Ujian kenaikan kelas dan serangkaian classmeeting telah usai di laksanakan, hari ini adalah hari yang menegangkan bagi seluruh siswa yang merasa telah berjuang meningkatkan nilai-nilai pembelajaran mereka.
Pembagian rapor akan di laksanakan hari ini, Namtan dan Mook memiliki janji datang bersama untuk mengambil hasil belajar putra-putra mereka. Bagaimanapun, Gemini dan Fourth masih dalam tanggungjawab orang tua mereka di mata hukum.
"Nattawat dan Norawit, peringkat satu dari empat puluh siswa, dengan akumulasi nilai yang sama," tutur sang guru lalu kemudian seluruh wali murid yang hadir di ruang kelas C5 itu riuh bertepuk tangan.
Sementara Mook dan Namtan saling melempar senyum, anak-anak mereka adalah anak-anak yang membanggakan, "Congrats, besan, bangga banget gue sama mantu, hahaha!" Tutur Mook bercanda saat mereka telah selesai dengan agenda penerimaan rapor.
"Mantu gue juga membanggakan, hahaha!"
Di sela-sela Mook dan Namtan melempar pujian untuk putra mereka satu sama lain, seorang ibu sosialita yang juga merupakan wali siswa teman satu kelas Gemini dan Fourth menghampiri Mook dan Namtan, "Walah walah... udah main mantu mantu aja nih keliatannya?"
Sepasang besan itu saling melempar tatap, bertanya nih orang ngapain tiba-tiba nimbrung bae? Lewat pancaran mata saja seolah ada telepati diantara Mook dan Namtan.
"Ehh...hahaha iya Jeng Rein, kan kita mah udah akrab banget ya kan Mook, walaupun anak kita pacaran belum ada setahun," Ujar Namtan berusaha mencairkan suasana.
Mook mengangguk dan ikut tertawa, "Kan kali aja jadi mantu beneran, ini kita latihan dulu...ya kan emang udah jadi mantu..." Tutur Mook dengan nada sinis dan 'Yang bercetak miring itu ungkapan hati mami Mook yang ingin di teriakan'.
Rein tersenyum simpul, "Baru pacaran kan, ya?" Tanyanya, "Masih sekolah, bisa putus lah ya..." lanjutnya lagi dengan nada tak ada rasa bersalah, "Anak saya juga cantik, lho..."
"Kurang asem nih badut," Desis Namtan tidak terima.
"Sabar, badut doang jangan lu tanggepin serius," Balas Mook juga berbisik.
"Ya tapi gue kesel!"
Melihat Mook dan Namtan saling berbisik, Rein kemudian menegur, "Halo...jeng? Saya masih di sini, lho?"
"Iya, tapi lu ga di ajak"
Mook menghela napas, "Nam, tenang...Ehm jeng Rein, maksudnya apa ya ngomong kaya tadi? Saya sama mbak Namtan tersinggung, lho," Sebagai menantu konglomerat terkenal dan mantan penyanyi terkenal, Mook di ajarkan untuk tetap menerapkan sopan santun kepada orang yang kurang ajar sekalipun.
Rein mengepakkan kipas tangannya, "Lho? Bagian mana salahnya saya? Anak jeng Namtan itu guanteng banget! Pinter juga, ndak salah kan kalo misalkan bilang nak Fourth cocoknya sama anak saya?"
Wanita yang sudah melahirkan Gemini itu tersenyum seperti stiker tokoh kartun kembar yang botak itu. Mook sudah kehabisan kata-kata, sedangkan Namtan hampir kehilangan kendalinya.
"Mama! Katanya mau liat Fourth nge-band? Ayo bandnya Fourth udah mau tampil!"
Untung Gemini mengamati ke dalam kelas yang hanya berisi ibu dan ibu mertuanya bersama seorang perempuan dan kemungkinan ibu mertuanya itu akan menghajar perempuan tersebut jika Gemini tak mencegahnya.
"Oh? Anak ganteng mami udah mau tampil?" Seru Mook, kemudian ia mengamit tangan besannya, "Ayo nonton anak kita!"
Sepasang ibu dan anak Jirawathanakul itu menghela napas lega. Jika Gemini tidak menghentikan ibu mertuanya, maka akan ada gosip hangat terbaru di ruang obrolan grup para orang tua SMA Grandhita di masa liburan ini.
Di hari penerimaan rapor ini, SMA Grandhita juga menggelar pameran kreatif yang diisi oleh berbagai macam stan dari seluruh kelas sepuluh sampai dua belas. Tujuannya untuk mengenalkan kreatifitas para siswa dan siswi. Penontonnya adalah seluruh orang tua dan wali siswa yang datang untuk mengambil laporan hasil belajar putra-putrinya. Tak hanya itu, pagelaran seni juga di adakan. Jadi, setiap kelas tidak hanya menjual hasil karya yang bisa di bawa pulang ke rumah, namun mata pengunjung juga di manjakan oleh penampilan-penampilan yang memukau.
"Emangnya banyak ya yang suka sama Fourth?" Tanya Gemini lesu sambil matanya menonton penampilan suaminya yang tengah asik menghibur para penontonnya.
Mook yang berdiri di samping Gemini menoleh, ia tersenyum simpul, "Banyak, yang suka sama kamu lebih banyak lagi," Tuturnya seraya menepuk-nepuk bahu Gemini.
Tidak heran, remaja serba bisa dengan tata krama yang baik, siapa sih yang tidak menginginkannya sebagai menantu? Jika di tilik dari latar belakang keluarga, Fourth dan Gemini adalah pasangan yang setara. Bibit bobot bebet-nya jelas dan bisa di perhitungkan. Namun keduanya adalah laki-laki yang harusnya menjadi pesaing, bukannya pasangan. Maka dari itu tak sedikit dari para orang tua yang mengharapkan kandasnya hubungan Gemini dan Fourth. Tentu saja demi keuntungan pribadi.
"Check! Gemini...Gem! Tolong dong cek bagian sound, kayaknya ada problem di sana," Suara dari Handy Talkie yang di bawa Gemini itu mengalihkan atensi sepasang anak dan ibu Jirawathanakul tersebut, "Mi, aku tinggal, ya?" Pamit Gemini lalu pergi menuju tempat yang temannya maksud.
Pameran dan pagelaran seni di Grandhita selesai tepat saat jam makan siang, semua barang yang di jual, habis tak bersisa. Semua lelah, namun semua senang.
"Seperti kesepakatan awal, hasil dari pameran ini, kita sumbangin ke panti asuhan, panti jompo, sama tempat-tempat lain yang butuh bantuan ini," Tutur Gemini di tengah pidato penutupnya.
Selesai membereskan semua peralatan, beberapa perwakilan siswa yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut berkumpul di aula serbaguna untuk melakukan evaluasi. Termasuk Fourth si ketua ekstra band.
***
"Udah?"
Fourth memeluk Gemini erat-erat, motor Gemini mulai melaju membelah jalanan kota yang hampir gelap ini. Untuk menikmati semilir angin senja ini kedua remaja tersebut telah mengganti pakaian mereka agar tidak terjadi masalah nantinya. Lagipula, sekarang mereka tidak tinggal bersama kedua orang tuanya lagi, jadi kembali ke rumah jam berapapun tak masalah.
Memang bukan jam pulang kerja, namun rasanya jalanan sudah penuh sesak, mungkin karena malam minggu, sehingga para pasangan keluar untuk menikmati waktu berdua, seperti Gemini dan Fourth.
Pilihan Fourth dan Gemini jatuh pada pasar malam dadakan yang terletak di tengah-tengah antara jarak sekolah ke apartemen mereka. Namun meskipun begitu, Gemini dan suaminya telah duduk di atas motor selama satu jam lamanya. Karena macet, dan terjebak lampu lalu lintas yang selalu menyala merah di setiap dua persimpangan.
"Gem, makan dulu, aku laper!" Rengek Fourth ketika sampai di area pasar malam tersebut.
"Mau makan apa?"
"Sate!"
Fourth bukan perempuan yang selalu menjawab 'terserah' jika di suruh memilih. Dengan cepat, Gemini menggenggam tangan suaminya dan pergi menghampiri penjual makanan yang di maksud Fourth.
Suasana pasar malam ini sangat ramai. Pengunjung mereka berkisar antara anak-anak yang di dampingi orang tuanya, sampai pasangan atau sekelompok remaja yang sengaja datang untuk menyegarkan pikiran.
Termasuk Fourth dan suaminya, ia tak berlama-lama menjelajah di sana, hanya melangkahkan kaki sembarang arah sambil bergandengan tangan. Begitu menikmati waktu mereka berdua. Setelah itu Gemini mengajak suaminya pulang karena rasanya sudah terlalu lelah dengan kegiatan hari ini.
Dasar remaja!
Bersambung, done ya! Double up nya hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahsa (GeminiFourth)
RomanceSatu sekolah udah pada tau kalo Gemini sama Fourth tuh pasangan bucin, bahkan guru-guru juga udah cuek aja sama mereka yang bucin mulu di tiap pelajaran. Tapi mereka gak tau apa yang ada di balik hubungan Gemini sama Fourth, si pasangan bucin SMA Gr...