04 : Ditolak

304 49 9
                                    

"Ini terakhir kalinya aku membantu semua sandiwara mu, jadi lain kali jangan bikin ulah!" Bisik Joong kepada Ping sebelum dia kembali ke posisinya. Dia tahu Ping berbohong, namun tetap dia benarkan perkataan Ping. Terpaksa, karena jika Ping kenapa-kenapa. Pasti dia yang selalu di salahkan. Dia tidak pandai menjaga Ping lah, tidak becus menjadi kakaklah, dia yang iri kepada Ping, dia yang picik dan berbagai pikiran buruk lainnya dari orang tuanya terhadap dia.

Dia dan Ping itu satu ayah namun berbeda ibu. Ayah Ping lebih mencintai wanita yang sudah melahirkan Ping karena dia memang kekasih hati ayahnya. Sedangkan wanita yang telah melahirkan Joong, dia hanyalah wanita yang terpaksa dinikahi oleh ayah Joong berdasarkan permintaan orang tuanya. Jika dia menolak, maka dia dikeluarkan dari keluarga Aunchananun.

Jadi secara otomatis, kasih sayang ayahnya berat sebelah. Dan hidup Joong semakin buruk semenjak ibunya meninggal karena kecelakaan. Lalu semenjak itu Joong selalu berjuang seorang diri dan mencari kebahagiaan di luar rumah. Beruntung dia bertemu dengan sahabat yang baik sehingga dia tidak rusak dan menjadi anak yang liar.

Ping menelan ludah dan berusaha mengatur ekspresi dia sebaik mungkin agar tidak kelihatan kalau saat ini dia berbohong.

Lalu bagaimana dengan Meen, dia masih kesal. Bahkan dia memberikan tatapan yang tajam kepada Mangkorn dan Joong.

Emosi jiwa dia, sumpah!

Sekarang sudah 45 menit agenda ospek kedua berjalan. Lalu pada saat berlangsung itu, Yai dan Jiroo masuk. Yai hanya bicara beberapa patah kata kepada sekretaris Hima guna memberikan beberapa agenda baru untuk kegiatan ospek besok. Yang jelas besok para peserta ospek tidak boleh lagi di jemur. Acara ospek tersebut harus di lakukan di auditorium kampus, setelah itu baru mereka boleh melakukan ospek berdasarkan jurusan di fakultas masing-masing.

"Untuk lebih jelasnya tanya saja sama Jiroo, aku ada urusan sebentar!" Ucap Yai kepada Sammy. Sammy mengangguk selaku sekretaris Hima. Sepertinya dia harus merombak besar-besaran agenda ospek yang sudah tersusun rapi.

Yai segera melangkahkan kakinya mencari Ae pada barisan fakultas IT, dia tidak ingin membuat pamannya menunggu. Lagipula di Kanada pasti sekarang sudah hampir dini hari.

Pada saat melewati Mangkorn yang full senyum ke arah dirinya, seperti biasa dia abaikan. Seolah-olah dia tidak melihat Mangkorn di sana.

Sebenarnya dia malas bicara dengan Meen, namun mengingat dia tidak menemukan Ae, dia terpaksa bertanya kepada Meen perihal Ae.

"Dia di lapangan bola sedang menjalankan hukuman?" Jawab Meen mengesampingkan rasa dongkolnya, dan dia juga kurang nyaman bicara dengan Yai. Tahu sendirilah, sebagai teman dia tidak suka dengan sikap Yai kepada Mangkorn. Dia tahu Mangkorn salah, tapi tetap saja perlakuan Yai sudah berlebihan kepada Mangkorn. Secara Mangkorn sudah berulang kali minta maaf kepada Yai.

Jika Meen kurang suka kepada Yai karena masalah itu, maka Yai membenci Meen karena sudah membatalkan perjodohan tersebut secara sepihak tanpa pernah mau bertemu apalagi mencari tahu tentang siapa Ae. Apa salahnya waktu itu dia menemui Ae, setidaknya dia memutuskan perjodohan itu secara face to face.

"Menjalani hukuman? Memangnya kesalahan apa yang sudah dia lakukan sampai dia harus menjalani hukuman? Seingat aku atributnya lengkap, dia bahkan datang sangat pagi!"

Dari perkataan Yai membuat Meen mengambil kesimpulan kalau Yai kenal dengan Ae.

"Dia tidak membawa papan nama, makanya dia di hukum!" Yang menanggapi perkataan Yai ini Mangkorn.

"Omong kosong apa yang kau bicarakan?" Sarkas Yai tidak percaya. Ya mana mungkin dia percaya mengingat tadi dia melihat Ae mengipasi dirinya dengan papan nama. Selain itu, Jiro beserta dua panitia lainnya sudah mensortir baik-baik para peserta yang atributnya kurang. Dan mereka juga sudah di beri hukuman.

Only You! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang