisa lagi sama mas," Tepat pergantian hari, jam dua belas malam tepat biasanya Krist sampai di tepian sungai dekat hutan pinus yang terletak jauhnya satu kilometer dari rumah Krist maupun Singto, setelah menyelinap keluar, demi menemui Singto yang setiap hari sabtu menunggunya datang. Biasanya mereka hanya akan berjalan berdua di sepanjang aliran sungai yang cukup deras alirannya, sampai tak ada seorang pun yang bisa mendengar ada kehidupan manusia atau tidak.
Namun malam ini, Krist datang dengan rasa yang tercampur aduk, marah dan kecewa serta sejuta rindu yang siap dilampiaskan pada yang lebih tua. Kekecewaan yang tak bisa ditebus rasanya bahkan hingga sampai beberapa keturunan selanjutnya.
"Kit...kenapa? Mas salah apa? Ndak bisa mas minta penjelasan?"
Singto berusaha untuk tenang malam itu, saat Krist melemparkan gulungan kertas film berisikan fotonya dengan seorang gadis dalam balutan pakaian khas Jawa dalam acara formal. Nampak seperti acara pertunangan, "Jangan panggil Kit lagi, kalau hati mas bukan buatku,"
Gulungan film yang di terawang nampak jelas memperlihatkan wajah Singto yang tersenyum bersisian dengan seorang gadis belanda, kulitnya putih bersih dan berwibawa. Sangat anggun dan cocok bersanding dengan Singto Prachaya.
"Aku ndak percaya mas lagi, dan ndak percaya cinta lagi,"
Jakarta, 2024
Fourth duduk termenung di sudut ruang kerja kakek Jirawathanakul. Ia di paksa Ford agar ikut pulang ke kediaman Jirawathanakul malam itu, katanya nenek Gemini ingin menemuinya.
Remaja tersebut menggunakan pakaian Ford yang di tinggal di rumah tersebut, sebelum berakhir di ruang kerja kakek mertuanya. Ruangan bernuansa abu-emas itu nampak mewah, sesuai dengan kepribadian kakek Gemini yang sedikit pendiam ketimbang kakek Kongpob yang periang, anak dan ayah sungguh berbeda.
"Nek Jam, kenapa namanya Krist Perawat?"
Nek Jam, atau nenek Jamie, sapaan akrab Fourth pada neneknya Gemini. Fourth heran kenapa ada buku harian dengan nama kakeknya sendiri di ruang kerja kakeknya Gemini, di rumah Jirawathanakul.
Jamie membuka halaman pertama. Kertas foto yang di dalamnya tercetak dua orang pria yang amat mesra, dengan penerangan minim di sana, Fourth nampak melihat versi lain dari papi mertua bersama papanya, "Papi kenapa sama papa...?"
Yang lebih muda makin bingung, tidak mengerti semua hal yang ia temukan di halaman pertama, "Krist Perawat? Singto Prachaya?"
"Katakanlah kakeknya Gemini brengsek, karena mau jadiin kakek kamu suaminya, sementara nenek lagi hamil papanya Mix," Nek Jam mulai bercerita, ia membawa Fourth ke lembaran lain, tentang tulisan rahasia Singto untuk kakeknya Fourth.
Kemudian Jamie menyandarkan dirinya di sebelah Fourth, "Krist itu keturunan Ningrat murni, semua tentang dia udah di atur, mulai dari pendidikan, pekerjaan, sampai urusan pasangan hidup, tapi ketemu Singto yang notabenenya cuma konglomerat non-bangsawan, apalagi Singto itu anak adopsian dari pasangan Belanda, murkalah bapaknya Krist, waktu tau anak sematawayangnya itu kepincut anak Belanda,"
Halaman selanjutnya dibuka, Fourth membaca untaian kalimat puitis yang menggetarkan hatinya, suara rindu yang hanya bisa ditorehkan lewat coretan tinta biru yang warnanya kian memudar termakan waktu.
"Kalo kamu pernah baca novelnya kakek Singto yang Τα λέμε*, pasti kamu paham endingnya gimana,"
*Τα λέμε (Prancis), di baca : Ta Leme, artinya sampai jumpa lagi
Fourth terdiam, "Endingnya Theo pergi, nikah sama pilihan keluarga, hidup dengan kebencian sampai nafas terakhirnya, sama kaya Ram yang masih menyesal sampai nafas terakhirnya," Sebagai pecinta novel bernuansa Perancis, Fourth sangat mengidolakan kakek mertuanya sendiri, judul buku yang nek Jam sebutkan itu sangat Fourth hapal di luar kepala alur ceritanya.
"Semua isi novel itu, persis sama isi buku hariannya kakek Singto, kakek kamu terus benci sama kakeknya Gemini sampe sekarang, dan mungkin juga sama orang Belanda, makanya mama kamu nggak di terima sama kakek Krist,"
Semuanya menjadi jelas dalam kepala Fourth sekarang, tatapan menukik yang selalu ia terima dari keluarga pihak sang papa sangat ia pahami. Doktrin dari sang kakek penyebabnya. Namtan adalah gadis berdarah Belanda-Perancis-Indonesia yang tinggal di Indonesia sejak ia lahir, ibunya murni keturunan Belanda, sedangkan ayahnya campuran Perancis-Indonesia.
Kisah cinta orang tua Fourth hampir sama dengan Singto dan Krist, namun mereka berhasil bersama meskipun masih banyak rintangan yang mereka hadapi.
"Sekarang semuanya jelas, nek," Fourth mantap menatap nenek mertuanya, "Fourth tau sumbernya dari mana, tapi aku ragu..."
Jamie paham, kisah ini terulang untuk ke sekian kalinya. Sebenarnya Krist tidak benar-benar menghilang dari pantauan Singto dan Jamie, mereka bahkan tahu kisah dua anak Krist yang menikah dengan keturunan Belanda.
"Fourth, Gemini udah di kamarnya, kamu susulin dia, ngobrol sama dia, berdua,"
Bersambung, seru apa mumet?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahsa (GeminiFourth)
RomanceSatu sekolah udah pada tau kalo Gemini sama Fourth tuh pasangan bucin, bahkan guru-guru juga udah cuek aja sama mereka yang bucin mulu di tiap pelajaran. Tapi mereka gak tau apa yang ada di balik hubungan Gemini sama Fourth, si pasangan bucin SMA Gr...