Sejak hari itu, Meen jadi sering mengunjungi kediaman utama keluarga Shukumpantanasan. Hampir setiap hari dia datang, seolah-olah dia memiliki banyak waktu luang. Padahal dia penerus keluarganya. Seharusnya dia juga sibuk seperti Noah, tapi nyatanya dia terlalu bersantai.
Seperti pagi ini, dia kembali datang untuk menjemput AE. Padahal yang di jemput selalu pulang pergi dengan Noah.
"Sudah aku bilang, senior tidak perlu menjemputku. Aku pergi dengan Noah." Jelas AE untuk yang kesekian kalinya seraya mengalihkan pandangannya dari buku yang dia baca, nanti dia ada kuis.
Meen menggeleng, dan kembali fokus kepada ponsel-nya. Sampai kapanpun dia akan selalu datang ke sini untuk menjemput AE sekalipun yang di jemput tak pernah mau.
Ae ingin menyuruhnya kembali, takut dia dengan kemarahan Noah. Tapi dia pikir itu bukanlah ide yang bagus, dia tidak ingin Meen tersinggung. Dia berada di posisi yang serba salah sehingga membuat dia menghela napas.
"Ae..."
"Hmm?" Jawab AE bergumam tanpa menoleh.
"Kamu mau pergi ke kampus bareng aku atau bareng Noah?" Dia bertanya begini karena sebentar lagi Noah akan turun kebawah bersama Pinnara.
"Apa perlu aku jawab di saat senior sudah tahu jawabannya." Jawab AE tanpa melihat lawan bicaranya yang menatapnya dengan sendu.
"Kalau begitu aku pergi dulu," Ucap Meen, lalu dia mendekat dan mengecup kening Ae. Membuat yang punya kening tertegun, sejenak.
Sementara Meen, dia terlihat buru-buru sehingga dia kesulitan memakai almamater nya. Hal itu membuat AE bangkit dan membantunya. "Terima kasih calon istri." Ucap Meen cerah yang mana kata terakhirnya berhasil membuat Ae tersipu. Karena takut ketahuan, AE mendorong tubuh Meen agar dia segera pergi dan tidak melihat wajah Ae yang sudah memerah sekarang.
"Sudah sana, senior tidak inging dilihat Abang Noah kan?"
"Ehmm, sampai nanti." Tanggap Meen belum bisa membuat Noah menerima dirinya.
"Ya, hati-hati." Ucap AE pada Meen yang segera pergi dari sana. Baru saja Meen menutup pintu, Noah dan Pinnara datang.
Ae menghela nafas, kemudian dia tersenyum pada kedua saudaranya.
"Yang baru keluar itu dia?"
Ae mengangguk ringan untuk pertanyaan Noah. Setelahnya dapat dia dengar Noah berdecak kesal.
"Hihihi," Pinnara malah tertawa. Sehingga dia segera di tatap oleh kedua saudaranya.
"Apakah ada yang lucu?" Tanya Noah membuat Pinnara mengangguk.
"Dulu, kak AE yang mengejar-ngejar Meen. Tapi sekarang lihatlah, dia yang mengejar-ngejar kak AE. Sungguh, itu amat lucu." Si bungsu mengutarakan isi hatinya tanpa bermaksud menyinggung siapapun.
Noah tersenyum tipis sementara AE mencubit gemas pipi gembul Pinnara. "Sakit kakak ..." Rengek si bungsu jelas berbohong, mana mungkin cubitan gemas itu sakit.
"Masih belum pergi sekolah, nanti telat." Pemilik suara tegas ini Mark, dia sedang menuruni anak tangga seraya membimbing Perth. Dia mau berangkat kerja begitupun dengan Perth.
"Iya, ini juga mau berangkat." Noah yang menjawab pertanyaan Mark itu.
"Abang, habis pulang kuliah langsung ke kantor ya. Ada job untuk Abang." Titah Perth dibalas anggukan ringan oleh Noah.
"Kalau Abang pergi ke kantor, nanti siapa yang jemput Adek pa?"
"Bible." Satu kata dari Mark kemudian dia mencium kedua pipi istrinya, kening serta bibir ranum Perth. Dia bahkan membukakan pintu mobil untuk Perth.

KAMU SEDANG MEMBACA
Only You!
FanfictionSeason 2 dari fanfic IT'S YOU! ❄️💙❄️ "Padahal aku sudah bantuin kamu, tapi begini caramu berterima kasih kepadaku?" "Jadi senior membantuku karena mengharapkan sesuatu?" "Anggap saja begitu!" Jawab Meen tersulut juga emosinya sebab Ae menepis kasar...