03 : Firasat

243 44 4
                                    

Suasana di sana kembali hening, hanya sebentar sebab Mangkorn dan Freen datang.

"Ada apa sih? Acara mau mulai nih!" Kata Mangkorn melirik Anan kemudian menatap Meen untuk meminta penjelasan.

Setelahnya Mangkorn dan Freen mendengar penjelasan Anan tanpa ada yang dia tambahkan maupun dia kurangi.

"Sudahlah itu hanya papan nama! Kamu siapa namamu?" Tanya Freen kepada Ae.

"Ae Azriel!" Jawab Ae kini semakin yakin Meen kalau dia memang pria yang sudah mencuri hatinya.

"Karena kamu tidak punya papan nama, maka berlarilah 10 kali mengitari auditorium kampus!" Titah Freen gamblang tanpa beban. Apa dia tidak mengerti dengan penjelasan Anan tadi.

"Tapi yang dia pakai itu papan namaku senior!"

"Tapi tidak ada buktinya kalau papan nama itu milikmu!" Sarkas Freen lugas. "Aku heran kenapa kamu bisa lolos? Sepertinya panitia penjaga gerbang memang tidak becus menjalankan tugasnya!" Ngedumel Freen padahal yang harusnya marah-marah itu Ae.

"Tidak bisa begitu nona Freen yang terhormat, di papan nama tersebut sudah jelas ada jejak tulisan yang dihapus!" Sela Meen untuk perkataan Ae yang belum sempat terlontar.

"Meen, apa kamu membelanya karena dia junior dari fakultas mu?" Yang bertanya ini Mangkorn, dia tidak begitu ingat dengan Ae, sebab jujur saja dia belum pernah melihat Ae pujaan hati Meen. Bahkan namanya pun dia lupa. Andaikan dia tahu kalau pria cantik di hadapannya ini pujaan hati Meen, pasti dia langsung tutup mulut.

"Bukan begitu, ini tidak ada hubungannya dia dengan junior atau apalah namanya. Tapi di papan nama itu memang ada jejak tulisan yang di hapus!" Jelas Meen tak pernah luput dari tatapan Ae, dia tidak percaya Meen membelanya sampai segitunya.

"Sudahlah, ini hanya masalah sepele! Jangan gara-gara masalah sepele ini agenda ospek jadi tertunda! Memangnya kamu mau pulang malam? Atau kamu mau acara ini berakhir malam? Kasihan peserta lainnya... Kamu jangan pilih kasih sebagai Senior!" Tandas Freen dengan tangan bersilang di depan dada.

"Di sini kamu yang pilih kasih! Sudah jelas-jelas papan nama itu ada jejak tulisan yang di hapus! Dan kamu masih membela dia?" Ucap Meen emosional.

"Meen... Bicaranya jangan terlalu kasar, pria yang kamu tunjuk itu adikku!" Entah sejak kapan Joong ada di sana, yang jelas keberadaannya malah memperkeruh suasana.

Meen berdecak kasar dia bukannya tidak kenal dengan Ping. Kenal dia karena Ping itu adiknya Joong walaupun berbeda ibu. Karena kenal itulah, makanya tadi Ping memanggil Meen dengan sebutan Abang. Kini netra Meen melirik Ae yang sedari tadi hanya diam dengan tangan yang terkepal kuat hingga kukunya memutih. Sepertinya Ae masih berjuang mengontrol emosinya.

"Tapi adikmu mengambil papan nama Ae..."

"Tapi papan nama itu memang punya adikku, aku yang membuatkan papan nama itu untuk dia!" Jelas Joong semakin membuat posisi Ae buruk.

Netra Meen segera melirik Ae dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia percaya dengan Ae tapi ucapan Joong itu tidak bisa dia bantah sebab dia tahu betul seperti apa Joong itu. Joong tidak pernah berbohong.

"Papan namaku itu memang punyaku senior... Adikku yang membuat nya untukku!" Ucap Ae tuk membela dirinya serta kebenarannya.

"Tapi papan nama itu aku yang membuatnya untuk adikku! Aku tidak mungkin berbohong Meen, dan kalian sendiri tahu betul seperti apa aku!" Pungkas Joong kini semua orang berpihak kepada Joong.

"Tapi Ae bilang papan nama itu miliknya, dia tidak mungkin berbohong...

"Meen!" Seru Kimmon sambil menepuk pundak Meen, "Sudahlah, jangan semakin memperkeruh suasana dan membuat mahasiswa mahasiswi lainnya berpikir kamu pilih kasih! Itu hanya akan membuat Ae berada di posisi yang buruk! Ingat, kamu dan Joong punya penggemar yang bar-bar!"

Only You! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang