35 : Tak Seperti Biasanya

97 24 6
                                    

Meen merunduk, setelahnya dia kecup mata AE yang basah. "Maaf..." Lirih Meen menatap AE yang berusaha berhenti menangis.

Manik gelap keduanya saling bersitatap. Sejenak, lantas Meen beranjak dari atas tubuh AE. Dia raih ranselnya kemudian dia segera pergi dari sana, meninggalkan AE yang kini kembali menangis.

"Ada apa denganku, kenapa aku selalu menangis?" Tanya dia pada dirinya sendiri sembari mengusap air matanya sendiri. Dibandingkan dengan Pinnara, AE memang lebih cengeng dan gampang menangis. Itu terjadi karena hatinya terlalu lembut.

Ae membenahi pakaiannya yang berantakan karena ulah Meen. Begitu sudah rapi, baru dia pergi dari sana.

Esok paginya...

Ketika AE bangun, dia segera mengecek ponselnya yang tergeletak diatas nakas samping ranjangnya. Bukan tuk melihat jam, melainkan untuk melihat pesan dari Meen.

Dia tertegun, sebentar. Sebab tak dia dapati notifikasi dari Meen seperti biasanya. Biasanya setiap pagi ini, dia selalu mendapatkan sapaan 'Good morning baby, gimana tidurmu, apakah nyenyak?' Dan segala macam ucapan selamat pagi lainnya.

"Mungkin dia lupa." Gumam AE positif thinking seraya beranjak dari tempat tidurnya. Dia berkata begitu untuk menyemangati dirinya sendiri.

Ketika air hangat membasahi luka bekas gigitan Meen kemarin, dia meringis perih. Membuat dia teringat lagi dengan kejadian kemarin. Dia marah, tapi tetap saja dia tidak bisa membenci Meen.

Tidak butuh waktu lama bagi dia untuk mandi dan beberes, sekarang dia sudah rapi dan wangi.

"Gimana kuliah kakak?" Yang bertanya ini kepala keluarga Shukumpantanasan, Mark Siwat.

"Baik dad, terlebih abang banyak membantu." Jelas AE kemudian dia mengambil susu coklat hangat yang berada di hadapannya, dia baru saja menghabiskan sarapan paginya.

"Lalu adek, gimana sekolahnya? Kata wali kelas adek, akhir-akhir ini adek sering bermenung di kelas dan juga selalu melihat ponsel. Nilai ulangan kemarin juga rendah. Kenapa, adek punya masalah? Kalau iya, adek mau cerita sama siapa? Papa atau Daddy, hembn?" Lembut nada bicaranya tanpa bermaksud memojokkan putranya.

Pinnara menggeleng, "Maaf... Lain kali gak akan adek ulangi lagi. Tapi, sungguh adek baik-baik saja. Adek hanya lagi capek aja belajar, pengen liburan..." Kilah dia tuk menutupi masalahnya.

Pernyataannya membuat Perth melirik Mark, sehingga mau tidak mau Mark menggenggam tangan kiri Perth. Manik gelapnya pada Perth seolah-olah berkata, "Tidak apa-apa, mungkin adek butuh waktu untuk cerita pada kita."

Perth hanya mengangguk ringan. Lalu dia melirik Noah. "Abang sendiri gimana, apakah semuanya baik-baik saja?"

Yang punya nama segera mengangguk tanpa beban, dia tetap fokus dengan makanannya. Makanannya belum habis, karena tadi dia tambah lagi.

"Benarkah, lalu siapa gadis yang berada di vila kita itu? Dia pacar abang, cantik ya!" Tambah Mark tidak masalah jika Noah menjalin kasih dengan seseorang, justru dia senang diantara ketiga putranya Noah normal.

Seketika itu juga atensi Noah segera bergerak mengarah kepada Mark. "Dia bukan pacar Abang. Kebetulan saja Abang menyelamatkannya. Tapi sekarang abang bingung, mau Abang apakan dia. Jika Abang kasih dia pekerjaan, tapi dia belum tamat SMA. Menurut daddy Abang harus bagaimana? Tidak mungkin Abang kembalikan dia kepada orang tuanya di saat merekalah yang menjual dia menjadi pelacur." Noah sudah menyelidiki Bian sampai tuntas.

"Kalau begitu kenapa Abang tidak meminta dia tuk melanjutkan pendidikannya?" Mark memberi solusi, dia senang putra dominannya jujur.

"Tapi bagaimana jika nanti dia tidak mau. Kemarin saja dia menelepon, kapan abang akan memberi dia pekerjaan tuk membalas jasa Abang karena telah menyelamatkannya."

Only You! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang