16 : Ancaman

262 55 14
                                    

Meen mengecup sayang kening Ae, setelah mendapat izin dari Ae, dia pun bergegas keluar dari dalam mobilnya dengan satu senjata api ditangan kanannya. Kini iris gelap Meen sudah mengunci seluruh area, tatapan matanya tajam.

"Serahkan pria yang ada di dalam mobilmu jika kau masih mau hidup!" Perintahnya kepada Meen yang hanya di balas oleh Meen dengan senyum mengejek tidak masuk akal.

"Siapa yang mengirim kalian?" Meen malah bertanya balik, dia tidak ada takut-takutnya. Padahal dia sudah terkepung oleh mereka yang sudah memegang senjata api.

Salah satu pria berpakaian hitam maju, sepertinya dia leadernya.

"Aku tahu kau putra Zee Pruk Panich, jadi atas nama ayahmu, kau kami lepaskan asalkan kau menyerahkan pria yang ada di dalam mobilmu!"

Meen smirk, sepertinya mereka tidak bisa diajak berkompromi.

"Siapa tuan kalian? Tuan Aunchananun?" Tebak Meen akhirnya terpaksa menangkis pukulan dari pria yang ada di belakangnya. Dia menangkap pukulan tersebut dengan cepat terus dia banting.

Door, door!
Tembakan pertama dia tembakan kepada pria yang melayangkan pukulan tadi, dia tembak tepat dibahunya sebab Meen tidak berniat untuk membunuh mereka. Dia tidak sebrutal itu.

Sedangkan tembakan kedua, diarahkan kepada pria yang hendak memecah kaca mobil Meen untuk menarik Ae keluar.

Pria yang dia banting tadi sudah dia tendang, kini sudah bertukar tendangan dengan pria yang bicara dengan dia tadi.

Bugh, buughhh...

Kretaakk!

“Aarggghhhh...!" Meen mematahkan tangan kanannya dia tanpa keraguan, dan sesekali dia akan menembak setiap ada pria yang berniat menyerang mobilnya. Sebenarnya dia khawatir mengingat peluru di dalam pistol tinggal 3.

"Kenapa kalian menyerang dia satu persatu, serang secara bersamaan!" Perintah pria yang tangannya patah tadi di saat dia masih berada di tangan Meen. Detik berikutnya Meen mematahkan kaki kanannya.

Beberapa detik kemudian Meen di serang secara bersamaan persis seperti yang pria perintahkan tadi.

Jumlah mereka lebih dari 30, dan itu membuat Meen kesulitan sehingga mau tidak mau dia biarkan tubuhnya menerima beberapa pukulan agar bisa melancarkan beberapa serangan balasan kepada mereka.

Srethhh....
Nyaris saja pisau itu mengiris lehernya tapi pisau yang lainnya berhasil melukai bahu kanan serta paha kirinya. Tapi itu impas dengan apa yang dia lakukan, dia berhasil menumbangkan 3 sampai 5 orang.

Dash, telat sedikit saja, kepala langsung bocor jika tongkat besi itu menghantam kepalanya. Meen berhasil mengelak dan tongkat besi itu berhasil mendarat pada wajah pria yang berada di depan Meen. Tidak satupun gerakan Meen yang terbuang sia-sia, dia bahkan menjadikan salah satu diantara mereka sebagai tameng di saat peluru meluncur cepat. Selagi menjadikan orang tersebut sebagai tameng, dia juga menembakkan beberapa peluru kearah mereka.

Brughh! Meen melempar pria yang dia jadikan tameng tadi, sepertinya dia sudah tidak bernyawa lagi. Wajar, ada beberapa peluru yang bersarang di tubuhnya.

Ae yang melihat kejadian itu dari dalam mobil, akhirnya tidak tahan lagi, terlebih Meen sudah lelah. Seharusnya Meen bunuh saja mereka supaya tidak bisa bergerak lagi. Dia terlalu baik kepada mereka yang sangat bernafsu untuk membunuh dia.

Baru saja Ae keluar dari dalam mobil, bawahan Zee datang. Ternyata sebelum Meen keluar dari mobil, dia sudah mengirim sos kepada bawahan Zee. Dan tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk membereskan orang-orang suruhan tuan Aunchananun.

Only You! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang